Sunday, March 11, 2018

PRINSIP-PRINSIP BIOMEKANIKA DAN BIOLISTRIK SEBAGAI SUATU PENDEKATAN DALAM MASALAH KEPERAWATAN

TUGAS MATA KULIAH
ILMU DASAR KEPERAWATAN I

PRINSIP-PRINSIP BIOMEKANIKA DAN BIOLISTRIK SEBAGAI
SUATU PENDEKATAN DALAM MASALAH KEPERAWATAN
Dosen Pengampu : Sarah Ulliya, S.Kp.M.Kes
Kelompok :
1.      Muchammad Taufik                      22020117120003
2.      Eli Ermawati                                 22020117120034
3.      Iftinan Nida Firdaus                     22020117130079
4.      Riska Dewi Ariyanti                     22020117120009
5.      Banatus Sholihah                          22020117140008

A 17.1
DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2018

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas kehendakn-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Prinsip-prinsip Biomekanika dan Biolistrik Sebagai Suatu pendekatan Dalam Masalah Keperawatan”
            Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pengetahuan tentang prinsip-prinsip biomekanika dan biolistrik sebagai suatu pendekatan dalam masalah keperawatan dan sekaligus melakukan apa yang menjadi tugas mahasiswa yang mengikuti mata kuliah “Ilmu Dasar Keperawatan 1” makalah ini disusun pada tanggal 17 Februari 2018.
            Tim penulis menyadari bahwa dalam penulisan, maupun isi materi makalah ini masih banyak kekurangan. Sehingga kami sebagai tim penulis mengharapkan bagi setiap pembaca untuk menyampaikan kritik dan saran yang bersifat membangun guna penyempurnaan makalah kedepannya.
            Kaami mengucaapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penulisan makalah ini.

Semarang, 17 Februari 2018


                                                                                       Penyusun




DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................ ii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2  Rumusan Masalah......................................................................................... 1
1.3  Manfaat Penulisan......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1  Atom & ion, muatan listrik, potensial, arus & hambatan listrik.................... 3
2.2  Potensial listrik pada berbagai keadaan sel (Transduksi sinyal, potensial
 membran istirahat, depolarisasi, hiperpolarisasi, potensial aksi)................... 7
2.3  Penghantaran impuls di dalam tubuh & transmisi sinaps : potensial end
plate, pembentukan Excitarory Post Synaptic Potensial (EPSP) dan
Inhibitory PostSynaptic................................................................................ 9

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................... 15
3.2 Saran............................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 16



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Kelistrikan sering kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari dan biasanya kita kurang memperhatikan hal tersebut. Gaya tarik listrik sudah diamatai pada zaman yunani kuno. Kelistrikan memegang peranan penting dalam hal kesehatan. Listrik yang ada di tubuh kita disebut biolistrik atau sering diartikan sebagai listrik yang ada dalam tubuh makhluk hidup, yang mana berasal dari kata bio berarti makhluk hidup dan kata listrik. Pada dasarnya semua fungsi dan aktivitas tubuh banyak melibatkan listrik. Sistem saraf berperan penting pada hampir semua fungsi tubuh. Kelistrikan pada tubuh berkaitan dengan komposisi ion yang terdapat dalamtubuh. Komposisi ion ekstra sel berbeda dengan komposisi ion intra sel. Pada ekstrasel lebih banyak ion Na dan Cl2 sedangkan intra sel terdapat ion h dan anion protein.
Beberapa penyelidikan yang telah dilakukan berhubungan dengan biolistrik :
1.      Pada tahun 1780, Luigi Galvanic meneliti kelistrikan pada tubuh hewan.
2.      Pada tahun 1892, Arons merasakan aliran frekuensi tinggi melalui dirinya dan asistennya.
3.      Pada tahun 1899, Van Seynek meneliti tentang terjadinya panas pada jaringan akibat aliran frekuensi tinggi.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud atom & Ion, muatan listrik, potensial, arus & hambatan listrik?
2.      Bagaimana potensial listrik pada berbagai keadaan sel (Transduksi sinyal, potensial membran istirahat, depolarisasi, hiperpolarisasi, potensial aksi) ?
3.      Bagaimana penghantaran impuls di dalam tubuh & transmisi sinaps : potensial end plate, pembentukan Excitarory Post Synaptic Potensial (EPSP) dan Inhibitory PostSynaptic ?
1.3  Manfaat Penulisan
1.      Mengetahui pengertian atom & ion, muatan listrik, potensial, arus & hambatan listrik.
2.      Mengetahui potensial listrik pada berbagai keadaan sel (Transduksi sinyal, potensial membran istirahat, depolarisasi, hiperpolarisasi, potensial aksi).
3.      Mengetahui penghantaran impuls di dalam tubuh & transmisi sinaps : potensial end plate, pembentukan Excitarory Post Synaptic Potensial (EPSP) dan Inhibitory PostSynaptic.















BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Atom, Ion, Muatan Listrik, Potensial, Arus & Hambatan Listrik
a. Atom
Tubuh, layaknya semua materi lain terdiri dari atom. Atom merupakan susunan materi pembangun. Walaupun awalnya ketika atom berarti suatu partikel yang tidak dapat dipotong-potong lagi menjadi partikel yang lebih kecil. Dalam terminologi ilmu pengetahuan modern, atom tersusun atas berbagai partikel sub-atom. Partikel-partikel penyusun atom ini adalah  elektron, proton, dan neutron. Namun hidrogen-1 tidak mempunyai neutron. Demikian pula halnya pada ion hidrogen positif H+.
Dari kesemua partikel sub-atom ini, elektron adalah yang palin ringan dengan masa elektron sebesar 9,11 × 10-31 kg dan mempunyai muatan negatif .1 Ukuran elektron sangatlah kecil sedemikiannya tiada teknik pengukuran yang dapat digunakan untuk mengukur ukurannya. Proton memiliki muatan positif dan massa 1.836 kali lebih berat daripada elektron (1,6726 × 10-27 kg).2 Neutron tidak bermuatan listrik dan bermassa bebas 1.839 kali masa elektron atau (1,6929 × 10-27 kg).3
                 Atom dari unsur kimia yang sama memiliki jumlah proton yang sama, disebut nomor atom. Suatu unsur dapat memiliki jumlah neutron yang bervariasi. Variasi ini disebut sebagai isotop.
b. Ion
Ion adalah atom atau sekumpulan atom yang bermuatan listrik. Ion bermuatan negatif, yang menangkap satu atau lebih elektron disebut Anion. Disebut anion karena ion tersebut tertarik menuju anoda.4 Ion bermuatan positif yang kehilangan satu atau lebih elektron, disebut kation , karena tertarik ke katoda.5 Proses pembemtukan ion disebut ionisasi. Ion juga merupakan pembawa muatan sehingga mampu menghantarkan listrik. Hal itulah yang menyebabkan tubuh kita tersengat listrik. Karena arus listrik yang dihantarkan oleh tubuh kita jauh lebih besar daripada arus listrik yang kita perlukan untuk menjalankan fungsi normal tubuh di jantung.
c.       Muatan Listrik
Muatan Listrik (Q) adalah muatan dasar yang dimiliki suatu benda. Satuan Q adalah coulomb yang merupakan 6.24 × 1018 muatan dasar.6 Q adalah sifat dasar dimiliki oleh suatu materi, baik berupa proton (muatan positif) maupun elektron (muatan negatif). Muatan listrik total suatu atom atau materi ini bisa positif, jika atomnya kekurangan elektron. Sementara atom yang kelebihan elektron, akan bermuatan negatif. Besarnya muatan suatu atom/materi bergantung pada jumlah proton dan atau elektron.7 Oleh karena itu, muatan materi/atom merupakan kelipatan dari satuan Q dasar. Dalam atom yang netral, jumlah proton akan sama dengan jumlah elektron yang mengelilinginya (membentuk muatan total yang netral atau tak bermuatan).
Muatan listrik dalam tubuh dibagi menjadi 2:
1)      Muatan listrik negatif terdapat di permukaan dalam membran.
2)      Muatan listrik negatif terdapat di permukaan luar membran.

