Thursday, January 12, 2017

LAPORAN BIOLOGI KURVA SIGMOID PERTUMBUHAN DAUN KACANG MERAH

LAPORAN BIOLOGI
KURVA SIGMOID PERTUMBUHAN DAUN KACANG MERAH


Kelompok 10
Nama Anggota :
1. Dwi Putri Mei Nandasari (16)
2. Eli Ermawati                     (18)
3. Jihan Rahma Solikati              (23)
4. Lilis Indria Sari                        (27)

KELAS XII IPA 2

SMA NEGERI 1 JAKENAN

TAHUN PELAJARAN 2016/2017


KATA PENGANATAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya. Adapun judul laporan ini adalah “Kurva Sigmoid Pertumbuhan Daun Kacang Merah”. Laporan ini kami buat untuk memenuhi tugas mapel Biologi.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Bu Eni Mudjayanti S.Pd., selaku guru pembimbing mapel Biologi kami. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan laporan ini.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan di masa mendatang.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.


Jakenan, 20 Agustus 2016



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang......................................................................................... ....................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... ....................... 2
1.3  Tujuan Penelitian..................................................................................... ....................... 2
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................... ....................... 2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kacang Merah.............................................................................................................. 3
2.2 Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan....................................................................4
2.3 Pertumbuhan dan Perkembangan Awal............................................................................ 6
2.4 Teori, Konsep dan Fakta-Fakta...................................................................................... 8
2.5 Hipotesis....................................................................................................................... 11
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian......................................................................................... 12
3.2 Alat dan Bahan...............................................................................................................12
3.3 Cara Kerja..................................................................................................................... 13
3.4 Teknik Pengambilan Data................................................................................................ 13
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Tabel Hasil Pengamatan Pertumbuhan Daun Kacang Merah..............................................14
4.2 Tabel Rata-Rata Panjang Daun........................................................................................16
4.3Kurva Sigmoid Pertumbuhan Daun Pada Kacang Merah...................................................17
4.4 Penjelasan Tabel Hasil Pengamatan dan Kurva.................................................................17
4.4 Pertanyaan dan Jawaban.................................................................................................19
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan................................................................................................................... 22
5.2 Saran....................................................................................................................... .... 22
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 23
(Lampiran)




BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Proses pertumbuhan merupakan hal yang mencirikan suatu perkembangan bagi makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Tumbuhan adalah makhluk hidup yang mempunyai ciri sebagaimana makhluk hidup lainnya. Salah satu ciri tumbuhan adalah mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan pada tanaman dapat dilihat dari makin besarnya suatu tanaman yang disebabkan oleh jumlah sel yang bertambah banyak dan bertambah besar.dan bersifat tidak dapat balik (irreversible). Selain tumbuh, tanaman juga mengalami perkembangan. Perkembangan adalah peristiwa biologis menuju kedewasaan tidak dapat dinyatakan dengan ukuran tetapi dengan perubahan bentuk tubuh (metamorfosis) dan tingkat kedewasaan.
Pertumbuhan dan perkembangan  merupakan dua proses yang berjalan secara stimultan (pada waktu yang bersamaan). Perbedaannya terletak pada faktor kuantitatif karena mudah diamati, yaitu perubahan jumlah dan ukuran. Dalam proses pertumbuhan terjadi penambahan dan perubahan volume sel secara signifikan seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya umur tanaman. Sebaliknya perkembangan dapat dinyatakan secara kualitatif karena perubahannya bersifat fungsional.
Pertumbuhan sendiri dapat diukur sebagai pertambahan panjang, lebar, atau luas, juga dapat diukur berdasarkan pertambahan volume, massa atau berat (segar atau kering). Pola pertumbuhan dapat dibagi dalam tiga fase pertumbuhan yaitu pertama fase logaritmik atau fase eksponensial, kemudian fase linier dan yang terakhir fase penurunan kadar cepat pertumbuhan yang kemudian disebut penuaan (senescene). Peningkatan kadar cepat pertumbuhan terjadi selama fase linier dan menurun menuju nol selama proses penuaan.
Perkecambahan merupakan tahap awal /permulaan suatu tanaman untuk tumbuh dan berkembang nya suatu embrio yang akan muncul dari  dalam biji Perkecambahan sering dianggap sebagai permulaan kehidupan tumbuhan. Perkecambahan etrjadi karena pertumbuhan radikula (calon akar) dan pertumbuhan plumula (calon batang). radikula tumbuh kebawah menjadi akar sedangkan plumula tumbuh keatas menjadi batang. lalu setelah itu suatu tanaman tersebut akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan melalui proses pertumbuhan pada tanamanan.
Pertumbuhan tanaman mula-mula lambat, kemudian berangsur-angsur lebih cepat sampai tercapai suatu maksimum, akhirnya laju tumbuh menurun. Apabila digambarkan dalam grafik, dalam waktu tertentu maka akan terbentuk kurva sigmoid (bentuk S). Bentuk kurva sigmoid untuk semua tanaman kurang lebih tetap, tetapi penyimpangan dapat terjadi sebagai akibat variasi-variasi di dalam lingkungan. Ukuran akhir, rupa dan bentuk tumbuhan ditentukan oleh kombinasi pengaruh faktor keturunan dan lingkungan. Proses pertumbuhan menunjukkan suatu perubahan dan dapat dinyatakan dalam bentuk kurva atau diagram pertumbuhan.
Bentuk kurva sigmoid untuk semua tanaman kurang lebih tetap, tetapi penyimpangan dapat terjadi sebagai akibat variasi-variasi di dalam lingkungan. Ukuran akhir, rupa dan bentuk tumbuhan ditentukan oleh kombinasi pengaruh faktor keturunan dan lingkungan, sehubungan dengan itu maka dilakukan percobaan ini. Percobaan ini diadakan dengan melihat berapa rata-rata pertumbuhan daun dengan menggunakan kurva sigmoid tersebut. Tujuan diadakannya percobaan ini adalah untuk mengamati laju tumbuh daun sejak dari embrio dalam biji hingga daun mencapai ukuran tetap pada tanaman kacang merah.

1.2  Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penelitian yang kami lakukan adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimanakah laju pertumbuhan daun pada kacang merah?
2.      Bagaimanakah rata-rata pertumbuhan daun kacang merah setiap harinya?
3.      Bagaimanah bentuk kurva sigmoid pertumbuhan daun kacang merah?

1.3  Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas dapat ditentukan tujuan dari praktikum ini yaitu untuk meneliti laju tumbuh daun mulai dari embrio dalam biji sampai daun mencapai ukuran tetap pada tanaman kacang merah (Phaseolus vulgaris).

