LAPORAN
BIOLOGI
KURVA
SIGMOID PERTUMBUHAN DAUN KACANG MERAH
![](file:///C:/Users/acerid/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.jpg)
Kelompok
10
Nama
Anggota :
1. Dwi Putri Mei Nandasari (16)
2. Eli Ermawati (18)
3. Jihan Rahma Solikati (23)
4. Lilis Indria Sari (27)
KELAS
XII IPA 2
SMA
NEGERI 1 JAKENAN
TAHUN
PELAJARAN 2016/2017
KATA PENGANATAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.
Adapun judul laporan ini adalah “Kurva Sigmoid Pertumbuhan Daun Kacang Merah”. Laporan ini kami buat untuk memenuhi tugas mapel
Biologi.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Bu Eni
Mudjayanti S.Pd., selaku guru pembimbing mapel Biologi kami. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membimbing kami dalam
menyelesaikan laporan ini.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kami mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun demi
perbaikan di masa mendatang.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih. Semoga laporan ini bermanfaat
bagi kita semua.
Jakenan, 20 Agustus 2016
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR.......................................................................................................... i
DAFTAR
ISI........................................................................................................................ ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang......................................................................................... ....................... 1
1.2 Rumusan
Masalah.................................................................................... ....................... 2
1.3 Tujuan
Penelitian..................................................................................... ....................... 2
1.4 Manfaat
Penelitian................................................................................... ....................... 2
BAB II
KAJIAN
PUSTAKA
2.1 Kacang
Merah.............................................................................................................. 3
2.2
Pengertian Pertumbuhan dan
Perkembangan....................................................................4
2.3
Pertumbuhan dan Perkembangan
Awal............................................................................ 6
2.4 Teori,
Konsep dan Fakta-Fakta...................................................................................... 8
2.5
Hipotesis....................................................................................................................... 11
BAB III
METODE
PENELITIAN
3.1 Waktu
dan Tempat
Penelitian......................................................................................... 12
3.2 Alat dan
Bahan...............................................................................................................12
3.3 Cara
Kerja..................................................................................................................... 13
3.4 Teknik
Pengambilan
Data................................................................................................ 13
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Tabel
Hasil Pengamatan Pertumbuhan Daun Kacang
Merah..............................................14
4.2
Tabel Rata-Rata Panjang
Daun........................................................................................16
4.3Kurva
Sigmoid Pertumbuhan Daun Pada Kacang
Merah...................................................17
4.4
Penjelasan Tabel Hasil Pengamatan dan
Kurva.................................................................17
4.4
Pertanyaan dan
Jawaban.................................................................................................19
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan................................................................................................................... 22
5.2
Saran....................................................................................................................... .... 22
DAFTAR
PUSTAKA......................................................................................................... 23
(Lampiran)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Proses pertumbuhan merupakan hal yang mencirikan suatu perkembangan bagi
makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun
tumbuhan. Tumbuhan adalah makhluk hidup yang mempunyai ciri sebagaimana makhluk
hidup lainnya. Salah satu ciri tumbuhan adalah mengalami pertumbuhan dan
perkembangan. Pertumbuhan
pada tanaman dapat dilihat dari makin besarnya suatu tanaman yang disebabkan
oleh jumlah sel yang bertambah banyak dan bertambah besar.dan bersifat tidak
dapat balik (irreversible). Selain tumbuh, tanaman juga mengalami perkembangan.
Perkembangan adalah peristiwa biologis menuju kedewasaan tidak dapat dinyatakan
dengan ukuran tetapi dengan perubahan bentuk tubuh (metamorfosis) dan tingkat
kedewasaan.
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua proses yang berjalan
secara stimultan (pada waktu yang bersamaan). Perbedaannya terletak pada faktor
kuantitatif karena mudah diamati, yaitu perubahan jumlah dan ukuran. Dalam proses
pertumbuhan terjadi penambahan dan perubahan volume sel secara signifikan
seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya umur tanaman. Sebaliknya perkembangan dapat dinyatakan secara kualitatif karena
perubahannya bersifat fungsional.
Pertumbuhan
sendiri dapat diukur sebagai pertambahan panjang, lebar, atau luas, juga dapat
diukur berdasarkan pertambahan volume, massa atau berat (segar atau kering).
Pola pertumbuhan dapat dibagi dalam tiga fase pertumbuhan yaitu pertama fase
logaritmik atau fase eksponensial, kemudian fase linier dan yang terakhir fase
penurunan kadar cepat pertumbuhan yang kemudian disebut penuaan (senescene).
Peningkatan kadar cepat pertumbuhan terjadi selama fase linier dan menurun
menuju nol selama proses penuaan.
Perkecambahan
merupakan tahap awal /permulaan suatu tanaman untuk tumbuh dan berkembang nya
suatu embrio yang akan muncul dari dalam biji Perkecambahan
sering dianggap sebagai permulaan kehidupan tumbuhan. Perkecambahan etrjadi
karena pertumbuhan radikula (calon akar) dan pertumbuhan plumula (calon
batang). radikula tumbuh kebawah menjadi akar sedangkan plumula tumbuh keatas
menjadi batang. lalu setelah itu suatu tanaman tersebut akan
mengalami pertumbuhan dan perkembangan melalui proses pertumbuhan pada
tanamanan.
Pertumbuhan tanaman mula-mula lambat, kemudian berangsur-angsur lebih cepat
sampai tercapai suatu maksimum, akhirnya laju tumbuh menurun. Apabila
digambarkan dalam grafik, dalam waktu tertentu maka akan terbentuk kurva
sigmoid (bentuk S). Bentuk kurva sigmoid untuk semua tanaman kurang lebih
tetap, tetapi penyimpangan dapat terjadi sebagai akibat variasi-variasi di
dalam lingkungan. Ukuran akhir, rupa dan bentuk tumbuhan ditentukan oleh
kombinasi pengaruh faktor keturunan dan lingkungan. Proses
pertumbuhan menunjukkan suatu perubahan dan dapat dinyatakan dalam bentuk kurva
atau diagram pertumbuhan.
Bentuk kurva sigmoid untuk semua tanaman kurang lebih tetap, tetapi
penyimpangan dapat terjadi sebagai akibat variasi-variasi di dalam lingkungan.
Ukuran akhir, rupa dan bentuk tumbuhan ditentukan oleh kombinasi pengaruh
faktor keturunan dan lingkungan, sehubungan dengan itu maka dilakukan percobaan
ini. Percobaan
ini diadakan dengan melihat berapa rata-rata pertumbuhan daun dengan
menggunakan kurva sigmoid tersebut. Tujuan diadakannya percobaan ini adalah
untuk mengamati laju tumbuh daun sejak dari embrio dalam biji hingga daun
mencapai ukuran tetap pada tanaman kacang merah.
1.2 Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah dari penelitian yang kami lakukan adalah sebagai
berikut:
1.
Bagaimanakah laju pertumbuhan daun pada kacang merah?
2.
Bagaimanakah rata-rata pertumbuhan daun kacang merah
setiap harinya?
3.
Bagaimanah bentuk kurva sigmoid pertumbuhan daun
kacang merah?
