Tuesday, April 17, 2018

Pentingnya Pemenuhan Kebutuhan Spiritual pada Pasien Kritis di Ruang ICU

Pentingnya  Pemenuhan Kebutuhan Spiritual pada Pasien Kritis di Ruang ICU
Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Tingginya prevalensi spiritualitas antar responden memvalidasi pentingnya spiritualitas sebagai kualitas potensial. Penelitian yang dilakukan oleh Ristianingsih, Septiwi dan Yuniar tahun 2014 tentang gambaran motivasi perawat dalam pelaksanaan tindakan keperawatan spiritual. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya motivasi baik sebanyak 1 responden (8.3%), motivasi cukup sebanyak 7 responden (58.3%), dan motivasi kurang sebanyak 4 responden (33.3%) yang dilakukan di Ruang ICU RS PKU Muhammadiyah.1
            Penelitian lain yang dilakukan oleh Gordon dkk, tahun 2018, mengidentifikasi dua tema dalam literatur terkini yang tidak secara langsung ditangani oleh rekomendasi Task Force 2004-2005. Tema-tema tersebut membahas pengaruh spiritualitas dan religiusitas terhadap persepsi dan pengambilan keputusan sur-rogate, dan pengalaman pasien dan keluarga. Bidang penelitian ini memberikan pemahaman yang lebih besar tentang peran spiritual yang kompleksitas dan religiusitas dalam perawatan kritis. Informasi yang diperoleh melalui penelitian ini dapat menginformasikan rekomendasi tugas akhir untuk perawatan pasien dan keluarga di persepsi pengganti dan pengambilan keputusan.2
            Mayoritas pasien mengandalkan pengganti untuk mengungkapkan preferensi mereka dan membuat keputusan perawatan medis yang diperlukan saat mereka menderita penyakit kritis. Keyakinan agama dan spiritual Surrogates telah terbukti mempengaruhi proses pengambilan keputusan mereka, serta pemahaman mereka tentang prognosis. Tanggapan berkisar antara 69 sampai 94% pengganti yang melaporkan agama atau spiritualitas sangat penting dalam kehidupan sehari-hari mereka di delapan studi.2
            Adapun penelitian yang dilakukan oleh Aslakson dkk, 2017. Hasil penelitian tersebut dari  sekitar 2/3 pasien ICU memenuhi syarat selama masa studi. Alasan yang luar biasa untuk tidak memenuhi syarat adalah bahwa pasien diberi obat penenang dan / atau tidak responsif karena penyakit kritis. Terdapat 83 responden yang memenuhi syarat pasien, semua kecuali dua setuju untuk berpartisipasi dan mereka memiliki 61 anggota keluarga yang juga setuju untuk berpartisipasi, kembali mengumpulkan maksimal 144 responden. Setengah adalah perempuan dengan mayoritas responden adalah orang Kaukasia atau Afasia Amerika (68% dan 21%), berusia di atas 50 (72%), dan mengidentifikasi sebagai orang Kristen (76%). Delapan puluh lima persen responden (123/144) melaporkan bahwa spiritualitas atau agama '' penting bagi mereka pada masa krisis.3
            Ada juga peneliti lain yang mengangkat tema mengenai pemenuhan spiritual pada pasien kritis. Hasil dari penelitian Sadeghi, dkk tahun 2016 berdasarkan 25 wawancara mendalam yang dilakukan, populasi penelitian meliputi orang tua dan orang tua-tua (60%), perawat (36%), dan dokter (4%). Penelitian tersebut dilaksananakn 15 wawancara dengan anggota keluarga dan 10 wawancara dengan para profesional. Kebutuhan spiritual dikategorikan ke dalam dua kategori: 1) kepercayaan akan kekuatan supranatural, 2) kebutuhan akan jiwa. Keyakinan akan kekuatan supranatural adalah kepercayaan religius terhadap kekuatan supernatural untuk menyembuhkan dan untuk menghidupkan kembali dan kehendak Tuhan. Salah satu kebutuhan spiritual keluarga adalah kebutuhan aka jiwa adalah kebutuhan akan harapan, kebutuhan akan kedamaian, dan kebutuhan akan pemahaman dan empati.4
            Selain itu juga ada penelitian tentang pengaruh pengetahuan perawat terhadap pemenuhan perawatan spiritual pasien di ruang intensif yang dilakukan  oleh Wardah, Febtrina, dan Dewi pada tahun 2017. Hasil penelitian tersebut menunjukkan nilai rata-rata skor pengetahuan responden sebelum intervensi adalah 5,41 dan mengalami peningkatan setelah intervensi menjadi 7,14. Intervensi yang diberiian berhasil meningkatkan skor pengetahuan perawat tentang kebutuhan aspek spiritual pada pasien. Pemenuhan kebutuhan perawatan spiritual pasien oleh perawat di ruang intensif nilai rata-rata sebelum intervensi 55,23 dan mengalami peningkatan setelah intervensi menjadi 57,18 artinya peningkatan skor pengetahuan di ikuti oleh peningkatan pemenuhan kebutuhan spiritual pasien walaupun selisih angka terpaut tidak terlalu besar meskipun dalam penelitian ini ditemukan tidak adanya hubungan yang signifikan antara ke dua variabel (p = 0,372>α=0,05.) Perlu dikaji lebih lanjut faktor lain yang mungkin berkontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan spiritual pasien di ruang intensif.5


DAFTAR PUSTAKA

1.      Ristianingsih D, Septiwi C, Yuniar I. Gambaran motivasi dan tindakan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pasien di ruang icu pku muhammadiyah gombong. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan. Juni 2014; 2(10), 91-99.
2.      Gordon BS, Keogh M, Davidson Z, Griffiths S, Sharma V, Marin D, Mayer S A, Dangayach NS. Addressing spirituality during critical illness: a review of current literature. Journal of Critical Care. 2018; (45): 76-81.doi.
3.      Aslakson RA, Kweku J, Kinnison M, Singh S, Crowe II TY, & the AAHPM Writing Group. Operationalizing the measuring what matters spirituality quality metric in a population of hospitalized, critically ill patients and their family members. Journal of Pain and Symptom Management. March 2017; 3(53): 650-655.
4.      Sadeghi N, Hasanpour M, Heidarzadeh M, Alamolhoda A, Waldman E. Spiritual needs of families with bereavement and loss of an infant inthe neonatal intensive care unit: a qualitative study. Journal of Pain and Symptom Management. July 2016; 1(52): 35-42.
5.      Wardah, Febtrina R, Dewi E. Pengaruh  pengetahuan perawat terhadap pemenuhan perawatan spiritual pasien dii ruang intensif. Jurnal Endurance. Oktober 2017; 2(3): 436-443.


Novel Bahasa Jawa "Tresno Waranggono"

                                                                           Tresno Waranggono “ Theng-theng” swara bel muni, kang tandane w...