d.      Arus Listrik
Arus listrik adalah aliran yang terjadi akibat jumlah muatan listrik dari satu titik ke titik lain dalam suatu rangkaian dalam setiap waktu . Arus listrik juga terjadi akibat adanya beda potensial atau tegangan pada media penghantar antara dua titik. Semakin besar nilai tegangan antara kedua titik tersebut, maka akan semakin besar pula nilai arus yang mengalir pada kedua titik tersebut. Satuan arus listrik dalam internasional yaitu A (ampere), yang dimana dalam penulisan rumus arus listrik ditulis dalam simbol I (current). Contoh arus listrik dalam kehidupan sehari-hari berkisar dari yang sangat lemah dalam satuan mikroAmpere (μ A) seperti di dalam jaringan tubuh hingga  arus yang sangat kuat 1-200 kiloAmpere (kA) seperti yang terjadi pada petir. Arus listrik mengalir dari muatan positif menuju muatan negatif, atau bisa pula diartikan bahwa arus listrik mengalir dari potensial tinggi menuju potensial rendah. Berdasarkan arah alirannya, arus listrik dibagi menjadi 2 (dua) kategori, yakni :
1.      Arus Searah (Direct Current/DC), dimana arus ini mengalir dari titik berpotensial tinggi menuju titik berpotensial rendah.
2.      Arus Bolak-Balik (Alternating Current/AC), dimana arus ini mengalir secara berubah-ubah mengikuti garis waktu.
Besarnya arus listrik (disebut kuat arus listrik) sebanding dengan banyaknya muatan listrik yang mengalir. Kuat arus listrik adalah suatu kecepatan aliran muatan listrik. Dengan demikian, yang dimaksud dengan kuat arus listrik ialah jumlah muatan listrik yang melalui penampang suatu penghantar setiap satuan waktu. Jika jumlah muatan q melalui penampang penghantar dalam waktu t, maka kuat arus I secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :
                                   
Keterangan :
I : kuat arus listrik (A)
q : muatan listrik yang mengalir (C)
t : waktu yang diperlukan (s)
e.       Hambatan Listrik
Hambatan listrik ialah sebuah perbandingan antara tegangan listrik dari suatu komponenen elektronik (misalnya resistor) dengan arus listrik yang melewatinya. Ada dua hukum dalam hambatan listrik yaitu :
a.       Hukum Ohm menyatakan bahwa “Perbedaan potensial antara ujung konduktor berbanding langsung dengan arus yang melewati, dan berbanding terbalik dengan tahanan dari konduktor”
Rumusnya yaitu :
R=V/I
keterangan:
R : hambatan  (Ω)
V : Tegangan (V)
 I  : Kuat arus  (A)
b.      Hukum Joule menyatakan bahwa :
Arus listrik yang melewati konduktor dengan beda potensial (V), dalam waktu tertentu akan menimbulkan panas”
Rumusnya yaitu :

Q=V.I.t
 Keterangan:
Q : energi panas yang ditimbulkan (joule)
 I  : kuat arus (ampere)
V  :tegangan (Volt)

f.       Potensial Listrik
Potensial listrik dapat didefinisikan sebagai usaha yang diperlukan untuk memindahkan muatan positif sebesar 1 satuan dari tempat tak terhingga ke suatu titik tertentu. Potensial listrik dapat pula diartikan sebagai energi potensial listrik per satuan muatan penguji. Rumusnya yaitu:
                                               
Keterangan :

V  : potensial listrik (Volt)
Q  : muatan listrik (C)
W :usaha (J)
Potensial listrik dalam tubuh sering disebut sebagai potensial saraf. Di permukaan (atau membran) setiap neuron, terdapat beda potensial listrik (voltase) akibat muatan negatif neto di permukaan dalam membran dan muatan positif neto di permukaan luar. Muatan neto adalah hasil dari interaksi rumit antara ion-ion negatif dan positif.

2.2  Potensial Listrik pada Berbagai Keadaan Sel
a. Transduksi sinyal
Transduksi sinyal merupakan pesan. jadi ada pean dari luar sel kemudian di membran sel bertemu reseptornya dan mengakibatkan ada suatu tanggapan dari dalam sel. Menurut sifat stimulator/ligand, transduksi signal dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Reseptor Intraseluler
Ligandnya merupakan senyawa yang dapat larut dalam lipid. Oleh karena itu ia bisa langsung menembus membran sel lalu masuk ke dalam sel menuju reseptornya yang ada di dalam sel.
2. Reseptor di membran sel
Ligandnya ttidak bisa larut dalam lipid, jadi tidak bisa menembus membran sel. Tetapi karena ada reseptor di membran sel, jadi ia menempel di di reseptor tersebut.

b. Tahapan potensial aksi :
1.      Tahap Istirahat
Membran dapat dikatakan terpolarisasi karena selama tahap ini potensial membrannya bersifat negatif dengan nilai sekitar -90 milivolt.
2.      Tahap Depolarisasi
Membran secara tiba-tiba menjadi sangat permeabel terhadap ion natrium sehingga sejumlah besar ion natrium yang bermuatan positif berdifusi masuk ke dalam akson. Hal tersebut mengakibatkan membran menjadi semakin positif.
3.      Tahap Repolarisasi
Pada tahap ini, membran menjadi lebih permeabel terhadap ion kalium dikarenakan tertutupnya kanal ion natrium dan diikuti oleh pembukaan kanal ion kalium.
4.      Tahap Hiperpolarisasi
Keadaan ini merupakan kondisi potensial membran yang lebih negatif dari kondisi istirahat. Hiperpolarisasi menyebabkan penghambatan penerusan potensial aksi, menghasilkan efek depresi sistem saraf pusat.