1.3 Tujuan
Penelitian
Dari rumusan
masalah di atas dapat ditentukan tujuan dari praktikum ini yaitu untuk meneliti
laju tumbuh daun mulai dari embrio dalam biji sampai daun mencapai ukuran tetap
pada tanaman kacang merah (Phaseolus
vulgaris).
1.4 Manfaat
Penelitian
1.
Mengetahui laju pertumbuhan daun pada kacang merah.
2.
Mengetahui rata-rata pertumbuhan daun kacang merah
setiap harinya.
3.
Mengetahui bentuk kurva sigmoid pertumbuhan daun
kacang merah
BAB II
KAJIAN
PUSTAKA
2.1 Kacang
Merah
Taksonomi tanaman
Kingdom :
Plant Kingdom
Divisio :
Spermatophyta
Sub
divisio :
Angiossper
Kelas :
Dicotyledonae
Sub
kelas :
Calyciflorae
Ordo :
Rosales (Leguminales)
Famili :
Leguminosae (Papilionaceae)
Sub
famili :
Papilionoideae
Genus :
Phaseolus
Spesies : Phaseolus
vulgaris L.
Habitat tanaman
Kacang merah akan berbunga pada
panjang hari 9-18 jam dan untuk tipe berhari pendek memerlukan panjang hari
terendah antara 11-12.3 jam untuk inisiasi bunga. Temperatur optimum antara 16
hingga 27 ° C. Curah hujan normal tahunan adalah 900-1500 mm tetapi dapat
toleran dengan sedikitnya 500-600 mm dalam satu musim penanaman. Kacang ini
tumbuh di dataran rendah tropis dan area subtropis tetapi dapat tumbuh hingga
ketinggian 2000-2500 m. Kacang merah menyukai lahan beraerasi dan berdrainase
baik dengan pH 6.0-6.8. Beberapa kultivar tahan terhadap lahan asam dengan pH
serendah-rendahnya 4.4.
2.2 Pengertian
Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan
dapat diartikan sebagai suatu proses pertambahan ukuran atau volume serta
jumlah sel secara irreversible, atau tidak dapat kembali ke bentuk semula.
Sedangkan Perkembangan adalah peristiwa perubahan biologis menuju kedewasaanm
tidak dapat dinyatakan dengan ukuran tetapi dengan perubahan bentuk tubuh
(metamorfosis) dan tingkat kedewasaan.
Pada
proses pertumbuhan selalu terjadi peningkatan volume dan bobot tubuh
peningkatan jumlah sel dan protoplasma. Berbeda dengan pertumbuhan,
perkembangan bukan merupakan besaran sehingga tidak dapat diukur. Perkembangan
pada tumbuhan diawalai sejak terjadi fertilisasi. Calon Tumbuhan akan berubah
bentuk dari sebuah telur yang dibuahi menjadi zigot, embrio, dan akhirnya
menjadi sebatang pohon. Proses pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan
diawali dengan aktivitas sintetis bahan mentah (bahan baku) berupa molekul
sederhana dan molekul kompleks. Tahapan yang dilalui selama melangsungkan
proses tersebut adalah sebagai berikut :
a.
Tahap
pembelahan sel, yaitu sel induk membelah menjadi beberapa sel anak.
b.
Tahap
pembentangan, yaitu pembesaran atau peningkatan volume sel anak. Pada sel
tumbuhan, peningkatan tersebut biasanya disebabkan oleh penyerapan air kedalam
vakuola.
c.
Tahap
pematangan, yaitu perkembangan sel anak yang telah mencapai ukuran tertentu
menjadi bentuk khusus (terspesialisasi) melalui proses diferensiasi. Pada
akhirnya terbentuk jaringan, organ, dan individu.
2.3 Pertumbuhan
dan Perkembangan Awal
Pertumbuhan awal tumbuhan berbiji dimulai dari biji. Biji
mengandung potensi yang dibutuhkan untuk tumbuh menjadi individu yang baru,
misalnya embrio, cadangan makanan, dan calon daun (calon akar).
Sebutir biji mengandung satu embrio. Embrio terdiri atas
radikula (yang akan tumbuh menjadi akar) dan planula ( yang akan tumbuh menjadi
kecambah). Cadangan Makanan bagi embrio tersimpan dalam kotiledon yang
didalamnya terkandung pati, protein, dan beberapa jenis enzim. Kotiledon
dikelilingi oleh bahan yang kuat, yang disebut testa. Testa berfungsi sebagai
pelindung kotiledon untuk mencegah kerusakan embrio dan masuknya bakteri atau
jamur kedalam biji. Testa memiliki sebuah lubang kecil, disebut mikropil.
Didekat mikropil terdapat hilum yang menggabungkan kulitkotiledon.
Biji memiliki kandungan air yang sangat sedikit. Pada saat
biji terbentuk, air didalamnya dikeluarkan sehingga biji mengalami dehidrasi.
Akibat ketiadaan air, biji tidak dapat melangsungkan proses metabolism sehingga
menjadi tidak aktif (dorman). Dormansi biji sangat bermanfaat pada kondisi
tidak nyaman (suasana ekstrem, sangat dingin atau kering) karena struktur biji
yang kuat akan melindungi embrio agar tetap bertahan hidup.
a. Perkembangan
Embrio
Embrio berkembang didalam biji. Setelah fertilisasi, zigot
mengalami rangakian pembelahan sel. Salah satu dari dua sel yang berasal dari
mitosis zigot akan berkembang menjadi embrio asli, sedangkan sel yang lain
menjadi bahan awaldari jaringan suspensor.
Embrio didalam bakaln biji (ovulum) berkembang menjadi massa
bulat yang mengandung ratusan sel. Massa sel tersebut berkembang menjadi
jaringan primer dan akhirnya membentuk seluruh jaringan utama tumbuhan dewasa,
termasuk kotiledon. Kotiledon berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan dan
perkecambahan (germinasi).
Pada kutub embrio ditemukan dua massa sel yang belum terdiferensiasi,
yaitu meristem apical ujung (terminal) dan meristem apical akar. Sel-sel
tersebut berada dalam kondisi dorman ketika biji pada masa dorminasi. Setelah
biji berkecambah, kedua massa sel tersebut berkembang menjadi daerah
pertumbuhan batang dan akar. Perkembangan embrio terhenti setelah mencapai
tahapan tertentu, yaitu saat bakal biji telah menjadi biji matang. Biji
tersebut tetap, yaitu sesuai untuk perkecambahan. Didalam biji yang matang,
endosperma akan telah terdiferensiasi menjadi lapisan terluar sel (aleuron) dan
massa sel terdalam bertepung. Sel-sel aleuron menyintesis enzim amilase. Enzim
tersebut dapat mengubah cadangan zat pati didalam endosperma menjadi gula yang
dapat digunakan oleh embrio.
b. Perkecambahan
Perkecambahan
adalah proses pertumbuhan embrio dan komponen-komponen biji yang memiliki
kemampuan untuk tumbuh secara normal menjadi tumbuhan baru. Komponen biji
tersebut adalah bagian kecambah yang terdapat didalam biji, misalnya radikula
dan plumula.