1.4  Manfaat Penelitian
1.      Mengetahui laju pertumbuhan daun pada kacang merah.
2.      Mengetahui rata-rata pertumbuhan daun kacang merah setiap harinya.
3.      Mengetahui bentuk kurva sigmoid pertumbuhan daun kacang merah



BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kacang Merah
Taksonomi tanaman
Kingdom                     : Plant Kingdom
Divisio                         : Spermatophyta
Sub divisio                  : Angiossper
Kelas                           : Dicotyledonae
Sub kelas                     : Calyciflorae
Ordo                            : Rosales (Leguminales)
Famili                          : Leguminosae (Papilionaceae)
Sub famili                    : Papilionoideae
Genus                          : Phaseolus
Spesies                        : Phaseolus vulgaris L.

Habitat tanaman
Kacang merah akan berbunga pada panjang hari 9-18 jam dan untuk tipe berhari pendek memerlukan panjang hari terendah antara 11-12.3 jam untuk inisiasi bunga. Temperatur optimum antara 16 hingga 27 ° C. Curah hujan normal tahunan adalah 900-1500 mm tetapi dapat toleran dengan sedikitnya 500-600 mm dalam satu musim penanaman. Kacang ini tumbuh di dataran rendah tropis dan area subtropis tetapi dapat tumbuh hingga ketinggian 2000-2500 m. Kacang merah menyukai lahan beraerasi dan berdrainase baik dengan pH 6.0-6.8. Beberapa kultivar tahan terhadap lahan asam dengan pH serendah-rendahnya 4.4.

2.2  Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai suatu proses pertambahan ukuran atau volume serta jumlah sel secara irreversible, atau tidak dapat kembali ke bentuk semula. Sedangkan Perkembangan adalah peristiwa perubahan biologis menuju kedewasaanm tidak dapat dinyatakan dengan ukuran tetapi dengan perubahan bentuk tubuh (metamorfosis) dan tingkat kedewasaan.
Pada proses pertumbuhan selalu terjadi peningkatan volume dan bobot tubuh peningkatan jumlah sel dan protoplasma. Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan bukan merupakan besaran sehingga tidak dapat diukur. Perkembangan pada tumbuhan diawalai sejak terjadi fertilisasi. Calon Tumbuhan akan berubah bentuk dari sebuah telur yang dibuahi menjadi zigot, embrio, dan akhirnya menjadi sebatang pohon. Proses pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan diawali dengan aktivitas sintetis bahan mentah (bahan baku) berupa molekul sederhana dan molekul kompleks. Tahapan yang dilalui selama melangsungkan proses tersebut adalah sebagai berikut :
a.       Tahap pembelahan sel, yaitu sel induk membelah menjadi beberapa sel anak.
b.      Tahap pembentangan, yaitu pembesaran atau peningkatan volume sel anak. Pada sel tumbuhan, peningkatan tersebut biasanya disebabkan oleh penyerapan air kedalam vakuola.
c.       Tahap pematangan, yaitu perkembangan sel anak yang telah mencapai ukuran tertentu menjadi bentuk khusus (terspesialisasi) melalui proses diferensiasi. Pada akhirnya terbentuk jaringan, organ, dan individu.

2.3  Pertumbuhan dan Perkembangan Awal
Pertumbuhan awal tumbuhan berbiji dimulai dari biji. Biji mengandung potensi yang dibutuhkan untuk tumbuh menjadi individu yang baru,  misalnya embrio, cadangan makanan, dan calon daun (calon akar).
Sebutir biji mengandung satu embrio. Embrio terdiri atas radikula (yang akan tumbuh menjadi akar) dan planula ( yang akan tumbuh menjadi kecambah). Cadangan Makanan bagi embrio tersimpan dalam kotiledon yang didalamnya terkandung pati, protein, dan beberapa jenis enzim. Kotiledon dikelilingi oleh bahan yang kuat, yang disebut testa. Testa berfungsi sebagai pelindung kotiledon untuk mencegah kerusakan embrio dan masuknya bakteri atau jamur kedalam biji. Testa memiliki sebuah lubang kecil, disebut mikropil. Didekat mikropil terdapat hilum yang menggabungkan kulitkotiledon.
Biji memiliki kandungan air yang sangat sedikit. Pada saat biji terbentuk, air didalamnya dikeluarkan sehingga biji mengalami dehidrasi. Akibat ketiadaan air, biji tidak dapat melangsungkan proses metabolism sehingga menjadi tidak aktif (dorman). Dormansi biji sangat bermanfaat pada kondisi tidak nyaman (suasana ekstrem, sangat dingin atau kering) karena struktur biji yang kuat akan melindungi embrio agar tetap bertahan hidup.

a.       Perkembangan Embrio
Embrio berkembang didalam biji. Setelah fertilisasi, zigot mengalami rangakian pembelahan sel. Salah satu dari dua sel yang berasal dari mitosis zigot akan berkembang menjadi embrio asli, sedangkan sel yang lain menjadi bahan awaldari jaringan suspensor.
Embrio didalam bakaln biji (ovulum) berkembang menjadi massa bulat yang mengandung ratusan sel. Massa sel tersebut berkembang menjadi jaringan primer dan akhirnya membentuk seluruh jaringan utama tumbuhan dewasa, termasuk kotiledon. Kotiledon berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan dan perkecambahan (germinasi).

Pada kutub embrio ditemukan dua massa sel yang belum terdiferensiasi, yaitu meristem apical ujung (terminal) dan meristem apical akar. Sel-sel tersebut berada dalam kondisi dorman ketika biji pada masa dorminasi. Setelah biji berkecambah, kedua massa sel tersebut berkembang menjadi daerah pertumbuhan batang dan akar. Perkembangan embrio terhenti setelah mencapai tahapan tertentu, yaitu saat bakal biji telah menjadi biji matang. Biji tersebut tetap, yaitu sesuai untuk perkecambahan. Didalam biji yang matang, endosperma akan telah terdiferensiasi menjadi lapisan terluar sel (aleuron) dan massa sel terdalam bertepung. Sel-sel aleuron menyintesis enzim amilase. Enzim tersebut dapat mengubah cadangan zat pati didalam endosperma menjadi gula yang dapat digunakan oleh embrio.

