MAKALAH
TUBERKULOSIS
(TBC)
KELOMPOK 3
Nama Anggota :
1.
Danang
Abdul Muis Hadi (9)
2.
Eli
Ermawati (18)
3.
Emy
Hardiyanti (20)
4.
Sugianti (37)
XI
IPA 2
SMA
N 1 JAKENAN
TAHUN
PELAJARAN 2015/2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah
suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteriMikobakterium tuberkulosa.
Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu
lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru
dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Insidensi TBC dilaporkan meningkat
secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia. Demikian pula di
Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah kesehatan, baik dari sisi angka
kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas),
maupun diagnosis dan terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta
orang, Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan China dalam
hal jumlah penderita di antara 22 negara dengan masalah TBC terbesar di dunia.
Hasil survei
Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukkan bahwa Tuberkulosis
(TBC) merupakan penyakit kedua penyebab kematian, sedangkan pada tahun 1986 merupakan penyebab kematian
keempat. Pada tahun 1999 WHO Global Surveillance memperkirakan di Indonesia
terdapat 583.000 penderita Tuberkulosis / TBC baru pertahun dengan
262.000 BTA positif atau insidens rate kira-kira 130 per 100.000 penduduk.
Kematian akibat Tuberkulosis / TBC diperkirakan menimpa 140.000 penduduk tiap tahun. Jumlah penderita TBC paru
dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat.
Saat ini setiap menit muncul satu
penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit muncul satu penderita
baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu orang meninggal akibat TBC di Indonesia. Kenyataan
mengenai penyakit TBC di Indonesia begitu mengkhawatirkan, sehingga kita
harus waspada sejak dini & mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit
TBC .
B. Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalahnya adalah
sebagai berikut :
1. Apa penyakit TBC itu?
2. Bagaimana Etiologi penyakit TBC?
3. Bagaimana cara Penularan TBC?
4. Apa gejala-gejala seseorang
menderita TBC?
5. Bagaimana cara
penanggulangan/pencegahan TBC?
6. Bagaimana cara pengobatan kepada
penderita TBC?
C. Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan
penulisannya adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui penyakit TBC
2.
Untuk mengetahui Etiologi penyakit TBC
3.
Untuk mengetahui cara Penularan TBC
4.
Untuk mengetahui gejala-gejala TBC
5.
Untuk mengetahui cara
penanggulangan/pencegahan TBC
6.
Untuk mengetahui cara pengobatan kepada
pendderita TBC
BAB II
PEMBAHASAN
A.
DEFINISI
Tuberkulosis (TBC atau TB)
adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri
ini merupakan bakteri basil yang sangat kuatsehingga memerlukan
waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia. Insidensi TBC
dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh
dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan
masalah kesehatan,baik dari sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian
penyakit (morbiditas), maupun diagnosis dan terapinya. Dengan penduduk lebih
dari 200 juta orang, Indonesia menempati
urutan ketiga setelah India dan China dalam
hal jumlah penderita di antara 22 negara dengan masalah TBC terbesar di
dunia.
Hasil survei
Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukkan bahwa Tuberkulosis (TBC)
merupakan penyakit kedua penyebab kematian, sedangkan pada tahun 1986 merupakan penyebab kematian
keempat. Pada tahun 1999 WHO Global Surveillance memperkirakan di Indonesia
terdapat 583.000 penderita Tuberkulosis / TBC baru pertahun dengan
262.000 BTA positif atau insidens rate kira-kira 130 per 100.000 penduduk.
Kematian akibat Tuberkulosis / TBC diperkirakan menimpa 140.000 penduduk tiap tahun.
Jumlah penderita TBC paru dari tahun ke tahun di
Indonesia terus meningkat. Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru
TBC paru, dan setiap dua menit muncul satu penderita baru TBC paru
yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu orang meninggal akibat TBC di Indonesia. Kenyataan
mengenai penyakit TBC di Indonesia begitu mengkhawatirkan, sehingga kita
harus waspada sejak dini & mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit
TBC.
Definisi TBC menurut beberapa tokoh,
TBC paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkin paru-paru dan
disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis (Somantri,2009). Sementara itu, Junaidi (2010) menyebutkan
tuberkulosis (TB) sebagai suatu infeksi akibat Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang berbagai organ,
terutama paru-paru dengan gejala yang sangat bervariasi. Irman Somantri,Asuhan
Keperawatan pada klien dengan Gangguan pasa sistem Pernapasan (Jakarta: Salemba
Medika, 2009). Iskandar Junaidi, Penyakit Paru dan Saluran Napas
(Jakarta: Buana Ilmu Populer,2010).
1.
PENYAKIT TBC
Tuberkulosis (TBC) adalah suatu penyakit
granulomatosa kronis menular yang disebabkan oleh MT. Penyakit ini
biasanya mengenai paru, tetapi dapat menyerang semua organ atau jaringan tubuh,
misalnya pada lymph node, pleura dan area osteoartikular.
Biasanya pada bagian tengah granuloma tuberkel mengalami nekrosis perkijuan
(Depkes RI, 2002).