·
Tahapan perkecambahan
Perkembangan
biji berhubungan dengan aspek kimiawi. Proses tersebut meliputi beberapa
tahapan, antara lain imbibisi, sekresi hormone dan enzim, hidrolisis cadangan
makanan, pengiriman bahan makanan terlarut dan hormone ke daerah titik tumbuh
atau daerah lainnya, serta asimilasi (fotosintetis).
Proses
penyerapan cairan pada biji (imbibisi) terjadi melalui mikropil. Air yang masuk
kedalam kotiledon membengkak. Pembengkakan tersebut pada akhirnya menyebabkan
pecahnya testa.
Awal
perkembangan didahului aktifnya enzim hidrolase (protease, lipase, dan
karbohidrase) dan hormone pada kotiledon atau endosperma oleh adanya air. Enzim
protease segera bekerja mengubah molekul protein menjadi asam amino. Asam amino
digunakan untuk membuat molekul protein baru bagi membrane sel dan sitoplasma.
Timbunan pati diuraikan menjadi maltose kemudian menjadi glukosa. Sebagian
glukosa akan diubah menjadi selulosa, yaitu bahan untuk membuat dinding sel
bagi sel-sel yang baru. Bahan makanan terlarut berupa maltosa dan asam amino
akan berdifusi ke embrio.
Semua
proses tersebut memerlukan energi. Biji memperoleh energy melalui pemecahan
glukosa saat proses respirasi. Pemecahan glukosa yang berasal dari timbunan
pati menyebabkan biji kehilangan bobotnya. Setelah beberapa hari, plumula
tumbuh di atas permukaan tanah. Daun pertama membuka dan mulai melakukan
fotosintesis.
·
Tipe Perkecambahan
Berdasarkan
posisi kotiledon dalam proses perkecambahan dikenal perkecambahan hypogeal dan
epigeal.
1. Hipogeal
Hipogeal
adalah pertumbuhan memanjang dari epikotil yang meyebabkan plumula keluar
menembus kulit biji dan muncul di atas tanah. Kotiledon relative tetap
posisinya. Contoh tipe ini terjadi pada kacang kapri dan jagung.
2. Epigeal
Pada epigeal hipokotillah yang tumbuh memanjang, akibatnya
kotiledon dan plumula terdorong ke permukaan tanah. Perkecambahan tipe ini
misalnya terjadi pada kacang merah dan jarak. Pengetahuan tentang hal ini
dipakai oleh para ahli agronomi untuk memperkirakan kedalaman tanam.
Ø Pengaruh Cahaya dalam Pertumbuhan
Cahaya
bermanfaat bagi tumbuhan terutama sebagai energi yang nantinya digunakan untuk
proses fotosintesis. Cahaya juga berperan dalam proses pembentukan klorofil.
Akan tetapi cahaya dapat bersifat sebagai penghambat (inhibitor) pada proses
pertumbuhan, hal ini terjadi karena cahaya dapat memacu difusi auksin kebagian
yang tidak terkena cahaya. Sehingga, proses perkecambahan yang diletakan di
tempat yang gelap akan menyebabkan terjadinya etiolasi.
2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan
Perkembangan
Faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman :
1. Faktor
Internal
·
Gen
Setiap jenis tumbuhan membawa gen untuk sifat-sifat
tertentu, seperti berbatang tinggi atau berbatang
rendah. Tumbuhan yang mengandung gen ‘baik’ dan didukung oleh lingkungan
yang sesuai akan.memperlihatkan
pertumbuhan yang baik.
·
Hormon
Hormon pada tumbuhan juga memegang peranan penting dalam
proses perkembangan dan pertumbuhan.
Auksin :untuk membantu perpanjangan sel
Giberelin :untuk pemanjangan dan pembelahan
sel
Sitokinin :untuk
menggiatkan pembelahan sel
Etilen :untuk
mempercepat buah menjadi matang
Asam
traumalin :Merangsang pemebelahan sel di bagian
tumbuhan yang luka
Kalin :Merangsang
pembentukan organ tumbuhan sbb :
- Rizokalin
: Untuk pembentukan akar
- Aulokalin
: Untuk
pembentukan batang
- Filokalin
:
Untuk pembentukan daun
- Antokalin
: Untuk pembentukan bunga
2.
Faktor Eksternal
·
Air
Fungsi air antara lain :
- Untuk Fotosintesis
-
Mengaktifkan reaksi-reaksi enzim
-
Membantu proses perkecambahan biji
-
Menjaga (mempertahankan) kelembapan
-
Untuk transpirasi
-
Meningkatkan tekanan turgor sehingga
merangsang pemebelahan sel
-
Menghilangkan asam asbisat
·
Suhu
/ Temperatur Lingkungan
Tinggi
rendah suhu menjadi salah satu faktor yang menentukan tumbuh kembang,
reproduksi dan kelangsungan hidup dari tanaman. Suhu yang
baik bagi tumbuhan adalah antara 22°C-37°C. Temperatur yang lebih atau kurang
dari batas normal tersebut dapat mengakibatkan pertumbuhan yang lambat atau
berhenti.
·
Kelembaban
Udara
Kadar air
dalam udara dapat mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan tumbuhan.
Tempat yang lembab menguntungkan bagi tumbuhan di mana tumbuhan dapat
mendapatkan air lebih mudah serta berkurangnya penguapan yang akan berdampak
pada pembentukan sel yang lebih cepat.
·
Cahaya
Matahari
Sinar
matahari sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk dapat melakukan fotosintesis
(khususnya tumbuhan merah). Jika suatu tanaman kekurangan cahaya matahari, maka
tanaman itu bisa tampak pucat dan warna tanaman itu kekuning-kuningan
(etiolasi). Pada kecambah, justru sinar matahari dapat menghambat proses
pertumbuhan.
·
Nutrien
Tumbuhan memerlukan nutrien untuk kelangsungan hidupnya.
Nutrien yang dibutuhkan dalam jumlah banyak disebut unsur makro (makronutrien).
Unsur makro misalnya karbon, oksigen, hidrogen, nitrogen, sulfur, kalium,
kalsium, fosfor, dan magnesium. Sedangkan nutrien yang dibutuhkan tumbuhan
dalam jumlah sedikit disebut unsur mikro (Mikronutrien). Contoh unsur mikro
adalah klor, besi, boron, mangan, seng, tembaga, dan molibdenum.
Kekurangan nutrien di tanah atau media tempat tumbuhan hidup
menyebabakan tumbuhan mengalami defisiensi. Defisiensi mengakibatkan tumbuhan
menjadi tumbuh dan berkembang dengan tidak sempurna.
·
Kelembapan
Kelembapan ada kaitannya dengan laju transpirasi melalui
daun, karena transpirasi akan terkait dengan laju pengangkutan air dan unsur
hara terlarut. Jika kondisi lembap dapat dipertahankan, akan banyak air yang
diserap dan lebih sedikit yang diuapkan. Kondisi ini mendukung aktivitas
pemanjangan sel sehingga sel-sel lebih cepat mencapai ukuran maksimum dan
tumbuhan membesar.