b.      Perkecambahan
Perkecambahan adalah proses pertumbuhan embrio dan komponen-komponen biji yang memiliki kemampuan untuk tumbuh secara normal menjadi tumbuhan baru. Komponen biji tersebut adalah bagian kecambah yang terdapat didalam biji, misalnya radikula dan plumula.
·         Tahapan perkecambahan
Perkembangan biji berhubungan dengan aspek kimiawi. Proses tersebut meliputi beberapa tahapan, antara lain imbibisi, sekresi hormone dan enzim, hidrolisis cadangan makanan, pengiriman bahan makanan terlarut dan hormone ke daerah titik tumbuh atau daerah lainnya, serta asimilasi (fotosintetis).
Proses penyerapan cairan pada biji (imbibisi) terjadi melalui mikropil. Air yang masuk kedalam kotiledon membengkak. Pembengkakan tersebut pada akhirnya menyebabkan pecahnya testa.
Awal perkembangan didahului aktifnya enzim hidrolase (protease, lipase, dan karbohidrase) dan hormone pada kotiledon atau endosperma oleh adanya air. Enzim protease segera bekerja mengubah molekul protein menjadi asam amino. Asam amino digunakan untuk membuat molekul protein baru bagi membrane sel dan sitoplasma. Timbunan pati diuraikan menjadi maltose kemudian menjadi glukosa. Sebagian glukosa akan diubah menjadi selulosa, yaitu bahan untuk membuat dinding sel bagi sel-sel yang baru. Bahan makanan terlarut berupa maltosa dan asam amino akan berdifusi ke embrio.
Semua proses tersebut memerlukan energi. Biji memperoleh energy melalui pemecahan glukosa saat proses respirasi. Pemecahan glukosa yang berasal dari timbunan pati menyebabkan biji kehilangan bobotnya. Setelah beberapa hari, plumula tumbuh di atas permukaan tanah. Daun pertama membuka dan mulai melakukan fotosintesis.


·         Tipe Perkecambahan
Berdasarkan posisi kotiledon dalam proses perkecambahan dikenal perkecambahan hypogeal dan epigeal.
1.    Hipogeal
Hipogeal adalah pertumbuhan memanjang dari epikotil yang meyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di atas tanah. Kotiledon relative tetap posisinya. Contoh tipe ini terjadi pada kacang kapri dan jagung.
2.    Epigeal
Pada epigeal hipokotillah yang tumbuh memanjang, akibatnya kotiledon dan plumula terdorong ke permukaan tanah. Perkecambahan tipe ini misalnya terjadi pada kacang merah dan jarak. Pengetahuan tentang hal ini dipakai oleh para ahli agronomi untuk memperkirakan kedalaman tanam.

Ø  Pengaruh Cahaya dalam Pertumbuhan
Cahaya bermanfaat bagi tumbuhan terutama sebagai energi yang nantinya digunakan untuk proses fotosintesis. Cahaya juga berperan dalam proses pembentukan klorofil. Akan tetapi cahaya dapat bersifat sebagai penghambat (inhibitor) pada proses pertumbuhan, hal ini terjadi karena cahaya dapat memacu difusi auksin kebagian yang tidak terkena cahaya. Sehingga, proses perkecambahan yang diletakan di tempat yang gelap akan menyebabkan terjadinya etiolasi.

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman :
1.      Faktor Internal
·         Gen
Setiap jenis tumbuhan membawa gen untuk sifat-sifat tertentu, seperti berbatang  tinggi      atau berbatang rendah. Tumbuhan yang mengandung gen ‘baik’ dan didukung oleh   lingkungan yang sesuai akan.memperlihatkan pertumbuhan yang baik.
·         Hormon
Hormon pada tumbuhan juga memegang peranan penting dalam proses perkembangan dan pertumbuhan.
Auksin       :untuk membantu perpanjangan sel
Giberelin                           :untuk pemanjangan dan pembelahan sel
Sitokinin                            :untuk menggiatkan pembelahan sel
Etilen                                 :untuk mempercepat buah menjadi matang
Asam traumalin                 :Merangsang pemebelahan sel di bagian tumbuhan    yang luka
Kalin                                 :Merangsang pembentukan organ tumbuhan sbb :
-      Rizokalin                          : Untuk pembentukan akar
-      Aulokalin                         : Untuk pembentukan batang
-      Filokalin                           : Untuk pembentukan daun
-      Antokalin                         : Untuk pembentukan bunga

2.      Faktor Eksternal
·         Air
Fungsi air antara lain :
-      Untuk Fotosintesis
-      Mengaktifkan reaksi-reaksi enzim
-      Membantu proses perkecambahan biji
-      Menjaga (mempertahankan) kelembapan
-      Untuk transpirasi
-      Meningkatkan tekanan turgor sehingga merangsang pemebelahan sel
-      Menghilangkan asam asbisat
·         Suhu / Temperatur Lingkungan
Tinggi rendah suhu menjadi salah satu faktor yang menentukan tumbuh kembang,        reproduksi dan kelangsungan hidup dari tanaman. Suhu yang baik bagi tumbuhan adalah antara 22°C-37°C. Temperatur yang lebih atau kurang dari batas normal tersebut dapat mengakibatkan pertumbuhan yang lambat atau berhenti.
·         Kelembaban Udara
Kadar air dalam udara dapat mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan tumbuhan.   Tempat yang lembab menguntungkan bagi tumbuhan di mana tumbuhan dapat mendapatkan air lebih mudah serta berkurangnya penguapan yang akan berdampak pada pembentukan sel yang lebih cepat.
·         Cahaya Matahari
Sinar matahari sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk dapat melakukan fotosintesis (khususnya tumbuhan merah). Jika suatu tanaman kekurangan cahaya matahari, maka tanaman itu bisa tampak pucat dan warna tanaman itu kekuning-kuningan (etiolasi). Pada kecambah, justru sinar matahari dapat menghambat proses pertumbuhan.
·         Nutrien
Tumbuhan memerlukan nutrien untuk kelangsungan hidupnya. Nutrien yang dibutuhkan dalam jumlah banyak disebut unsur makro (makronutrien). Unsur makro misalnya karbon, oksigen, hidrogen, nitrogen, sulfur, kalium, kalsium, fosfor, dan magnesium. Sedangkan nutrien yang dibutuhkan tumbuhan dalam jumlah sedikit disebut unsur mikro (Mikronutrien). Contoh unsur mikro adalah klor, besi, boron, mangan, seng, tembaga, dan molibdenum.
Kekurangan nutrien di tanah atau media tempat tumbuhan hidup menyebabakan tumbuhan mengalami defisiensi. Defisiensi mengakibatkan tumbuhan menjadi tumbuh dan berkembang dengan tidak sempurna.
·         Kelembapan
Kelembapan ada kaitannya dengan laju transpirasi melalui daun, karena transpirasi akan terkait dengan laju pengangkutan air dan unsur hara terlarut. Jika kondisi lembap dapat dipertahankan, akan banyak air yang diserap dan lebih sedikit yang diuapkan. Kondisi ini mendukung aktivitas pemanjangan sel sehingga sel-sel lebih cepat mencapai ukuran maksimum dan tumbuhan membesar.