Tuberculosis
(TBC) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh oleh kuman TB (Mycobacterium
tuberculosis). Sebagian besar kuman TBC menyerang paru, tetapi dapat juga
mengenai organ tubuh lainnya (Depkes RI, 2007).
Tuberkulosis yang menyerang organ
selain paru (kelenjar limfe, kulit, otak, tulang, usus, ginjal) disebut
tuberkulosis ekstra paru. Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang,
berukuran panjang 1-4 mikron dan tebal 0,3-0,6 mikron, mempunyai sifat khusus
yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, oleh karena itu disebut sebagai Basil
Tahan Asam (BTA). Kuman tuberkulosis cepat mati dengan sinar matahari langsung,
tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan
tubuh, kuman ini dapat dormant atau tertidur lama dalam beberapa tahun.
Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja
(tua, muda, laki-laki, perempuan,miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah
dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi
setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara
ketiga terbesar dengan masalah TBC di
dunia. Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun
1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara
0,2 – 0,65%. Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang
dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka
insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus
(256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan
merupakan kasus baru.
2.
PENYEBAB
PENYAKIT TBC
Penyakit TBC adalah suatu penyakit
infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat
tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri
ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret
1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil
Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru
kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP). Bakteri
Mikobakterium tuberkulosa.
KUMAN TBC
Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) disebabkan oleh kuman
TBC (Mycobacterium tuberculosis) yang sebagian kuman TBC menyerang paru, tetapi
dapat juga mengenai organ tubuh lain. Kuman ini berbentuk batang,
mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena
itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TBC cepat mati dengan
sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat
yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant,
tertidur lama selama beberapa tahun
3. TERJADINYA TBC
Infeksi Primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang
terpapar pertama kali dengan kuman TBC. Percikan dahak yang terhirup sangat
kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosilierbronkus,
dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi
dimulai saat kuman TBC berhasil berkembang biak dengan cara membelah diri di
paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru. Saluran limfe akan membawa
kuman TBC ke kelenjar limfe disekitar hilus paru dan ini disebut
sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan
kompleks primer adalah sekitar 4-6 minggu.
Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan
terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif. Kelanjutan
setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan besarnya
respon daya tahan tubuh (imunitasseluler). Pada umumnya reaksi daya tahan
tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TBC. Meskipun demikian ada
beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur).
Kadang-kadang daya tubuh tidak mampu menghentikan perkembangan kuman, akibatnya
dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita TBC.
Tuberkulosis Pasca Primer
Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa
bulan atau tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh
menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi buruk. Cirikhas dari
tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya
kavitas atau efusi pleura.
4.
CARA PENULARAN TBC
Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar
dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat
penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya
berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul
di dalam paru-paru akan berkembangbiak menjadi banyak (terutama pada orang
dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh
darah atau kelenjar getah bening.
Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir
seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan,
tulang, kelenjar getah bening,
dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena
yaitu paru-paru. Saat
Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan
segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan
berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri
itu oleh sel-sel paru.
Mekanisme
pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan
parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat).
Bentuk-bentuk
dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada
pemeriksaan fotorontgen. Gejala batuk TBC menular melalui udara dari
satu orang ke orang lainnya. Bakteri penyebab TBC ini menyebar ke udara saat
penderita TBC batuk, bersin atau pun berbicara. Lalu, orang yang menghirup
bakteri tersebut pun dapat terinfeksi bakteri penyebab TBC tersebut. Hal
tersebutlah yang menjadi satu-satunya cara penyebaran dan penularan dari
bakteri TBC, sedangkan banyak orang mengira berbagai hal lainnya juga dapat
menjadi penyebab tertularnya penyakit TBC, padahal berbagai hal tersebut
sebenarnya tidak berpengaruh dalam hal penularan gejala batuk TBC.
Hal apa saja yang sering dianggap
sebagai cara penularan dari TBC, namun padahal tidak? Ini dia:
·
Berjabat tangan dengan penderita TBC.
·
Berbagi makanan atau minuman dengan orang yang menderita
TBC.
·
Berciuman.
·
Menyentuh bagian toilet atau wastafel.
·
Memakai sikat gigi bersama.
5.
FAKTOR ORANG TERKENA TBC DAYA TAHAN
TUBUH YANG KURANG
Kemampuan untuk melawan infeksi adalah kemampuan pertahanan
tubuh untuk mengatasi organisme yang menyerang. Kemampuan tersebut tergantung
pada usia yang terinfeksi. Namun kekebalan tubuh tidak mampu bekerja baik pada
setiap usia. Sistem kekebalan tubuh lemah pada saat kelahiran dan
perlahan-lahan menjadi semakin baik menjelang usia 10 tahun. Hingga usia
pubertas seorang anak kurang mampu mencegah penyebaran melalui darah, sekalipun
lambat laun kemampuan tersebut akan meningkat sejalan dengan usia.
Tinggal berdekatan dengan orang yang terinfeksi
aktif Pekerjaan kesehatan yang merawat Pasien TB. Pasien-pasien dengan
dahak yang positif pada hapusan langsung (TB tampak di bawah mikroskop)
jauh lebih menular, karena mereka memproduksi lebih banyak TB dibandingkan
dengan mereka yang hanya positif positif pada pembiakan. Makin dekat seseorang
berada dengan pasien, makin banyak dosis TB yang mungkin akan dihirupnya.