2.5 Teori, Konsep dan Fakta-Fakta
Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan yang
tidak dapat balik dalam ukuran pada semua sistem biologi. Pertumbuhan ini
digambarkan dengan kurve yang sigmoid. Proses pertumbuhan ini diatur oleh
pesan hormonal dan respon dari lingkungan (panjang hari, temperatur rendah,
perubahan persediaan air. Pertumbuhan berikutnya disebut diferensiasi,
yang didefinisikan sebagai pengontrolan gen dan hormonal serta lingkungan yang
merubah struktur dan biokimiawi perubahan ini terjadi pada hewan dan tanaman
saat berkembang (Kaufman, dkk., 1975).
Laju pertumbuhan suatu tumbuhan atau bagiannya berubah menurut waktu. Oleh
karena itu, bila laju tumbuh digambarkan dengan suatu grafik, dengan laju
tumbuh ordinat dan waktu pada absisi, maka grafik itu merupakan suatu kurva
berbentuk huruf S atau kurva sigmoid. Kurva sigmoid ini berlaku bagi tumbuhan
lengkap, bagian-bagiannya ataupun sel-selnya. Pertumbuhan tanaman mula-mula
lambat, kemudian berangsur-angsur lebih cepat sampai tercapai suatu maksimum,
akhirnya laju tumbuh menurun. Apabila digambarkan dalam grafik, dalam waktu
tertentu maka akan terbentuk kurva sigmoid (bentuk S). Bentuk kurva sigmoid
untuk semua tanaman kurang lebih tetap, tetapi penyimpangan dapat terjadi
sebagai akibat variasi-variasi di dalam lingkungan. Ukuran akhir, rupa dan
bentuk tumbuhan ditentukan oleh kombinasi pengaruh faktor keturunan dan
lingkungan (Tjitrosoepomo, 1999).
Kurva pertumbuhan berbentuk S (sigmoid) yang ideal yang dihasilkan oleh banyak
tumbuhan setahun dan beberapa bagian tertentu dari tumbuhan setahun maupun
bertahunan, Pada fase logaritmik ukuran (V) bertambah secara eksponensial
sejalan dengan waktu (t). Ini berarti laju kurva pertumbuhan (dV/dt) lambat
pada awalnya. Tetapi kemudian meningkat terus. Laju berbanding lurus dengan
organisme, semakin besar organisme semakin cepat ia tumbuh.
Fase
pertumbuhan logaritmik juga menunjukkan sel tunggal. Fase ini adalah fase
dimana tumbuhan tumbuh secara lambat dan cenderung singkat.Pada fase linier,
pertambahan ukuran berlangsung secara konstan, biasanya pada waktu maksimum
selama beberapa waktu lamanya. Laju pertumbuhan ditunjukkan oleh kemiringan
yang konstan pada bagian atas kurva tinggi tanaman oleh bagian mendatar kurva
laju tumbuh dibagian bawah. Fase senescence ditunjukkan oleh laju pertumbuhan
yang menurun saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua.
(Salisbury dan Ross, 1996).
Kurva pertumbuhan berbentuk S (Sigmoid) yang ideal, yang dihasilkan oleh banyak
tumbuhan setahun dan beberapa bagian tertentu dari tumbuhan setahun maupun
bertahun, dengan mengambil contoh tanaman jagung. Kurva menunjukkan ukuran
kumulatif sebagai fungsi dan waktu. Tiga fase utama biasanya mudah dikenali:
fase logaritmik, fase linear, dan fase penuaan (Salisbury dan Ross, 1992).
Menurut Michurin, secara garis besar pertumbuhan dan perkembangan tanaman
dibagi dalam 3 (tiga) fase, yaitu (Pustaka, 2008):
a.
Fase Embryonis, yaitu fase yang dimulai dari
pembentukan zygote sampai terjadinya embrio, yang terjadi di dalam bakal biji
(ovule). Dari zygote diikuti dengan pembelahan sel sesudah itu terjadi
pengembangan sel. Fase embryonis tidak terlihat secara nyata (tidak tergambar
dalam kurve) dalam pertumbuhan tanaman, karena berlangsungnya di dalam biji.
b.
Fase Muda (Juveni//Vegetatif) yaitu, fase yang dimulai
sejak biji mulai berkecambah, tumbuh menjadi bibit dan dicirikan oleh
pembentukan daun – daun yang pertama dan berlangsung terus sampai masa berbunga
dan atau berbuah yang pertama. Perkecambahan merupakan satu rangkaian yang
komplek dari perubahan-perubahan morfologis, fisiologis, dan biokimia. Proses
perkecambahan meliputi beberapa tahap, yaitu imbibisi yaitu proses penyerapan
air oleh benih sehingga kulit benih melunak dan terjadinya hidrasi dari
protoplasma, perombakan cadangan makanan di dalam endosperm, perombakan
bahan-bahan makanan yang dilakukan oleh enzym. ( amilase, protease, lipase),
karbohidrat dirombak menjadi glukosa, gibberellin mengaktifkan produksi enzim
amilase, embrio menyerap air dan proses perkecambahan dimulai, gibberellin
berdifusi dari embrio menuju lapisan aleuron, sel-sel dalam lapisan aleuron
merespon dengan melepaskan enzim pencerna seperti amilase, enzim mencerna pati
di dalam emdosperm menjadi gula dan molekul lain yang diperlukan embrio untuk
tumbuh.
c.
Fase Menua dan Aging ( Senil/Senescence ), beberapa
faktor luar dapat menghambat atau mempercepat terjadinya senescence, misalnya
penaikan suhu, keadaan gelap, kekurangan air dapat mempercepat terjadinya
senescence daun, penghapusan bunga atau buah akan menghambat senescence
tanaman, pengurangan unsur-unsur hara dalam tanah, air, penaikan suhu,
berakibat menekan pertumbuhan tanaman yang berarti mempercepat senescence.
Beberapa cara tersedia dalam pendekatan pada sistem seperti sistem tanaman
dengan produk biomassa yang meningkat secara sigmoid dengan waktu untuk
mendapatkan faktor-faktor dan proses hipotetik. Menerapkan fenomena yang sudah
dikenal cukup baik kepada suatu sistem yang sedang dipelajari merupakan suatu
pendekatan yang umum dilakukan. Pada suatu waktu, distribusi zat dalam setiap
tempat dalam ruangan akan menunjukkan hubungan yang berbentuk sigmoid (Sitompul
danGuritno, 1995).
Umumnya, tahap pertumbuhan tanaman dibagi menjadi dua fase, yakni fase
vegetatif dan fase generatif. Fase vegetatif terjadi pada perkembangan akar,
batang, daun dan batang yang baru, terutama saat awal pertumbuhan atau setelah
massa berbunga dan berbuah (Novizan, 2002).
Pada fase pertumbuhan vegetatif ini ada tiga aspek penting yang perlu
diketahui, yaitu pembelahan sel (cell division), pembesaran sel (cell
enlargemen), dan diferensiasi (penggandaan) sel (cell differentiation) (Ashari,
1995).
Fase reproduktif terjadi pada pembentukan dan perkembangan kuncup-kuncup bunga,
buah, dan biji atau pada perbesaran dan pendewasaan struktur penyimpanan
makana, akar-akar dan batang yang berdaging. Dapat dilihat adanya perubahan
dalam berat kering selama kurang lebih 10 hari pertama. Kemudian penurunan
berat terjadi sampai kurang lebih 20 hari berlalu (Heddy, 2001).