2.5 Teori, Konsep dan Fakta-Fakta
Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan yang tidak dapat balik dalam ukuran pada semua sistem biologi.  Pertumbuhan ini digambarkan dengan kurve yang sigmoid.  Proses pertumbuhan ini diatur oleh pesan hormonal dan respon dari lingkungan (panjang hari, temperatur rendah, perubahan persediaan air.  Pertumbuhan berikutnya disebut diferensiasi, yang didefinisikan sebagai pengontrolan gen dan hormonal serta lingkungan yang merubah struktur dan biokimiawi perubahan ini terjadi pada hewan dan tanaman saat berkembang (Kaufman, dkk., 1975).
            Laju pertumbuhan suatu tumbuhan atau bagiannya berubah menurut waktu. Oleh karena itu, bila laju tumbuh digambarkan dengan suatu grafik, dengan laju tumbuh ordinat dan waktu pada absisi, maka grafik itu merupakan suatu kurva berbentuk huruf S atau kurva sigmoid. Kurva sigmoid ini berlaku bagi tumbuhan lengkap, bagian-bagiannya ataupun sel-selnya. Pertumbuhan tanaman mula-mula lambat, kemudian berangsur-angsur lebih cepat sampai tercapai suatu maksimum, akhirnya laju tumbuh menurun. Apabila digambarkan dalam grafik, dalam waktu tertentu maka akan terbentuk kurva sigmoid (bentuk S). Bentuk kurva sigmoid untuk semua tanaman kurang lebih tetap, tetapi penyimpangan dapat terjadi sebagai akibat variasi-variasi di dalam lingkungan. Ukuran akhir, rupa dan bentuk tumbuhan ditentukan oleh kombinasi pengaruh faktor keturunan dan lingkungan (Tjitrosoepomo, 1999).
            Kurva pertumbuhan berbentuk S (sigmoid) yang ideal yang dihasilkan oleh banyak tumbuhan setahun dan beberapa bagian tertentu dari tumbuhan setahun maupun bertahunan, Pada fase logaritmik ukuran (V) bertambah secara eksponensial sejalan dengan waktu (t). Ini berarti laju kurva pertumbuhan (dV/dt) lambat pada awalnya. Tetapi kemudian meningkat terus. Laju berbanding lurus dengan organisme, semakin besar organisme semakin cepat ia tumbuh.
Fase pertumbuhan logaritmik juga menunjukkan sel tunggal. Fase ini adalah fase dimana tumbuhan tumbuh secara lambat dan cenderung singkat.Pada fase linier, pertambahan ukuran berlangsung secara konstan, biasanya pada waktu maksimum selama beberapa waktu lamanya. Laju pertumbuhan ditunjukkan oleh kemiringan yang konstan pada bagian atas kurva tinggi tanaman oleh bagian mendatar kurva laju tumbuh dibagian bawah. Fase senescence ditunjukkan oleh laju pertumbuhan yang menurun saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua. (Salisbury dan Ross, 1996).
            Kurva pertumbuhan berbentuk S (Sigmoid) yang ideal, yang dihasilkan oleh banyak tumbuhan setahun dan beberapa bagian tertentu dari tumbuhan setahun maupun bertahun, dengan mengambil contoh tanaman jagung. Kurva menunjukkan ukuran kumulatif sebagai fungsi dan waktu. Tiga fase utama biasanya mudah dikenali: fase logaritmik, fase linear, dan fase penuaan (Salisbury dan Ross, 1992).
            Menurut Michurin, secara garis besar pertumbuhan dan perkembangan tanaman dibagi dalam 3 (tiga) fase, yaitu (Pustaka, 2008):
a.       Fase Embryonis, yaitu fase yang dimulai dari pembentukan zygote sampai terjadinya embrio, yang terjadi di dalam bakal biji (ovule). Dari zygote diikuti dengan pembelahan sel sesudah itu terjadi pengembangan sel. Fase embryonis tidak terlihat secara nyata (tidak tergambar dalam kurve) dalam pertumbuhan tanaman, karena berlangsungnya di dalam biji.
b.      Fase Muda (Juveni//Vegetatif) yaitu, fase yang dimulai sejak biji mulai berkecambah, tumbuh menjadi bibit dan dicirikan oleh pembentukan daun – daun yang pertama dan berlangsung terus sampai masa berbunga dan atau berbuah yang pertama. Perkecambahan merupakan satu rangkaian yang komplek dari perubahan-perubahan morfologis, fisiologis, dan biokimia. Proses perkecambahan meliputi beberapa tahap, yaitu imbibisi yaitu proses penyerapan air oleh benih sehingga kulit benih melunak dan terjadinya hidrasi dari protoplasma, perombakan cadangan makanan di dalam endosperm, perombakan bahan-bahan makanan yang dilakukan oleh enzym. ( amilase, protease, lipase), karbohidrat dirombak menjadi glukosa, gibberellin mengaktifkan produksi enzim amilase, embrio menyerap air dan proses perkecambahan dimulai, gibberellin berdifusi dari embrio menuju lapisan aleuron, sel-sel dalam lapisan aleuron merespon dengan melepaskan enzim pencerna seperti amilase, enzim mencerna pati di dalam emdosperm menjadi gula dan molekul lain yang diperlukan embrio untuk tumbuh.
c.       Fase Menua dan Aging ( Senil/Senescence ), beberapa faktor luar dapat menghambat atau mempercepat terjadinya senescence, misalnya penaikan suhu, keadaan gelap, kekurangan air dapat mempercepat terjadinya senescence daun, penghapusan bunga atau buah akan menghambat senescence tanaman, pengurangan unsur-unsur hara dalam tanah, air, penaikan suhu, berakibat menekan pertumbuhan tanaman yang berarti mempercepat senescence.
            Beberapa cara tersedia dalam pendekatan pada sistem seperti sistem tanaman dengan produk biomassa yang meningkat secara sigmoid dengan waktu untuk mendapatkan faktor-faktor dan proses hipotetik. Menerapkan fenomena yang sudah dikenal cukup baik kepada suatu sistem yang sedang dipelajari merupakan suatu pendekatan yang umum dilakukan. Pada suatu waktu, distribusi zat dalam setiap tempat dalam ruangan akan menunjukkan hubungan yang berbentuk sigmoid (Sitompul danGuritno, 1995).
            Umumnya, tahap pertumbuhan tanaman dibagi menjadi dua fase, yakni fase vegetatif dan fase generatif. Fase vegetatif terjadi pada perkembangan akar, batang, daun dan batang yang baru, terutama saat awal pertumbuhan atau setelah massa berbunga dan berbuah (Novizan, 2002).
            Pada fase pertumbuhan vegetatif ini ada tiga aspek penting yang perlu diketahui, yaitu pembelahan sel (cell division), pembesaran sel (cell enlargemen), dan diferensiasi (penggandaan) sel (cell differentiation) (Ashari, 1995).
            Fase reproduktif terjadi pada pembentukan dan perkembangan kuncup-kuncup bunga, buah, dan biji atau pada perbesaran dan pendewasaan struktur penyimpanan makana, akar-akar dan batang yang berdaging. Dapat dilihat adanya perubahan dalam berat kering selama kurang lebih 10 hari pertama. Kemudian penurunan berat terjadi sampai kurang lebih 20 hari berlalu (Heddy, 2001).
            Pola pertumbuhan tegakan antara lain dapt dinyatakan dalam bentuk kurva pertumbuhan yang merupakan hubungan fungsional antara sifat tertentu tegakan, antara lain volume, tinggi, bidang dasar, biomassa, dan diameter dengan umur tegakan. Bentuk kurva pertumbuhan tegakan yang ideal akan mengikuti bentuk ideal bagi pertumbuhan organisme (termasuk tumbuh-tumbuhan), yaitu berbentuk kurva sigmoid (Latifah, 2008).
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan yaitu (Wikipedia, 2008).
1.      Faktor Luar
a.       Air dan mineral berpengaruh pada pertumbuhan tajuk 2 akar. Diferensiasi salah satu unsur hara atau lebih akan menghambat atau menyebabkan pertumbuhan tak normal.
b.      Kelembaban
c.       Suhu di antaranya mempengaruhi kerja enzim. Suhu ideal yang diperlukan untuk pertumbuhan yang paling baik adalah suhu optimum, yang berbeda untuk tiap jenis tumbuhan.
d.      Cahaya mempengaruhi fotosintesis. Secara umum merupakan faktor penghambat. Etiolasi adalah pertumbuhan yang sangat cepat di tempat yang gelap. Fotoperiodisme adalah respon tumbuhan terhadap intensitas cahaya dan panjang penyinaran.
2.      Faktor Dalam
a.       Faktor hereditas
Faktor gen/hereditas juga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman. Apabila gen induk bagus maka anakan yang dihasilkan juga akan bagus, dan apabila gen induk tidak bagus maka anakan yang dihasilkan juga tidak bagus.
b.      Hormon
Hormon pada tumbuhan juga memegang peranan penting dalam proses perkembangan dan pertumbuhan seperti hormon auksin untuk membantu perpanjangan sel, hormon giberelin untuk pemanjangan dan pembelahan sel, hormon sitokinin untuk menggiatkan pembelahan sel dan hormon etilen untuk mempercepat buah menjadi matang.