Gizi Buruk
Terdapat bukti sangat jelas bahwa
kelaparan atau gizi buruk mengurangi daya tahan terhadap penyakit ini. Faktor ini sangat penting pada
masyarakat miskin, baik pada orang dewasa maupun pada anak. Kompleks kemiskinan
seluruhnya ini lebih memudahkan TB berkembang menjadi penyakit. Namun anak
dengan status gizi yang baik tampaknya mampu mencegah penyebaran penyakit
tersebut di dalam paru itu sendiri.
Orang Berusia Lanjut atau Bayi Pengidap Infeksi HIV/AIDS
Pengaruh infeksi HIV/AIDS mengakibatkan kerusakan luas
system daya tahan tubuh, sehingga jika terjadi infeksi seperti tuberculosis
maka yang bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan bisa mengakibatkan
kematian. Bila jumlah orang terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah
penderita TBC akan meningkat, dengan demikian penularan TBC di
masyarakat akan meningkat pula.
B.
GEJALA TBC
Gejala penyakit TBC dapat dibagi
menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang
terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk
menegakkan diagnosa secara klinik.
Ciri ciri penyakit tbc,
gejala awal orang yang terkena infeksi penyakit TBC bisa dikenali dari
tanda-tanda kondisi pada fisik penderitanya, yaitu salah satunya penderita akan
mengalami demam yang tidak terlalu tinggi dan berlangsung lama, deman tsb
biasanya dialami pada malam hari disertai dengan keluarnya keringat.
Kadang-kadang derita demam disertai dengan influenza yang bersifat timbul
sementara kemudian hilang lagi. Berikut ini adalah gejala ciri penyakit TBC
paru-paru yang bisa kita kenali sejak dini :
- Ketika penderita batuk
atau berdahak biasanya disertai keluarnya darah.
- Penderita mengalami
sesak napas dan nyeri pada bagian dada.
- Penderita mengalami
deman (meriang panas dingin) lebih dari sebulan
- Penderita
berkeringan pada waktu malam hari tanpa penyebab yang jelas.
- Badan penderita
lemah dan lesu
- Penderita mengalami
penurunan berat badan dikarenakan hilangnya nafsu makan
- Urin penderita
berubah warna menjadi kemerahan atau keruh. Ciri gejala ini muncul pada kondisi selanjutnya
1.
GEJALA SISTEMIK/UTAMA
a. Demam tidak terlalu tinggi
yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai
keringat malam.
b. Kadang-kadang serangan demam seperti
influenza dan bersifat hilang timbul.
c. Penurunan nafsu makan dan berat
badan.
d.
Batuk-batuk selama
lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
e.
Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
2.
GEJALA KHUSUS
a.
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila
terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran
yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang
membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang
disertai sesak.
b.
Kalau ada cairan
dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
c.
Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti
infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada
kulit diatasnya, pada muara ini
akan keluar cairan nanah.
d.
Pada anak –
anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan
disebut sebagai meningitis (radang
selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi,
adanya penurunan kesadaran dan kejang - kejang.
C. DIAGNOSIS TBC
Tindakan yang harus segera diambil
untuk menangani TBC diantaranya:
1. Anamnesa yaitu melakukan pemeriksaan
TBC terhadap seluruh anggota keluarga yang terkena TBC maupun yang berisiko.
2. Melakukan cek-up fisik secara
menyeluruh.
3. Segera mengambil sampel darah,
sputum (dahak), serta cairan dari otak untuk melakukan tes lab.
4. Langkah berikutnya yaitu melakukan
pemeriksaan patologis dan anatomis.
5. Melakukan foto dada atau sering
disebut dengan ronsen.
6.
Melakukan uji tuberculin dari cairan
tubuh.
1.
DIAGNOSIS PADA
DEWASA
Diagnosis Tuberkulosis Pada Orang
Dewasa. Diagnosis TB paru pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan
ditemukannya BTA pada pemeriksaan
dahak secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila
sedikitnya dua dari tiga SPS BTA hasilnya positif. Bila hanya 1 spesimen
yang positif perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut yaitu foto rontgen
dada atau pemeriksaan spesimen SPS diulang. Kalau hasil rontgen mendukung
TB, maka penderita diidagnosis sebagai penderita TB BTA positif. Kalau
hasil rontgen tidak mendukung TB, maka pemeriksaan lain, misalnya biakan.
Apabila fasilitas memungkinkan, maka dapat dilakukan
pemeriksaan lain, misalnya biakan. Bila
tiga spesimen dahak negatif, diberikan antibiotik spektrum luas (misalnya
kotrimoksasol atau Amoksisilin) selama 1 - 2 minggu. Bila tidak ada
perubahan, namun gejala klinis tetap mencurigakan TB, ulangi pemeriksaan dahak
SPS : Kalau hasil SPS positif, didiagnosis sebagai penderita TB BTA positif.
Kalau hasil SPS tetap negatif, lakukan pemeriksaan foto rontgen dada,
untukmendukung diagnosis TB.
a. Bila hasil rontgen mendukung TB,
diagnosis sebagai penderita TB BTA negatif rontgen positif.
b.