Pola pertumbuhan tegakan antara lain dapt dinyatakan dalam bentuk kurva
pertumbuhan yang merupakan hubungan fungsional antara sifat tertentu tegakan,
antara lain volume, tinggi, bidang dasar, biomassa, dan diameter dengan umur
tegakan. Bentuk kurva pertumbuhan tegakan yang ideal akan mengikuti bentuk
ideal bagi pertumbuhan organisme (termasuk tumbuh-tumbuhan), yaitu berbentuk
kurva sigmoid (Latifah, 2008).
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan yaitu (Wikipedia, 2008).
1. Faktor
Luar
a.
Air dan mineral berpengaruh pada pertumbuhan
tajuk 2 akar. Diferensiasi salah satu unsur hara atau lebih akan menghambat
atau menyebabkan pertumbuhan tak normal.
b.
Kelembaban
c.
Suhu di antaranya mempengaruhi kerja enzim. Suhu ideal
yang diperlukan untuk pertumbuhan yang paling baik adalah suhu optimum, yang
berbeda untuk tiap jenis tumbuhan.
d.
Cahaya mempengaruhi fotosintesis. Secara umum
merupakan faktor penghambat. Etiolasi adalah pertumbuhan yang sangat cepat di
tempat yang gelap. Fotoperiodisme adalah respon tumbuhan terhadap intensitas
cahaya dan panjang penyinaran.
2. Faktor
Dalam
a.
Faktor hereditas
Faktor
gen/hereditas juga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman.
Apabila gen induk bagus maka anakan yang dihasilkan juga akan bagus, dan
apabila gen induk tidak bagus maka anakan yang dihasilkan juga tidak bagus.
b.
Hormon
Hormon pada
tumbuhan juga memegang peranan penting dalam proses perkembangan dan
pertumbuhan seperti hormon auksin untuk membantu perpanjangan sel, hormon
giberelin untuk pemanjangan dan pembelahan sel, hormon sitokinin untuk
menggiatkan pembelahan sel dan hormon etilen untuk mempercepat buah menjadi
matang.
2.6 Hipotesis
Tanaman
memiliki laju tumbuh sejak dari embrio dalam biji, stadia vegetative dan stadia
generatif . Ditandai dengan pertambahan tinggi tanaman, jumlah daun.Tinggi
tanaman dan jumlah daun mengalami 3 fase perumbuhan, yaitu fase logaritmik,
fase linear, dan fase penuaan. Pada praktikum pengamatan pertumbuhan tanaman
kacang merah itu selam 2 minggu akan terjadi linier.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Adapun waktu
dan tempat pelaksanaan praktikum ini yaitu diadakan pada:
Hari/tanggal : Senin,1 Agustus 2016- Senin, 15 Agustus 2016
Waktu : 10.00 (menanam biji kacang merah)- selesai → 2 minggu
Tempat : Taman depan kelas XII IPA 2
SMA Negeri 1 Jakenan
Hari/tanggal : Senin,1 Agustus 2016- Senin, 15 Agustus 2016
Waktu : 10.00 (menanam biji kacang merah)- selesai → 2 minggu
Tempat : Taman depan kelas XII IPA 2
SMA Negeri 1 Jakenan
3.2 Alat
dan Bahan
1.
Kertas
millimeter
2.
Label
nama sebagai penanda
3.
Pisau
/ cutter
4.
Pot
/ polibag yang diisi dengan humus , pasir, dan kompos sebagai media tanam
dengan perbandingan 2 : 1 : 1
5.
Air
untuk menyiram tanaman
6.
Bayfolan
sebagai pupuk daun untuk tanaman
7.
Biji
kacang kedelai merah ( phaseolus vulgaris
)
3.3 Cara
Kerja
Prosedur
kerja dari percobaan ini adalah :
1.
Menyiapkan
biji kacang merah yang baik dan berukuran seragam sebanyak 18 biji.
2.
Merendam
biji kacang merah Phaseolus vulgaris di dalam air kurang lebih selama 1-2 jam .
3.
Mengupas
3 biji dan membuka kotiledonnya, mengukur panjang daun pada embrionya dengan
kertas milimeter, penggaris, kemudian
menghitung nilai rata-ratanya.
4.
Menanam
15 biji dalam polybag yang terbagi dalam 5 pot ( polibag) , setiap pot terdiri
dari 3 biji.
5.
Menyiram
dengan air secukupnya.
6.
Memelihara
selama 2 minggu dengan menyiramnya secara rutin setiap pagi.
7.
Mengamati
tinggi tanaman dan jumlah daun sebagai berikut
a. Mengukur panjang daun pertamanya
pada umur 1-14 hari. Karena ada 5 pot , maka tiap umur pengamatan berasal dari
satu pot dengan 3 ulangan.
b. Mengukur daun pada umur 3 dan 5 hari
yang dilakukan dengan menggali tanah, tiap pengukuran dilakukan tanpa memotong
kecambah.
c. Mengukur selanjutnya dilakukan tanpa
menggali biji atau memotong daun. Tiap tanaman diberi tanda dengan kertas
label.
d. Membuat grafik dengan panjang
rata-rata daun dan waktu pangukuran sebagai absisa.