2.6 Hipotesis
Tanaman memiliki laju tumbuh sejak dari embrio dalam biji, stadia vegetative dan stadia generatif . Ditandai dengan pertambahan tinggi tanaman, jumlah daun.Tinggi tanaman dan jumlah daun mengalami 3 fase perumbuhan, yaitu fase logaritmik, fase linear, dan fase penuaan. Pada praktikum pengamatan pertumbuhan tanaman kacang merah itu selam 2 minggu akan terjadi linier.


BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum ini yaitu diadakan pada:
Hari/tanggal         : Senin,1 Agustus 2016- Senin, 15 Agustus 2016
Waktu                  : 10.00 (menanam biji kacang merah)- selesai →        2 minggu
Tempat                 : Taman depan kelas XII IPA 2
                               SMA Negeri 1 Jakenan
3.2  Alat dan Bahan
1.      Kertas millimeter
2.      Label nama sebagai penanda
3.      Pisau / cutter
4.      Pot / polibag yang diisi dengan humus , pasir, dan kompos sebagai media tanam dengan perbandingan 2 : 1 : 1
5.      Air untuk menyiram tanaman
6.      Bayfolan sebagai pupuk daun untuk tanaman
7.      Biji kacang kedelai merah ( phaseolus vulgaris )
           
3.3 Cara Kerja
Prosedur kerja dari percobaan ini adalah :
1.      Menyiapkan biji kacang merah yang baik dan berukuran seragam sebanyak 18 biji.
2.      Merendam biji kacang merah Phaseolus vulgaris di dalam air kurang lebih selama 1-2 jam .
3.      Mengupas 3 biji dan membuka kotiledonnya, mengukur panjang daun pada embrionya dengan kertas  milimeter, penggaris, kemudian menghitung nilai rata-ratanya.
4.      Menanam 15 biji dalam polybag yang terbagi dalam 5 pot ( polibag) , setiap pot terdiri dari 3 biji.
5.      Menyiram dengan air secukupnya.
6.      Memelihara selama 2 minggu dengan menyiramnya secara rutin setiap pagi.
7.      Mengamati tinggi tanaman dan jumlah daun sebagai berikut
a.       Mengukur panjang daun pertamanya pada umur 1-14 hari. Karena ada 5 pot , maka tiap umur pengamatan berasal dari satu pot  dengan 3 ulangan.
b.      Mengukur daun pada umur 3 dan 5 hari yang dilakukan dengan menggali tanah, tiap pengukuran dilakukan tanpa memotong kecambah.
c.       Mengukur selanjutnya dilakukan tanpa menggali biji atau memotong daun. Tiap tanaman diberi tanda dengan kertas label.
d.      Membuat grafik dengan panjang rata-rata daun dan waktu pangukuran sebagai absisa.

3.4 Teknik Pengambilan Data
Teknik/metode pengumpulan data adalah salah satu bagian dari rencana penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik observasi. Observasi ini merukapan teknik pengumpulan data dengan melakukan dan pencatatatan terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan penelitian ini.


BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Tabel Hasil Pengamatan Pertumbuhan Daun Kacang Merah

Hari ke-
Polybag
Panjang Daun (cm)
Rata-Rata
Tanaman 1
Tanaman 2
Tanaman 3
1
1
 -
-
-
-
2
-
-
-
-
3
-
-
-
-
4
-
-
-
-
5
-
-
-
-
Rata-Rata Hari ke-1
-

Hari ke-
Polybag
Panjang Daun (cm)
Rata-Rata
Tanaman 1
Tanaman 2
Tanaman 3
2
1
 -
-
-
-
2
-
-
-
-
3
-
-
-
-
4
-
-
-
-
5
-
-
-
-
Rata-Rata Hari ke-1
-







Hari ke-
Polybag
Panjang Daun (cm)
Rata-Rata
Tanaman 1
Tanaman 2
Tanaman 3
3
1
1,5
1,7
2
1,7
2
1,5
2
2
1,8
3
2,5
2,5
3,5
2,8
4
1
1,5
1,9
1,4
5
2,6
2,8
3
2,8
Rata-Rata Hari ke-3
2,1







Hari ke-
Polybag
Panjang Daun (cm)
Rata-Rata
Tanaman 1
Tanaman 2
Tanaman 3
4
1
2,1
2,2
2,4
2,2
2
2,2
2,5
2,7
2,4
3
3
3,5
3,7
3,4
4
1,6
1,9
3
2,1
5
3,5
3,7
3,9
3,7
Rata-Rata Hari ke-4
2,7
Hari ke-
Polybag
Panjang Daun (cm)
Rata-Rata
Tanaman 1
Tanaman 2
Tanaman 3
5
1
3,1
3,3
3,9
3,4
2
4,1
4
3,8
3,9
3
4
5
5,5
4,8
4
3,1
3,3
3,8
3,4
5
4,5
4,5
4,5
4,5
Rata-Rata Hari ke-5
4,0
Hari ke-
Polybag
Panjang Daun (cm)
Rata-Rata
Tanaman 1
Tanaman 2
Tanaman 3
6
1
3,2
3,5
3,9
3,5
2
4,1
4
3,8
3,9
3
4,5
5,2
6
5,2
4
3,4
3,2
4,5
3,7
5
5,5
5,5
5,2
5,4
Rata-Rata Hari ke-6
4,3

Hari ke-
Polybag
Panjang Daun (cm)
Rata-
Rata
Tanaman 1
Tanaman 2
Tanaman 3
8
1
3,7
4,1
4,4
4,0
2
4,3
4,3
4,5
4,3
3
5,7
5,9
6,3
5,9
4
4
4,5
5
4,5
5
5,5
5,7
5,7
5,6
Rata-Rata Hari ke-8
4,9
Hari ke-
Polybag
Panjang Daun (cm)
Rata-Rata
Tanaman 1
Tanaman 2
Tanaman 3
9
1
3,9
4,4
4,7
4,3
2
4,6
4,8
4,8
4,7
3
5,9
6,3
6,5
6,2
4
4,2
4,7
5,2
4,7
5
5,8
6
6,4
6,0
Rata-Rata Hari ke-9
5,2
Hari ke-
Polybag
Panjang Daun (cm)
Rata-Rata
Tanaman 1
Tanaman 2
Tanaman 3
10
1
4,1
4,6
5
4,5
2
4,8
5
5
4,9
3
6,1
6,5
6,8
6,4
4
4,8
5
5,5
5,1
5
6
6,4
6,6
6,3
Rata-Rata Hari ke-10
5,4
Hari ke-
Polybag
Panjang Daun (cm)
Rata-Rata
Tanaman 1
Tanaman 2
Tanaman 3
11
1
4,4
4,7
5,1
4,7
2
5
5,1
5,1
5,0
3
6,1
6,5
6,9
6,5
4
5,2
5,2
5,6
5,3
5
6,4
6,5
6,6
6,5
Rata-Rata Hari ke-11
5,6
Hari ke-
Polybag
Panjang Daun (cm)
Rata-Rata
Tanaman 1
Tanaman 2
Tanaman 3
12
1
4,6
4,9
5
4,8
2
5,2
5,3
5,3
5,2
3
6,1
6,6
6,9
6,5
4
5,5
5,3
5,7
5,5
5
6,6
6,6
6,7
6,6
Rata-Rata Hari ke-12
5,7
Hari ke-
Polybag
Panjang Daun (cm)
Rata-Rata
Tanaman 1
Tanaman 2
Tanaman 3
14
1
4,8
5,2
5,2
5
2
5,4
5,5
5,4
5,4
3
6,3
6,8
7
6,7
4
5,7
5,5
6
5,7
5
6,8
6,6
6,9
6,7
Rata-Rata Hari ke-14
5,9

4.2 Tabel Rata-Rata Panjang Daun
Waktu Pengukuran (hari)
Panjang Rata- Rata Daun (cm)
Rata-Rata
POT 1
POT 2
POT 3
POT 4
POT 5
1
-
-
-
-
-
-
2
-
-
-
-
-
-
3
1,7
1,8
2,8
1,4
2,8
2,1
4
2,2
2,4
3,4
2,1
3,7
2,7
5
3,4
3,9
4,8
3,4
4,5
4
6
3,5
3,9
5,2
3,7
5,4
4,3
7 (Minggu)
-
-
-
-
-
-
8
4
4,3
5,9
4,5
5,6
4,9
9
4,3
4,7
6,2
4,7
6
5,2
10
4,5
4,9
6,4
5,1
6,3
5,4
11
4,7
5
6,5
5,3
6,5
5,6
12
4,8
5,2
6,5
5,5
6,6
5,7
13 (Minggu)
-
-
-
-
-
-
14
5
5,4
6,7
5,7
6,7
5,9
4.3 Kurva Sigmoid Pertumbuhan Daun Pada Kacang Merah