Bila hasil rontgen tidak mendukung TB, penderita tersebut
bukan TB.UPK yang tidak memiliki fasilitas rontgen, penderita dapat dirujuk
untuk difotorontgen dada.
2.
DIAGNOSIS
MELALUI TEST KULIT
Test kulit TBC dilakukan dilengan. Dalam waktu dua atau
tigahari,pada lengan anda apakah ada reaksi. Bila reaksinya “positif”, ini
berartianda mungkin sudah terinfeksi TBC. Kadang kala, bila seseorangsudah
terinfeksi kuman HIV dan TBC, bisa saja terjadi reaksi“negatif”dalam tes
kulit TBC. Hal ini disebabkan sistim kekebalan tubuhandatidak berfungsi benar.
Petugas Kesehatan akan menyampaikanpada seseorang tersebut tentang risiko
terinfeksi TBC ataupenyakit TBC.dan mungkin perlu tes medis atau perawatan.
D.
TBC PADA ANAK
Penyakit TB ini mudah sekali menyerang pada anak-anak kecil
yangbelum diimunisasi dengan vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin), karena
kurangnya gizi dan karena lingkungan yang kurang sehat. Tidak cukup
untuk sekedar memahami cara bagaimana anak-anak terinfeksi tuberkulosis
atau bagaimana penyakit tersebut dapat menyebar. Kemungkinan adanya
tuberkulosis pada anak yang kurusatau bila ditemukan:
a. Berat badan tidak naik atau turun
selama lebih dari 14 minggu (adanya grafik kenaikan berat badan akan sangat
berguna).
b. Kehilangan gairah dan mungkin juga
berat badan selama 2 sampai 3 bulan.
c.
Salah satu dari (1) atau (2) yang dijelaskan di atas
disertai dengan menggigil atau batuk yang sesekali dapat menyerupai batuk
rejan.
d.
Demam atau meriang selama lebih dari satu minggu tanpa
penyebab yang jelas.
e.
Salah satu diantara (1), (2), (3)
serta tanda adanya cairan – pekak, pada salah satu sisi dada.
f.
Perut membuncit, terutama bila
teraba benjolan dan yang tetap bertahan setelah pemberian obat cacing.
g.
Diare kronis dengan buang air besar tinja keputihan yang
tidak sembuh setelah diberi obat cacing atau obat untuk giardiasis (dengan
metronidazole).
h.
Jalan timpang, punggung kaku sukar
membungkuk.
i.
Tulang belakang membungkuk, tidak atau
kaku saat berjalan.
j.
Pembengkakan lutut atau pergelangan kaki, tangan, siku
atau bahkan iga atau tulang atau sendi yang manapun yang tidak disebabkan
cedera.
k.
Pembengkakan kelenjar getah bening yang keras
atau lembut, tidak nyeri, terkadang dengan beberapa kelenjar getah
bening kecil didekatnya dan terkadang melekat tak teratur
E.
RIWAYAT TBC
Tiap tahun selalu terdapat peningkatan
jumlah penderita TBC yang tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. TBC membunuh lebih banyak kaum muda dan wanita
dibandingkan penyakit menular lainnya.
Terdapat sekitar 2 sampai 3 juta orang meninggal akibat TBC setiap
tahun. Sesungguhnya setiap kematian akibat TBC itu bisa dihindari.
Setiap detik, ada 1 orang yang meninggal akibat tertular TBC. Setiap 4
detik, ada yang sakit akibat tertular TBC. Setiap tahun. 1 % dari seluruh
populasi di seluruh dunia terjangkit oleh penyakit TBC. Sepertiga dari jumlah
penduduk di dunia ini sudah tertular oleh kuman TBC (walaupun) belum
terjangkit oleh penyakitnya.
Penderita TBC yang tidak berobat dapat menularkan penyakit
kepada sekitar 10/15 orang dalam jangka
waktu 1 tahun. Seperti halnya flu, kuman TBC menyebar di udara pada
saat seseorang yang menderita TBC batuk dan bersin, meludah
atau berbicara. Kuman TBC biasanya menyerang paru-paru.
F. PENCEGAHAN TBC
Adapan tujuan dari pencegahan TBC, yaitu;
1.
Menyembuhkan penderita.
2.
Mencegah kematian.
3.
Mencegah kekambuhan.
4. Menurunkan
tingkat penularan.
Saat batuk seharusnya menutupi mulutnya, dan
apabila batuk lebih dari 3 minggu, merasa sakit di dada dan kesukaran
bernafas segera dibawa kepuskesmas atau ke rumah sakit.
a. Saat batuk
memalingkan muka agar tidak mengenai orang lain.
b.
Membuang ludah di tempat yang tertutup, dan apabila
ludahnya bercampur darah segera dibawa kepuskesmas atau ke rumah sakit.
c.
Mencuci peralatan makan dan minum sampai bersih setelah
digunakan oleh penderita.
d.
Bayi yang baru lahir dan anak-anak kecil harus
diimunisasi dengan vaksin BCG. Karena vaksin tersebut akan memberikan perlindungan
yang amat bagus.
e.
Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu
yang bergaul erat dengan penderita TB paru BTA positif.
f.
Mars chest
X-ray, yaitu pemeriksaan massal terhadap kelompok-kelompok populasi tertentu,
misalnya karyawan rumah sakit atau puskemas atau balai pengobatan, penghuni
rumag tahanan dan siswi-siswi pesantren.
g.
Vaksinasi BCG, reaksi positif terjadi jika setelah
mendapat vaksinasi BCG langsung terdapat reaksi lokal yang besar dalam waktu
kurang dari 7 hari setelah penyuntikan.
h.
Kemoprokfilasis, yaitu dengan menggunakan INH 5 mg/kg BB
selama 6-12 bulan dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri
yang masih sedikit.
i.
Komunikas, informasi, dan edukasi (KIE) tentang penyakit
tuberkulosis kepada masyarakat di tingkat puskesmas maupun rumah sakit oleh
petugas pemerintah atau petugas LSM.
Tips Terbaik
Mencegah Penularan TBC
Ingat bahwa di Indonesia, penyakit TBC masih merupakan
penyakit epidemiologi, sehingga jumlah penderita TBC masih sangat banyak dan
berpotensi untuk terus menularkan bakteri TBC. Agar kita dapat tehindar dari
penyakit TBC, maka kita dapat melakukan hal-hal berikut:
1. Imunisasi BCG; imunisasi BCG
biasanya didapat ketika bayi. Jika Anda memiliki bayi, maka berikanlah
imunisasi dasar lengkap agar si bayi juga mendapatkan imunisasi BCG.
2. Bila ada yang dicurigai sebagai
penderita TBC maka harus segera mendapatkan pengobatan sampai tuntas agar tidak
menjadi penyakit yang lebih berat dan menjadi sumber penularan bakteri TBC.
3. Bagi penderita tidak meludah
sembarangan. Pada dasarnya penularan bakteri TBC berasal dari dahak
penderita TBC. Walaupun dahak dari penderita TBC sudah mengering, tetap
berpotensi menyebarkan bakteri TBC melalui udara.
4. Tidak melakukan kontak udara dengan
penderita. Bagi Anda yang masih sehat, sebaiknya membatasi interaksi dengan
orang yang menderita TBC atau Anda dapat menggunakan alat pelindung diri
(masker) ketika Anda harus kontak dengan mereka.
5. Minum obat pencegah dan hidup secara
sehat.
6. Rumah harus memiliki ventilasi udara
yang baik, sehingga sinar matahari pagi dapat masuk ke dalam rumah.
7. Menutup mulut dengan sapu tangan
bila batuk serta tidak meludah/mengeluarkan dahak di sembarangan tempat dan
menyediakan tempat ludah yang diberi lisol atau bahan lain yang dianjurkan
dokter dan untuk mengurangi aktivitas kerja serta menenangkan pikiran
8. Tips berikutnya adalah dengan
melakukan sinar ultraviolet untuk membasmi bakteri. Sinar ini bertujuan untuk
membasmi bakteri penyebab penyakit TBC tersebut.
9. Tips terakhir untuk mencegah
penyakit TBC adalah dengan pemberian obat isoniazid. Obat ini sangat efektif
memberikan dampak terhadap pencegahan TBC. Walaupun hasil uji lab menunjukkan
hasil tes tuberkulin positif, akan tetapi hasil photo ronsen Anda tidak akan
menunjukkan adanya penyakit TBC.ah mengetahui cara mencegah penuaran TBC,
segeralah Anda mengambil tindakan yang bijak agar tetap sehat dan terhindar
dari TBC.
G.
PEMBERANTASAN TBC
1.
TUJUAN PEMBERANTASAN
Pemberantasan penyakit TBC didasarkan untuk memutusmata
rantai virulenci penularan penyakit TBC supaya tidak terjadi prevalenci
penyakit TB yang lebih besar.
2.
PEMBERANTASAN PENYAKIT TBC
a. Pengobatan pada penderita hingga
sembuh
b.
Perlakuan pada rumah penderita untuk lebih memperhatikan
factor kesehatan lingkungan dengan menambah ventilator sebagai pengganti udara,
genteng kaca supaya sinar matahari dapat masuk, dan faktor higiene
lingkungan yang lain yang lebih baik.
c.
Sterilisasi Rumah pasca Penderita.
H. PENGOBATAN TBC
1. JENIS OBAT
a.
Isoniasid
b.
Rifampicin
c.
Pirasinamid
d.
Streptomicin
Obat yang digunakan untuk TBC
digolongkan atas dua kelompok yaitu obat primer dan sekunder. Obat primer
untuk TBC adalah isoniazid (INH), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin,
dan Pirazinamid. Sebagian besar penderita TBC sembuh dengan obat-obat
ini. Selain itu ada juga obat sekunder untuk TBC yaitu Exionamid,
Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin dan Kanamisin. Penggunaan obat-obat primer dan
sekunder tergantung dari tingkat keparahan TBC yang diderita.
Biasanya penderita TBC dapat sembuh total selama kurang
lebih enam bulan dengan mengonsumsi obat-obatan primer setiap hari. Butuh biaya
besar untuk mengonsumsi obat-obatan ini setiap hari selama enam bulan ? betul.