3.4 Teknik Pengambilan Data
Teknik/metode
pengumpulan data adalah salah satu bagian dari rencana penelitian. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik
observasi. Observasi ini merukapan teknik pengumpulan data dengan melakukan dan
pencatatatan terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan penelitian ini.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Tabel Hasil Pengamatan Pertumbuhan Daun Kacang
Merah
Hari ke-
|
Polybag
|
Panjang Daun (cm)
|
Rata-Rata
|
||
Tanaman 1
|
Tanaman 2
|
Tanaman 3
|
|||
1
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
4
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
Rata-Rata Hari ke-1
|
-
|
||||
Hari ke-
|
Polybag
|
Panjang Daun (cm)
|
Rata-Rata
|
||
Tanaman 1
|
Tanaman 2
|
Tanaman 3
|
|||
2
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
4
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
Rata-Rata Hari ke-1
|
-
|
||||
Hari ke-
|
Polybag
|
Panjang Daun (cm)
|
Rata-Rata
|
||
Tanaman 1
|
Tanaman 2
|
Tanaman 3
|
|||
3
|
1
|
1,5
|
1,7
|
2
|
1,7
|
2
|
1,5
|
2
|
2
|
1,8
|
|
3
|
2,5
|
2,5
|
3,5
|
2,8
|
|
4
|
1
|
1,5
|
1,9
|
1,4
|
|
5
|
2,6
|
2,8
|
3
|
2,8
|
|
Rata-Rata Hari ke-3
|
2,1
|
||||
Hari ke-
|
Polybag
|
Panjang Daun (cm)
|
Rata-Rata
|
||
Tanaman 1
|
Tanaman 2
|
Tanaman 3
|
|||
4
|
1
|
2,1
|
2,2
|
2,4
|
2,2
|
2
|
2,2
|
2,5
|
2,7
|
2,4
|
|
3
|
3
|
3,5
|
3,7
|
3,4
|
|
4
|
1,6
|
1,9
|
3
|
2,1
|
|
5
|
3,5
|
3,7
|
3,9
|
3,7
|
|
Rata-Rata Hari ke-4
|
2,7
|
||||
Hari ke-
|
Polybag
|
Panjang Daun (cm)
|
Rata-Rata
|
||
Tanaman 1
|
Tanaman 2
|
Tanaman 3
|
|||
5
|
1
|
3,1
|
3,3
|
3,9
|
3,4
|
2
|
4,1
|
4
|
3,8
|
3,9
|
|
3
|
4
|
5
|
5,5
|
4,8
|
|
4
|
3,1
|
3,3
|
3,8
|
3,4
|
|
5
|
4,5
|
4,5
|
4,5
|
4,5
|
|
Rata-Rata Hari ke-5
|
4,0
|
||||
Hari ke-
|
Polybag
|
Panjang Daun (cm)
|
Rata-Rata
|
||
Tanaman 1
|
Tanaman 2
|
Tanaman 3
|
|||
6
|
1
|
3,2
|
3,5
|
3,9
|
3,5
|
2
|
4,1
|
4
|
3,8
|
3,9
|
|
3
|
4,5
|
5,2
|
6
|
5,2
|
|
4
|
3,4
|
3,2
|
4,5
|
3,7
|
|
5
|
5,5
|
5,5
|
5,2
|
5,4
|
|
Rata-Rata Hari ke-6
|
4,3
|
Hari ke-
|
Polybag
|
Panjang Daun (cm)
|
Rata-
Rata
|
||
Tanaman 1
|
Tanaman 2
|
Tanaman 3
|
|||
8
|
1
|
3,7
|
4,1
|
4,4
|
4,0
|
2
|
4,3
|
4,3
|
4,5
|
4,3
|
|
3
|
5,7
|
5,9
|
6,3
|
5,9
|
|
4
|
4
|
4,5
|
5
|
4,5
|
|
5
|
5,5
|
5,7
|
5,7
|
5,6
|
|
Rata-Rata Hari ke-8
|
4,9
|
||||
Hari ke-
|
Polybag
|
Panjang Daun (cm)
|
Rata-Rata
|
||
Tanaman 1
|
Tanaman 2
|
Tanaman 3
|
|||
9
|
1
|
3,9
|
4,4
|
4,7
|
4,3
|
2
|
4,6
|
4,8
|
4,8
|
4,7
|
|
3
|
5,9
|
6,3
|
6,5
|
6,2
|
|
4
|
4,2
|
4,7
|
5,2
|
4,7
|
|
5
|
5,8
|
6
|
6,4
|
6,0
|
|
Rata-Rata Hari ke-9
|
5,2
|
||||
Hari ke-
|
Polybag
|
Panjang Daun (cm)
|
Rata-Rata
|
||
Tanaman 1
|
Tanaman 2
|
Tanaman 3
|
|||
10
|
1
|
4,1
|
4,6
|
5
|
4,5
|
2
|
4,8
|
5
|
5
|
4,9
|
|
3
|
6,1
|
6,5
|
6,8
|
6,4
|
|
4
|
4,8
|
5
|
5,5
|
5,1
|
|
5
|
6
|
6,4
|
6,6
|
6,3
|
|
Rata-Rata Hari ke-10
|
5,4
|
||||
Hari ke-
|
Polybag
|
Panjang Daun (cm)
|
Rata-Rata
|
||
Tanaman 1
|
Tanaman 2
|
Tanaman 3
|
|||
11
|
1
|
4,4
|
4,7
|
5,1
|
4,7
|
2
|
5
|
5,1
|
5,1
|
5,0
|
|
3
|
6,1
|
6,5
|
6,9
|
6,5
|
|
4
|
5,2
|
5,2
|
5,6
|
5,3
|
|
5
|
6,4
|
6,5
|
6,6
|
6,5
|
|
Rata-Rata Hari ke-11
|
5,6
|
||||
Hari ke-
|
Polybag
|
Panjang Daun (cm)
|
Rata-Rata
|
||
Tanaman 1
|
Tanaman 2
|
Tanaman 3
|
|||
12
|
1
|
4,6
|
4,9
|
5
|
4,8
|
2
|
5,2
|
5,3
|
5,3
|
5,2
|
|
3
|
6,1
|
6,6
|
6,9
|
6,5
|
|
4
|
5,5
|
5,3
|
5,7
|
5,5
|
|
5
|
6,6
|
6,6
|
6,7
|
6,6
|
|
Rata-Rata Hari ke-12
|
5,7
|
||||
Hari ke-
|
Polybag
|
Panjang Daun (cm)
|
Rata-Rata
|
||
Tanaman 1
|
Tanaman 2
|
Tanaman 3
|
|||
14
|
1
|
4,8
|
5,2
|
5,2
|
5
|
2
|
5,4
|
5,5
|
5,4
|
5,4
|
|
3
|
6,3
|
6,8
|
7
|
6,7
|
|
4
|
5,7
|
5,5
|
6
|
5,7
|
|
5
|
6,8
|
6,6
|
6,9
|
6,7
|
|
Rata-Rata Hari ke-14
|
5,9
|
4.2 Tabel Rata-Rata
Panjang Daun
Waktu Pengukuran (hari)
|
Panjang Rata- Rata Daun (cm)
|
Rata-Rata
|
||||
POT 1
|
POT 2
|
POT 3
|
POT 4
|
POT 5
|
||
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
3
|
1,7
|
1,8
|
2,8
|
1,4
|
2,8
|
2,1
|
4
|
2,2
|
2,4
|
3,4
|
2,1
|
3,7
|
2,7
|
5
|
3,4
|
3,9
|
4,8
|
3,4
|
4,5
|
4
|
6
|
3,5
|
3,9
|
5,2
|
3,7
|
5,4
|
4,3
|
7 (Minggu)
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
8
|
4
|
4,3
|
5,9
|
4,5
|
5,6
|
4,9
|
9
|
4,3
|
4,7
|
6,2
|
4,7
|
6
|
5,2
|
10
|
4,5
|
4,9
|
6,4
|
5,1
|
6,3
|
5,4
|
11
|
4,7
|
5
|
6,5
|
5,3
|
6,5
|
5,6
|
12
|
4,8
|
5,2
|
6,5
|
5,5
|
6,6
|
5,7
|
13 (Minggu)
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
14
|
5
|
5,4
|
6,7
|
5,7
|
6,7
|
5,9
|
4.3 Kurva Sigmoid Pertumbuhan Daun Pada Kacang Merah
4.4 Penjelasan Tabel Hasil Pengamatan dan Kurva
Percobaan ini menggunakan
kacang merah Phaseolus vulgaris yang bertujuan untuk mengamati
laju tumbuh daun sejak dari embrio dalam biji hngga mencapai ukuran tetap pada tanaman
tersebut.
Percobaan ini menggunakan 18 biji, dengan 3 biji diantaranya digunakan untuk mengukur panjang
kotiledonnya dan dihitung rata-ratanya, selanjutnya biji yang tersisa, yaitu 15 biji digunakan untuk mengukur panjang daun dengan ditanam dalam polybag
selama 2 minggu, dengan pengukuran di hari ke-1, ke-2 hingga hari ke-14.