4.4 Penjelasan Tabel Hasil Pengamatan dan Kurva
Percobaan ini menggunakan kacang merah Phaseolus vulgaris yang bertujuan untuk mengamati laju tumbuh daun sejak dari embrio dalam biji hngga mencapai ukuran tetap pada tanaman tersebut.
Percobaan ini menggunakan 18 biji, dengan 3 biji diantaranya digunakan untuk mengukur panjang kotiledonnya dan dihitung rata-ratanya, selanjutnya biji yang tersisa, yaitu 15 biji digunakan untuk mengukur panjang daun dengan ditanam dalam polybag selama 2 minggu, dengan pengukuran di hari ke-1, ke-2 hingga hari ke-14.
Berdasarkan hasil pengukuran panjang kotiledon diperoleh, panjang kotiledon biji 1, yaitu 0,8 cm, biji 2, yaitu 0,5 cm dan biji 3, yaitu 0,6 cm. Selanjutnya untuk pengukuran panjang daun setelah pengamatan selama 14 hari dan dengan pengukuran sebanyak 12 kali. Pengukuran dilakukan hanya sebanyak 12 kali dikarenakan pada 2 hari pada hari minggu tidak bisa dilakukan pengukuran. Hal ini dikarenakan minggu adalah hari libur dan tidak ada kegiatan disekola.
Dimana titik awal pengukuran dari daun tersebut diawali pada tangkai dasar dari daun. Setiap pengukuran panjang daun dari 3 biji selanjutnya dirata-ratakan untuk kemudian dimasukkan dalam sebuah grafik. Jadi, untuk setiap grafik pengukuran terdiri atas nilai rata-rata dari panjang daun 3 biji untuk pengukuran sebanyak 12 kali dalam waktu 14 hari.
Pengamatan untuk pengukuran panjang daun dari polybag 1, biji 1, 2 dan 3 diperoleh pada hari ke-1 dan ke-2  belum tumbuh. Untuk hari ke-3, diperoleh panjang rata-rata  1,7 cm. Pada hari ke-4, diperoleh panjang rata-rata 2,2 cm. Panjang rata-rata pada hari ke-5 adalah 3,4 cm. Pada hari ke-6, diperoleh panjang rata-rata 3,5 cm. Pada hari ke-8, diperoleh panjang rata-rata 4 cm. Pada hari ke-9, diperoleh panjang rata-rata 4,3 cm. Pada hari ke-10, diperoleh panjang rata-rata  4,5 cm. Pada hari ke-11, diperoleh panjang rata-rata 4,7  cm. Pada hari ke-12, diperoleh panjang rata-rata 4,8  cm. Kemudian, untuk hari ke14- diperoleh panjang rata-rata 5 cm.
Pengamatan untuk pengukuran panjang daun dari polybag 2, biji 1, 2 dan 3 diperoleh pada hari ke-1 dan ke-2  belum tumbuh. Untuk hari ke-3, diperoleh panjang rata-rata  1,8 cm. Pada hari ke-4, diperoleh panjang rata-rata 2,4 cm. Panjang rata-rata pada hari ke-5 adalah 3,9 cm. Pada hari ke-6, diperoleh panjang rata-rata 3,9 cm. Pada hari ke-8, diperoleh panjang rata-rata 4,3 cm. Pada hari ke-9, diperoleh panjang rata-rata 4,7 cm. Pada hari ke-10, diperoleh panjang rata-rata  4,9 cm. Pada hari ke-11, diperoleh panjang rata-rata 5  cm. Pada hari ke-12, diperoleh panjang rata-rata 5,2  cm. Kemudian, untuk hari ke14- diperoleh panjang rata-rata 5,4 cm.
Pengamatan untuk pengukuran panjang daun dari polybag 3, biji 1, 2 dan 3 diperoleh pada hari ke-1 dan ke-2  belum tumbuh. Untuk hari ke-3, diperoleh panjang rata-rata  2,8 cm. Pada hari ke-4, diperoleh panjang rata-rata 3,4 cm. Panjang rata-rata pada hari ke-5 adalah 4,8 cm. Pada hari ke-6, diperoleh panjang rata-rata 5,2 cm. Pada hari ke-8, diperoleh panjang rata-rata 5,9 cm. Pada hari ke-9, diperoleh panjang rata-rata 6,2 cm. Pada hari ke-10, diperoleh panjang rata-rata  6,4 cm. Pada hari ke-11, diperoleh panjang rata-rata 6,5  cm. Pada hari ke-12, diperoleh panjang rata-rata 6,5  cm. Kemudian, untuk hari ke14- diperoleh panjang rata-rata  6,7 cm.
Pengamatan untuk pengukuran panjang daun dari polybag 4, biji 1, 2 dan 3 diperoleh pada hari ke-1 dan ke-2  belum tumbuh. Untuk hari ke-3, diperoleh panjang rata-rata  1,,4 cm. Pada hari ke-4, diperoleh panjang rata-rata 2,1 cm. Panjang rata-rata pada hari ke-5 adalah 3,4 cm. Pada hari ke-6, diperoleh panjang rata-rata 3,7 cm. Pada hari ke-8, diperoleh panjang rata-rata 4,5 cm. Pada hari ke-9, diperoleh panjang rata-rata 4,7 cm. Pada hari ke-10, diperoleh panjang rata-rata  5,1 cm. Pada hari ke-11, diperoleh panjang rata-rata 5,3  cm. Pada hari ke-12, diperoleh panjang rata-rata 5,5  cm. Kemudian, untuk hari ke14- diperoleh panjang rata-rata  5,7 cm.
Pengamatan untuk pengukuran panjang daun dari polybag 5, biji 1, 2 dan 3 diperoleh pada hari ke-1 dan ke-2  belum tumbuh. Untuk hari ke-3, diperoleh panjang rata-rata  2,8 cm. Pada hari ke-4, diperoleh panjang rata-rata 3,7 cm. Panjang rata-rata pada hari ke-5 adalah 4,5 cm. Pada hari ke-6, diperoleh panjang rata-rata 5,4 cm. Pada hari ke-8, diperoleh panjang rata-rata 5,6 cm. Pada hari ke-9, diperoleh panjang rata-rata 6 cm. Pada hari ke-10, diperoleh panjang rata-rata  6,3 cm. Pada hari ke-11, diperoleh panjang rata-rata 6,5  cm. Pada hari ke-12, diperoleh panjang rata-rata 6,6  cm. Kemudian, untuk hari ke14- diperoleh panjang rata-rata  6,7 cm.
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran panjang daun dari 15 biji kacang merah Phaseolus vulgaris diperoleh pertumbuhan daun yang semakin hari semakin panjang yang berarti bahwa biji tersebut mengalami pertumbuhan yang dapat dilihat dari polybag 1, 2,3,4 dan 5.
Percobaan ini juga mengacu pada teori mengenai kurva sigmoid, namun berdasarkan pengamatan yang telah digambarkan dalam bentuk grafik, tidak nampak pembentukan kurva sigmoid. Hal ini, disebabkan karena waktu pengamatan yang relatif singkat, pengamatan hanya sampai ketika pertumbuhan mencapai fase linier, dimana pertumbuhan bertambah seiring dengan berjalannnya waktu. Kemudian, pengamatan pada hari terakhir pertumbuhan belum mengalami fase penuaan, dikarenakan nutrisi pada tempat tumbuhnya belum mengalami kekurangan.
            Dikatakan kurva sigmoid apabila fase pertumbuhannya lengkap, seperti fase logaritmit, fase linear, dan fase penuaan. Dari hasil pengamatan yang diperoleh tidak terlihat laju pertumbuhan panjang daun pada kacang hijau yang membentuk kurva sigmoid yang bentuknya seperti huruf S. Hal ini disebabkan karena adanya faktor eksternal seperti kekurangan air, dimana pada saat pengamatan selama 2 minggu kurangnya pasokan air yang diberikan pada tanaman kacang hijau tersebut, selain itu lingkungan yang kurang mendukung untuk melakukan pertumbuhan dengan baik. Proses pertumbuhan ini dipengaruhi oleh faktor internal seperti gen dan hormon, dan faktor eksternalseperti cahaya, nutrisi, air, kelembaban, dan sebagainya.