Namun pemerintah Indonesia sudah menyediakan obat-obatan ini di tiap-tiap
Puskesmas dalam kemasan yang eksklusif dan gratis.
Penggunaan obat untuk penderita TBC
lebih baik diberi/ disarankan oleh dokter, karena pengobatan TBC tidak seperti
pengobatan penyakit yang lain. TBC membutuhkan perhatian dan pengawasan khusus,
karena jika tidah patuh dalam pengobatan akan menyebabkan resistensi dan
kegagalan dalam pengobatan.
Berikut ini adalah prinsip
pengobatan yang perlu diterapkan terhadap penderita TBC:
1.
Obat TBC diberikan beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup
dan dosis tepat selama 6-8 bulan, agar semua kuman (termasuk kuman persisten)
dapat terbunuh.
2.
Apabila paduan obat yang digunakan tidak adekuat (jenis,
dosis dan jangka waktu pengobatan), kuman TBC akan berkembang menjadi kuman
kebal obat (resisten).
3.
Perlu dilakukan dengan pengawasan langsung oleh seorang
Pengawas Menelan Obat (PMO).
4.
Pengobatan TBC diberikan dalam 2 tahap
yaitu tahap intensif dan lanjutan.
Pada tahun 1997
WHO telah membuat klasifikasi regimen pengobatan pada berbagai keadaan penyakit
TBC (Suswati,
2007).
Tabel 1.Jenis
dan Dosis OAT
Jenis Obat
|
Sifat
|
Dosis yang
Direkomendasikan (mg/kg)
|
|
Harian
|
3x
Seminggu
|
||
Isoniazid (H)
|
Bakterisid
|
5 (4-5)
|
10 (8-12)
|
Rifampicin (R)
|
Bakterisid
|
25 (20-30)
|
15 (12-18)
|
Pyrazinamide
(Z)
|
Bakterisid
|
15 (15-20)
|
10 (8-12)
|
Streptomycin (S)
|
Bakterisid
|
10 (8-12)
|
35 (30-40)
|
Ethambutol (E)
|
Bakteriostatik
|
15 (12-18)
|
30 (20-35)
|
Tabel 2. Dosis Untuk Paduan OAT Kategori II
Berat
Badan
|
Tahap intensif tiap hari RHZE
(150/75/400/275)+S
|
Tahap
Lanjutan 3 kali seminggu RH(150/150)+E(400)
|
|
Selama 56
hari
|
Selama 28
hari
|
Selam 20
minggu
|
|
30 – 37 Kg
|
2 tab 4KDT
+500 mg streptomisin inj.
|
2 tab 4KDT
|
2 tab 2KDT
+2 tab Etambutol
|
38 – 54 Kg
|
3 tab 4KDT
+750 mg Streptomisin Inj.
|
3 tab 4KDT
|
3 tab 2KDT
+Etambutol
|
55 – 70 Kg
|
4 tab 4KDT
+1000mg streptomisin Inj.
|
4 tab 4KDT
|
4 tab 2KDT
+4 tab Etambutol
|
271 Kg
|
5 tab 4KDT
+1000 mg Streptomisin inj.
|
5 tab 4KDT
|
tab 2KDT +5 tab Etambutol
|
Tabel 3. Dosis Untuk Paduan OAT Kategori III
Tahap
Pengobatan
|
Lama Pengobatan
(Bulan)
|
Tablet
Isoniasid @300 mgr
|
Kaplet
Rifampisin @450 mgr
|
Tablet
Pirazinamid @500 mgr
|
Etambulot
|
Streptomisin
Inj
|
Jumlah
hari/kali menelan obat
|
|
Tablet
@250 mgr
|
Tablet
@400 mgr
|
|||||||
Tahap
intensif (dosis harian)
|
2
1
|
1
1
|
1
1
|
3
3
|
3
3
|
-
-
|
0,75 gr
-
|
56
28
|
Thap
lanjutan (dosis 3% seminggu)
|
4
|
2
|
1
|
-
|
1
|
2
|
-
|
60
|
Penderita yang menghentikan
pengobatannya <2 minggu pengobatan OAT dapat dilanjutkan sesuai
jadwal. Jika
penderita menghentikan pengobatannya ≥ 2 minggu :
a.
Berobat ≥ 4 bulan, BTA negatif dan klinis, radiologis
negatif OAT STOP
b.
Berobat ≥ 4 bulan, BTA positif : pengobatan dimulai dari
awal dengan paduan obat yang lebih kuat dan jangka waktu pengobatan yang lebih
lama.
c. Berobat < 4
bulan, BTA positif : pengobatan dimulai dari awal dengan paduan obat yang sama.
d. Berobat < 4
bulan, berhenti berobat > 1 bulan, BTA negatif, akan tetapi klinis dan
radiologis positif : pengobatan dimulai dari awal dengan paduan obat yang sama.
e. Berobat < 4
bulan, BTA negatif, berhenti berobat 2 – 4 minggu pengobatan dilanjutkan
kembali sesuai jadwal (Suswati, 2007).