Berdasarkan hasil pengukuran
panjang kotiledon diperoleh, panjang kotiledon biji 1, yaitu 0,8 cm, biji 2,
yaitu 0,5 cm dan biji 3, yaitu 0,6 cm. Selanjutnya untuk pengukuran panjang
daun setelah pengamatan selama 14 hari dan dengan pengukuran sebanyak 12 kali. Pengukuran dilakukan hanya sebanyak 12 kali dikarenakan pada 2 hari pada
hari minggu tidak bisa dilakukan pengukuran. Hal ini dikarenakan minggu adalah
hari libur dan tidak ada kegiatan disekola.
Dimana titik awal pengukuran dari daun tersebut diawali pada tangkai dasar
dari daun. Setiap pengukuran panjang daun dari 3 biji selanjutnya
dirata-ratakan untuk kemudian dimasukkan dalam sebuah grafik. Jadi, untuk
setiap grafik pengukuran terdiri atas nilai rata-rata dari panjang daun 3 biji
untuk pengukuran sebanyak 12 kali dalam
waktu 14 hari.
Pengamatan untuk pengukuran panjang daun dari polybag 1, biji 1, 2 dan 3 diperoleh
pada hari ke-1 dan ke-2 belum tumbuh. Untuk hari
ke-3, diperoleh panjang rata-rata 1,7 cm. Pada hari ke-4, diperoleh
panjang rata-rata 2,2 cm. Panjang
rata-rata pada hari ke-5
adalah 3,4 cm. Pada hari ke-6, diperoleh panjang rata-rata 3,5 cm. Pada hari ke-8, diperoleh
panjang rata-rata 4 cm. Pada
hari ke-9, diperoleh panjang rata-rata 4,3 cm. Pada hari ke-10, diperoleh
panjang rata-rata 4,5 cm. Pada
hari ke-11, diperoleh panjang rata-rata 4,7 cm. Pada hari ke-12, diperoleh panjang rata-rata 4,8 cm. Kemudian, untuk hari ke14- diperoleh panjang rata-rata 5 cm.
Pengamatan untuk pengukuran panjang daun dari polybag 2, biji 1, 2 dan 3 diperoleh
pada hari ke-1 dan ke-2 belum tumbuh. Untuk hari
ke-3, diperoleh panjang rata-rata 1,8 cm. Pada hari ke-4, diperoleh
panjang rata-rata 2,4 cm. Panjang
rata-rata pada hari ke-5
adalah 3,9 cm. Pada hari ke-6, diperoleh panjang rata-rata 3,9 cm. Pada hari ke-8, diperoleh
panjang rata-rata 4,3 cm. Pada
hari ke-9, diperoleh panjang rata-rata 4,7 cm. Pada hari ke-10, diperoleh
panjang rata-rata 4,9 cm. Pada
hari ke-11, diperoleh panjang rata-rata 5 cm. Pada hari ke-12, diperoleh panjang rata-rata 5,2 cm. Kemudian, untuk hari ke14- diperoleh panjang rata-rata 5,4 cm.
Pengamatan untuk pengukuran panjang daun dari polybag 3, biji 1, 2 dan 3 diperoleh
pada hari ke-1 dan ke-2 belum tumbuh. Untuk hari
ke-3, diperoleh panjang rata-rata 2,8 cm. Pada hari ke-4, diperoleh
panjang rata-rata 3,4 cm. Panjang
rata-rata pada hari ke-5
adalah 4,8 cm. Pada hari ke-6, diperoleh panjang rata-rata 5,2 cm. Pada hari ke-8, diperoleh
panjang rata-rata 5,9 cm. Pada
hari ke-9, diperoleh panjang rata-rata 6,2 cm. Pada hari ke-10, diperoleh
panjang rata-rata 6,4 cm. Pada
hari ke-11, diperoleh panjang rata-rata 6,5 cm. Pada hari ke-12, diperoleh panjang rata-rata 6,5 cm. Kemudian, untuk hari ke14- diperoleh panjang rata-rata
6,7 cm.
Pengamatan untuk pengukuran panjang daun dari polybag 4, biji 1, 2 dan 3 diperoleh
pada hari ke-1 dan ke-2 belum tumbuh. Untuk hari
ke-3, diperoleh panjang rata-rata 1,,4 cm. Pada hari ke-4, diperoleh
panjang rata-rata 2,1 cm. Panjang
rata-rata pada hari ke-5
adalah 3,4 cm. Pada hari ke-6, diperoleh panjang rata-rata 3,7 cm. Pada hari ke-8, diperoleh
panjang rata-rata 4,5 cm. Pada
hari ke-9, diperoleh panjang rata-rata 4,7 cm. Pada hari ke-10, diperoleh
panjang rata-rata 5,1 cm. Pada
hari ke-11, diperoleh panjang rata-rata 5,3 cm. Pada hari ke-12, diperoleh panjang rata-rata 5,5 cm. Kemudian, untuk hari ke14- diperoleh panjang rata-rata
5,7 cm.
Pengamatan untuk pengukuran panjang daun dari polybag 5, biji 1, 2 dan 3 diperoleh
pada hari ke-1 dan ke-2 belum tumbuh. Untuk hari
ke-3, diperoleh panjang rata-rata 2,8 cm. Pada hari ke-4, diperoleh
panjang rata-rata 3,7 cm. Panjang
rata-rata pada hari ke-5
adalah 4,5 cm. Pada hari ke-6, diperoleh panjang rata-rata 5,4 cm. Pada hari ke-8, diperoleh
panjang rata-rata 5,6 cm. Pada
hari ke-9, diperoleh panjang rata-rata 6 cm. Pada hari ke-10, diperoleh
panjang rata-rata 6,3 cm. Pada
hari ke-11, diperoleh panjang rata-rata 6,5 cm. Pada hari ke-12, diperoleh panjang rata-rata 6,6 cm. Kemudian, untuk hari ke14- diperoleh panjang rata-rata
6,7 cm.
Berdasarkan hasil pengamatan
dan pengukuran panjang daun dari 15 biji kacang merah Phaseolus vulgaris diperoleh
pertumbuhan daun yang semakin hari semakin panjang yang berarti bahwa biji
tersebut mengalami pertumbuhan yang dapat dilihat dari polybag 1, 2,3,4 dan 5.
Percobaan ini juga mengacu
pada teori mengenai kurva sigmoid, namun berdasarkan pengamatan yang telah
digambarkan dalam bentuk grafik, tidak nampak pembentukan kurva sigmoid. Hal
ini, disebabkan karena waktu pengamatan yang relatif singkat, pengamatan hanya
sampai ketika pertumbuhan mencapai fase linier, dimana pertumbuhan bertambah
seiring dengan berjalannnya waktu. Kemudian, pengamatan pada hari terakhir
pertumbuhan belum mengalami fase penuaan, dikarenakan nutrisi pada tempat
tumbuhnya belum mengalami kekurangan.
Dikatakan
kurva sigmoid apabila fase pertumbuhannya lengkap, seperti fase logaritmit,
fase linear, dan fase penuaan. Dari hasil pengamatan yang diperoleh tidak
terlihat laju pertumbuhan panjang daun pada kacang hijau yang membentuk kurva
sigmoid yang bentuknya seperti huruf S. Hal ini disebabkan karena adanya faktor
eksternal seperti kekurangan air, dimana pada saat pengamatan selama 2 minggu
kurangnya pasokan air yang diberikan pada tanaman kacang hijau tersebut, selain
itu lingkungan yang kurang mendukung untuk melakukan pertumbuhan dengan
baik. Proses
pertumbuhan ini dipengaruhi oleh faktor
internal seperti gen dan hormon, dan faktor
eksternal, seperti
cahaya, nutrisi, air, kelembaban, dan sebagainya.