4.4 Pertanyaan dan Jawaban
1.      Sebutkan tiga fase utama pertumbuhan tanaman!
Jawab: - Fase Embryonis,
- Fase Muda (Juveni/Vegetatif) dan
- Fase Menua dan Aging ( Senil/Senescence )
Ø  Fase Embryonis, yaitu fase yang dimulai dari pembentukan zygote sampai terjadinya embrio, yang terjadi di dalam bakal biji (ovule). Dari zygote diikuti dengan pembelahan sel sesudah itu terjadi pengembangan sel. Fase embryonis tidak terlihat secara nyata (tidak tergambar dalam kurve) dalam pertumbuhan tanaman, karena berlangsungnya di dalam biji.
Ø  Fase Muda (Juveni//Vegetatif) yaitu, fase yang dimulai sejak biji mulai berkecambah, tumbuh menjadi bibit dan dicirikan oleh pembentukan daun – daun yang pertama dan berlangsung terus sampai masa berbunga dan atau berbuah yang pertama. Perkecambahan merupakan satu rangkaian yang komplek dari perubahan-perubahan morfologis, fisiologis, dan biokimia.
Ø  Fase Menua dan Aging ( Senil/Senescence ), beberapa faktor luar dapat menghambat atau mempercepat terjadinya senescence, misalnya penaikan suhu, keadaan gelap, kekurangan air dapat mempercepat terjadinya senescence daun, penghapusan bunga atau buah akan menghambat senescence tanaman, pengurangan unsur-unsur hara dalam tanah, air, penaikan suhu, berakibat menekan pertumbuhan tanaman yang berarti mempercepat senescence.

2.      Kapankah pertumbuhan meningkat tajam dan kapankah pertambahan ukuran berlangsung secara konstan? Mengapa hal itu terjadi? Jelaskan alasanmu!
Jawab :
Ø  Pada fase linier, karena pada fase ini pertambahan ukuran berlangsung secara konstan biasanya pada waktu maksimum selama beberapa waktu lamanya.
Ø  Hal ini bisa terjadi karena disebabkan hanya oleh aktivitas yang konstan dari meristem apikalnya.
Ø  Karena pada hasil percobaan ada beberapa data panjang daun yang mempunyai ukuran yang sama dan pada fase linier adanya aktivitas yang konstan dari meristem apikalnya juga.

3.      Mengapa kurva sigmoid merupakan kurva pertumbuhan cepat pada fase vegetatif sampai titik tertentu?
Jawab :
Karena pada fase vegetatif terjadi pertumbuhan yang cepat, fase yang dimulai sejak biji mulai berkecambah, tumbuh menjadi bibit dan dicirikan oleh pembentukan daun – daun yang pertama dan berlangsung terus sampai masa berbunga dan atau berbuah yang pertama. terjadi pada perkembangan akar, batang, daun dan batang yang baru, terutama saat awal pertumbuhan atau setelah massa berbunga dan berbuah . Pada fase pertumbuhan vegetatif ini ada tiga aspek penting yang perlu diketahui, yaitu pembelahan sel (cell division), pembesaran sel (cell enlargemen), dan diferensiasi (penggandaan) sel (cell differentiation).
Maksud dari titik tertentu itu yakni pertumbuhan yang pesat itu terhenti ketika hampir sampai di fase penuaan. Biasanya pada waktu maksimum selama beberapa waktu lamanya. fase vegetatif sampai titik tertentu akibat pertambahan sel tanaman kemudian melambat dan akhirnya menurun pada fase senesen

4.      Bagaimanakah ciri-ciri laju pertumbuhan pada fase penuaan? Mengapa hal itu terjadi?
Jawab :
Laju pertumbuhan yang menurun saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua. Dan tanaman sudah memasuki stadia generatif

5.      Buatlah suatu kesimpulan dari hasil percobaanmu!
Jawab :
Dari hasil pengamatan yang diperoleh pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa laju tumbuh daun sejak embrio dalam biji kacang merah Phaseolus vulgaris, bentuk grafik, tidak nampak pembentukan kurva sigmoid. Hal ini, disebabkan karena waktu pengamatan yang relatif singkat, pengamatan hanya sampai ketika pertumbuhan baru mencapai fase linier, dimana pertumbuhan bertambah seiring dengan berjalannnya waktu. Kemudian, pengamatan pada hari terakhir pertumbuhan belum mengalami fase penuaan, dikarenakan nutrisi pada tempat tumbuhnya belum mengalami kekurangan.


BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang diperoleh pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa laju tumbuh daun sejak embrio dalam biji kacang merah Phaseolus vulgaris, bentuk grafik, tidak nampak pembentukan kurva sigmoid. Hal ini, disebabkan karena waktu pengamatan yang relatif singkat, pengamatan hanya sampai ketika pertumbuhan baru mencapai fase linier, dimana pertumbuhan bertambah seiring dengan berjalannnya waktu. Kemudian, pengamatan pada hari terakhir pertumbuhan belum mengalami fase penuaan, dikarenakan nutrisi pada tempat tumbuhnya belum mengalami kekurangan.

5.2 Saran
Adapun saran yang diajukan pada praktikum ini yaitu, sebaiknya dalam melakukan praktikum tidak hanya dilakukan dalm waktu dua minggu, karena dengan waktu dua minggu belum bisa membuktikan terbentuknya kurva sigmoid. Selain itu juga perlu diperhatikan kaadar air dan nutrien dengan perbandingan yang sama dalam proses perawatan tanaman kaang merah agar data yang dihasilkan lebih akurat.



DAFTAR PUSTAKA
Kaufman, P. B. 1975.  Laboratory Experiment in Plant Physiology. Macmillan Publishing
Co., Inc : New York.
Salisbury, F.B dan C.W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid Tiga Edisi Keempat. ITB-
Press : Bandung.
Campbell. 2002.. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Kimbal, 1992. Tinjauan Konseptual Model Pertumbuhan dan Hasil Tegakan Hutan. USU-
Digital Library. Medan.
Sasmitamihardja, D., Siregar, A. (1990). Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Tidak diterbitkan.
FMIPA ITB. Bandung.
Maria Ballor, Nio Song Ai. 2010 Peranan Air Dalam Perkecambahan Biji. Fakultas
matematika dan ilmu pengetahuan alam universitas sam ratulangi manado.
Indah 2010. Srtuktur biji. http://www.pustakaut.ac.id. Diakses 6 Mei 2013.
Tjitrosoepomo, G., 1999. Botani Umum 2. Angkasa. Bandung.
Kamil, J 2002. Teknologi Benih. Angkasa. Bandung.

No comments:

Post a Comment

Novel Bahasa Jawa "Tresno Waranggono"

                                                                           Tresno Waranggono “ Theng-theng” swara bel muni, kang tandane w...