Penderita TBC dapat dikatakan hidupnya
bergantung pada obat, jika proses pengobatan berhasil, maka kemungkinan dalam
memperpanjang masa hidup juga berhasil. Secara garis besar, kesuksesan dalam
pengobatan TBC adalah Ketepatan jenis obat, Ketepatan dosis dan Ketepatan waktu
pengobatan (baik waktu minum dalam satu hari maupun lama jangka waktu meminum
obat).Penanggulangan Tuberkulosis (TB) di Indonesia sudah berlangsung sejak zaman
penjajahan Belanda namun terbatas pada kelompok tertentu. Setelah perang
kemerdekaan, TB ditanggulangi melalui Balai Pengobatan Penyakit Paru Paru
(BP-4). Sejak tahun 1969 penanggulangan dilakukan secara nasional melalui
Puskesmas. Obat anti tuberkulosis (OAT) yang digunakan adalah paduan standar
INH, PAS dan Streptomisin selama satu sampai dua tahun.
Para Amino Acid
(PAS) kemudian diganti dengan Pirazinamid. Sejak 1977 mulai digunakan paduan
OAT jangka pendek yang terdiri dari INH, Rifampisin dan Etambutol selama 6
bulan (Suswati,
2007).Berbagai variasi regimen telah diperkenalkan selama ini. Pada dasarnya
semuanya mengandung dua fase, yaitu fase awal intensif dan fase lanjutan. Fase
awal intensif biasanya diberikan sedikitnya 3 atau 4 obat, sedangkan fase
lanjutan dapat diberikan 2 obat saja baik setiap hari maupun intermitten.
Selain obat rekomendasi dari dokter, ada juga obat
tradisional yang bisa digunakan yang sudah sejak dahulu digunakan yaitu :
1.
Sambiloto (Andrographis paniculata) : Daun kering
digiling ditambah madu secukupnya
kemudian
dibuat pil dengan diameter 0,5 cm. Satu hari dua kali minum, setiap kali minum
15 - 30 pil.
2.
Tembelekan : Lantana camara : bunga kering 6 - 10 gram
ditambah tiga gelas air lalu direbus hingga setengahnya. Gunakan untuk tiga
kali minum setiap harinya.
PRINSIP OBAT
Obat TB iberikan dalam bentuk kombinasi
dari beberapa jenis, dalam jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8
bulan,supaya semua kuman dapat dibunuh. Dosis tahap intensif dan
dosis tahap lanjutan ditelan dalam dosis tunggal,sebaiknya pada saat perut
kosong. Apabila paduan obat yangdigunakan tidak adekuat, kuman TB akan
berkembangmenjadi kuman kebal. Pengobatan TB diberikan dalan 2 Tahap
yaitu:
a.
Tahap intensif
Pada tahap intensif penderita mendapat
obat (minumobat) setiap hari selama 2 - 3 bulan.
b.
Tahap lanjutan
Pada tahap
lanjutan penderita mendapat obat (minumobat) tiga kali seminggu selama 4 – 5
bulan.
2. EFEK SAMPING OBAT
Beberapa efek
samping yang mungkin muncul akibat mengkonsumsi obatTB bervariasi mulai dari
ringan hingga berat. Efek samping ringan dapat berupa berubahnya warna urine
menjadi kemerahan yang diakibatkan oleh rifampisin. Efek samping lainnya
dapat berupa nyeri sendi, tidak ada nafsu makan, mual, kesemutan dan rasa
terbakar di hati, gatal dan kemerahan dikulit gangguan keseimbangan hingga
kekuningan (ikterus). Jika pasien merasakan hal-hal tersebut, pasien harus
segera berkonsultasi dengan dokter
untuk memperoleh penanganan lebih lanjut, fase lanjutan. Dalam beberapa kasus
pengobatan bisa berlangsung hingga delapan bulan.
I.
KASUS TBC
Untuk menegakkan diagnosa TBC Paru adalah dengan
memeriksa dahak seseorang yang di duga mengidap TBC. Pemeriksan dahak di
lakukan secara SPS (Sewaktu saat kontak pertama, Pagi hari ke 2 dan
Sewaktu juga saat hari ke2) dibawah pemeriksaan mikroskopis. Hasil
pemeriksaan mikroskopis ini sangat dijaga kualitas dengan melakukan cros cek/
uji silang lagi juga menjaga hasil pemeriksaan sedian dahak BTA.
Metode Penemuan Kasus TBC paru
Dengan cara passive promotive case finding artinya
penjaringan tersangka penderita yang dating berkunjung ke unit pelayanan
kesehatan dengan meningkatkan penyuluhan TBC kepada masyarakat. Bila
ditemukan penderita tuberculosis paru dengan sputum dahat BTA +,maka semua
orang yang kontak serumah dengan penderita harus diperiksa. Apabila ada
gejala-gejala suspek (Kecurigaan) TBC maka harus diperiksa dahaknya.
Pengobatan Penderita TBC adalah dengan kombinasi beberapa
jenis obat dalam jumlah cukup dan dosis yang tepat selama 6 – 8 bulan.
Pengobatan penderita TBC terdiri atas 3 fase, yaitu:
1.
Fase Intensif yaiut Obat diminum
setiap hari selama 2 bulan
2.
Fase Lanjutan yaitu Obat diminum
seminggu 3 kali.