4.4
Pertanyaan dan Jawaban
1.
Sebutkan tiga fase utama pertumbuhan tanaman!
Jawab: - Fase
Embryonis,
- Fase Muda
(Juveni/Vegetatif) dan
- Fase Menua
dan Aging ( Senil/Senescence )
Ø Fase
Embryonis, yaitu fase yang dimulai dari pembentukan zygote sampai terjadinya
embrio, yang terjadi di dalam bakal biji (ovule). Dari zygote diikuti dengan
pembelahan sel sesudah itu terjadi pengembangan sel. Fase embryonis tidak
terlihat secara nyata (tidak tergambar dalam kurve) dalam pertumbuhan tanaman,
karena berlangsungnya di dalam biji.
Ø Fase Muda
(Juveni//Vegetatif) yaitu, fase yang dimulai sejak biji mulai berkecambah,
tumbuh menjadi bibit dan dicirikan oleh pembentukan daun – daun yang pertama
dan berlangsung terus sampai masa berbunga dan atau berbuah yang pertama.
Perkecambahan merupakan satu rangkaian yang komplek dari perubahan-perubahan
morfologis, fisiologis, dan biokimia.
Ø Fase Menua
dan Aging ( Senil/Senescence ), beberapa faktor luar dapat menghambat atau
mempercepat terjadinya senescence, misalnya penaikan suhu, keadaan gelap,
kekurangan air dapat mempercepat terjadinya senescence daun, penghapusan bunga
atau buah akan menghambat senescence tanaman, pengurangan unsur-unsur hara
dalam tanah, air, penaikan suhu, berakibat menekan pertumbuhan tanaman yang
berarti mempercepat senescence.
2.
Kapankah pertumbuhan meningkat tajam dan kapankah
pertambahan ukuran berlangsung secara konstan? Mengapa hal itu terjadi?
Jelaskan alasanmu!
Jawab :
Ø Pada fase
linier, karena pada fase ini pertambahan ukuran berlangsung secara konstan
biasanya pada waktu maksimum selama beberapa waktu lamanya.
Ø Hal ini bisa
terjadi karena disebabkan hanya oleh aktivitas yang konstan dari meristem
apikalnya.
Ø Karena pada
hasil percobaan ada beberapa data panjang daun yang mempunyai ukuran yang sama
dan pada fase linier adanya aktivitas yang konstan dari meristem apikalnya
juga.
3.
Mengapa kurva sigmoid merupakan kurva pertumbuhan
cepat pada fase vegetatif sampai titik tertentu?
Jawab :
Karena pada fase vegetatif terjadi
pertumbuhan yang cepat, fase yang dimulai sejak biji mulai berkecambah, tumbuh
menjadi bibit dan dicirikan oleh pembentukan daun – daun yang pertama dan
berlangsung terus sampai masa berbunga dan atau berbuah yang pertama. terjadi
pada perkembangan akar, batang, daun dan batang yang baru, terutama saat awal
pertumbuhan atau setelah massa berbunga dan berbuah . Pada fase pertumbuhan
vegetatif ini ada tiga aspek penting yang perlu diketahui, yaitu pembelahan sel
(cell division), pembesaran sel (cell enlargemen), dan diferensiasi
(penggandaan) sel (cell differentiation).
Maksud dari titik tertentu itu yakni
pertumbuhan yang pesat itu terhenti ketika hampir sampai di fase penuaan. Biasanya
pada waktu maksimum selama beberapa waktu lamanya. fase
vegetatif sampai titik tertentu akibat pertambahan sel tanaman kemudian
melambat dan akhirnya menurun pada fase senesen
4.
Bagaimanakah ciri-ciri laju pertumbuhan pada fase
penuaan? Mengapa hal itu terjadi?
Jawab :
Laju pertumbuhan yang menurun saat
tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua. Dan
tanaman sudah memasuki stadia generatif
5.
Buatlah suatu kesimpulan dari hasil percobaanmu!
Jawab :
Dari hasil pengamatan yang diperoleh
pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa laju tumbuh daun sejak embrio dalam
biji kacang merah Phaseolus vulgaris,
bentuk grafik, tidak nampak pembentukan kurva
sigmoid. Hal ini, disebabkan karena waktu pengamatan yang relatif singkat,
pengamatan hanya sampai ketika pertumbuhan baru mencapai fase linier, dimana pertumbuhan bertambah seiring dengan
berjalannnya waktu. Kemudian, pengamatan pada hari terakhir pertumbuhan belum
mengalami fase penuaan, dikarenakan nutrisi pada tempat tumbuhnya belum
mengalami kekurangan.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Dari hasil
pengamatan yang diperoleh pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa laju
tumbuh daun sejak embrio dalam biji kacang merah Phaseolus vulgaris, bentuk
grafik, tidak nampak pembentukan kurva sigmoid. Hal ini, disebabkan karena
waktu pengamatan yang relatif singkat, pengamatan hanya sampai ketika
pertumbuhan baru mencapai fase linier, dimana
pertumbuhan bertambah seiring dengan berjalannnya waktu. Kemudian, pengamatan
pada hari terakhir pertumbuhan belum mengalami fase penuaan, dikarenakan
nutrisi pada tempat tumbuhnya belum mengalami kekurangan.
5.2 Saran
Adapun saran
yang diajukan pada praktikum ini yaitu, sebaiknya dalam melakukan praktikum
tidak hanya dilakukan dalm waktu dua minggu, karena dengan waktu dua minggu
belum bisa membuktikan terbentuknya kurva sigmoid. Selain itu juga perlu
diperhatikan kaadar air dan nutrien dengan perbandingan yang sama dalam proses
perawatan tanaman kaang merah agar data yang dihasilkan lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Kaufman, P. B.
1975. Laboratory Experiment in Plant Physiology. Macmillan
Publishing
Co., Inc :
New York.
Salisbury, F.B dan C.W. Ross. 1992.
Fisiologi Tumbuhan Jilid Tiga Edisi Keempat. ITB-
Press :
Bandung.
Campbell. 2002.. Analisis
Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Kimbal, 1992. Tinjauan
Konseptual Model Pertumbuhan dan Hasil Tegakan Hutan. USU-
Digital
Library. Medan.
Sasmitamihardja, D., Siregar, A. (1990). Dasar-dasar
Fisiologi Tumbuhan. Tidak diterbitkan.
FMIPA ITB. Bandung.
Maria
Ballor, Nio Song Ai. 2010 Peranan Air Dalam Perkecambahan Biji. Fakultas
matematika dan ilmu pengetahuan alam universitas sam
ratulangi manado.
Indah 2010. Srtuktur biji. http://www.pustakaut.ac.id.
Diakses 6 Mei 2013.
Tjitrosoepomo, G., 1999. Botani
Umum 2. Angkasa. Bandung.
Kamil, J 2002. Teknologi Benih. Angkasa. Bandung.
No comments:
Post a Comment