3. Paduan OAT (OBat Anti Tuberkulosa)
FDC.
Saat ini di Provinsi Kalimantan Selatan sudah
menggunakan OAT FDC. Kemasan Obat FDC (Fixed Dose Combination) 1
tablet obat mengandung 150 mg Rifamfisin, 75 mg INH, 400 mg
Pyrazinamid dan 275 mg Ethambutol, (Dikutip dari : Buku Saku Petugas
Program TBC. Depkes RI Diagram diagnosa TB
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Faktor
yang mempengaruhi terjadinya kasu TBC pada NYS adalah lingkungan yang lembab,
kurangnya ventilasi dan sinar matahari, Kemudian perilaku adalah tidak ada
tempat khusus untuk dahak dan kalau batuk tidak menutup mulut. Penyakit
campak disebabkan oleh virus morbilli. Tanda khasnya berupa Koplik spot di
selaput lendir pipi, dan rash kulit yang muncul pada hari ke 14 setelah
terpapar virus campak. Imunisasi campak efektif untuk memberi kekebalan
terhadap penyakit campak sampai seumur hidup.
Penyakit
campak yang disebabkan oleh virus yang ganas ini dapat dicegah jika seseorang
mendapatkan imunisasi campak. Jumlah pemberian imunisasi campak diberikan
sebanyak 2 kali; 1 kali di usia 9 bulan, 1 kali di usia 6 tahun. Dianjurkan, pemberian
campak ke-1 sesuai jadwal. Selain karena antibodi dari ibu sudah menurun di
usia 9 bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak usia balita. Jika sampai
12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak, maka pada usia 12 bulan harus
diimunisasi MMR (Measles Mump Rubella). Imunisasi campak terdiri dari dosis 0,5
ml yang disuntikkan secara Subkutan, lebih baik pada lengan atas. Pada setiap
penyuntikan harus menggunakan jarum dan syringe yang steril.
DAFTAR PUSTAKA
Budiarto,
Eko dan Dewi Anggraeni. 2002. Pengantar Epidemiologi Edisi 2. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. 2002. Pedoman Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis. Cetakan
ke 8. Jakarta. 2002. p 1-37.
David Arnot, dkk (2009). Pustaka kesehatan
Populer Pengobatan Praktis: perawatan Alternatif dan tradisional, volume 7.
Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer. hlm. 180
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Pedoman
Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1994. Pengawasan
Kualitas Kesehatan Lingkungan dan Pemukiman, Dirjen P2M & PLP.
Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Protokol
Surveilans HIV diantara pasien TB di Indonesia. Jakarta : Depkes RI, UGM,
Asia Link, KNCV.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Pedoman
Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi 2:cetakan II, Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2001. Pedoman
Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta.
Fatimah
Siti. 2008. Faktor Kesehatan Lingkungan Rumah Yang Berhubungan
Dengan
Patimuan, Gandrungmangu, Bantarsari)
Tahun 2008 (Tesis). Program Pascasarjana
FKM Undip Semarang.
Goesasi Rachmat, 2011. Rehabilitasi Medik Pada Penyakit Tb di Bandung. Jakarta: Rineka Cipta.
Herlina,
L. 2007. Tuberkulosis dan faktor risiko kejadian Multidrug
ResistantTuberculosis (MDR TB/Resistensi Ganda). Program
Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Peminatan Epidemiologi Komunitas
Universitas Padjadjaran.
Keman, Soedjajadi, 2005, Kesehatan Perumahan dan
Lingkungan Pemukiman, Journal Kesehatan Lingkungan , Vol. 2, No. 1, Juli
2005
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Penanggulangan
TB.Jakarta
Leavell & Clark. 1965. Preventive Medicine
for The omDoctor in his Comunity: An
Epidemiologic approach Third
Edit. New York: Prentice-Hall Englewood Cliffs, NJ.
Nadia ait-Khaled and Donaldo Enarson. 2003. Tuberculosis,
A Manual for medical students. by WHO.
Noor. 2008. Dasar epidemiologi. Jakarta :
Rineka cipta.
Notoatmodjo, S, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Prinsip-prinsip Dasar. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis.
Edisi 2, cetakan pertama.
Suswati, E. 2007. Karakteristik Penderita
Tuberkulosis Paru di Kabupaten Jember. Laboratorium Mikrobiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Jember. Biomedis Vol.1 No.1. hal: 11-16
Sitepu, M.Y. 2009. Karakteristik Penderita TB
Paru Relapse yang Berobat di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan
Tahun 2000-2007. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Medan. Soemirat, Juli, 2010, Epidemiologi Lingkungan, Yogyakarta : Gajah
Mada
TBCTA. 2006.International Standards for Tuberculosis
Care : Diagnosis, Treatment, Public Health. Tuberculosis Coalition for
Technical Assistance (TBCTA).
Barbara, C.L. 1996. Perawatan Medikal Bedah (suatu
pendekatan proses keperawatan)
Bandung
Doengoes, M. Rencana Asuhan Keperawatan.
Edisi 3. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Smeltzer and Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
http://macampenyakit.com/cara-terbaik-mencegah-penularan-tbc/#sthash.NknwRRxX.dpuf
No comments:
Post a Comment