2.3   Penghantaran Impuls di dalam Tubuh & Transmisi Sinaps : Potensial End Plate, Pembentukan Excitarory Post Synaptic Potensial (EPSP) dan Inhibitory Postsynaptic
a. Penghantaran Impuls di dalam Tubuh
Penghantaran impuls di dalam tubuh di bagi menjadi 2, yaitu

1.      Penghantaran impuls melalui saraf
Saraf dapat dilalui impuls karena memiliki muatan listrik yaitu bermuatan positif pada permukaan luarnya dan bermuatan negatif pada bagian dalamnya (polarisasi). Keadaan depolarisasi terjadi apabila saraf mendapat rangsangan sehingga terjadi perubahan muatan. Perbedaan muatan pada bagian yang mengalami polarisasi dan depolarisasi akan menimbulkan arus listrik sehingga impuls saraf akan terhantar sepanjang akson. Setelah impuls terhantar, bagian yang mengalami depolarisasi akan mengalami fase istirahat sehingga tidak dapat menghantarkan impuls.
2.      Penghantaran impuls melalui sinapsis
Impuls yang tiba diujung akson setelah melewati akson akan diteruskan ke sel saraf lain melalui sinapsis. Untuk mencapai neuron selanjutnya, vesikula sinapsis akan melepaskan neurotransmitter yang digunakan untuk menyeberangkan impuls dari neuron pre-sinapsis menuju neuron post-sinapsis. Setelah impuls berpindah, maka neurotransmitter yang berada pada celah sinapsis akan diserap kembali vesikula sinapsis untuk disimpan dan akan digunakan kembali dalam proses penghantaran impuls selanjutnya.
Penerapan penghantaran impuls yang dapat dilakukan seorang perawat adalah dengan pemberian terapi panas dan dingin (es) pada pasien nyeri. Terapi es yang diberikan pada pasien nyeri dapat melemahkan sensitivitas reseptor nyeri dengan cara menurunkan prostaglandin sehingga dapat menimbulkan efek anestesi. Sedangkan penggunaan terapi panas dapat meningkatkan aliran darah yang dapat menurunkan tingkat nyeri sehingga mempercepat proses penyembuhan. Untuk mengalihkan rasa nyeri juga dapat dilakukan dengan melatih ekstremitas alat gerak sehingga rasa nyeri dapat berangsur hilang.
b. Transmisi Sinapsis
Neuron berkomunikasi melalui sinapsis dan perantaranya adalah substansi kimia yang dilepaskan oleh terminal button. Substansi kimia ini disebut dengan substansi transmitter atau neurotransmitter yang berdifusi diantara celah terminal button dengan membran dari  neuron penerima. Macam substansi transmitter ini akan menentukan efek pembangkitan (excitatory) atau efek penghambatan (inhibitory).
Mekanisme Transmisi Sinapsis
Transmisi sinapsis berlangsung melalui dua macam proses transmisi neurokimia yang berbeda satu sarna lain, yaitu small-molecule neurotransmitters dan large-molecule neurotransmitters.
a. Small-Molecule Neurotransmitters. Proses ini dimulai dengan berkumpulnya substansi kimia didalam cisterna yang akan disimpan didekat membran presinapsis (membran presinapsis kaya akan kelenjar-kelenjar yang mengandung kalsium. Bilamendapat stimulasi dari potensial aksi,saluran kalsium tadi akan terbuka dan ion Ca++ akan masuk kedalam button. MasuknyaCa++ akan mendorong pembuluh sinapsis untuk melakukan kontak dengan membran presinapsis dan melepaskan isinya kedalam celah sinapsis .Proses itu disebut denganexocytosi yang berlangsung pada setiap kalistimulasi dari potensial aksi terjadi langsung menyampaikan pesan kepada reseptor postsinapsis yang ada disekitarnya (lokal).
b. Large-molecule Neurotransmitters. Prosesexocytosis juga terjadi, namun untuk largemolecule neurotransmitter, substansi kimia yang dibutuhkan akan berkumpul dalam badan goigi dan dialirkan ke buttons melalui microtubules. Proses exocytosisnya tetap sarna, namun bilasmall-molecule berlangsung pada setiap kali terjadi stimulasi; proses exocytosis large-molecule akan berlangsung secara bertahap. Large-molecule umumnya juga tidak dilepaskan pada celah sinapsis, namun dilepaskan pada cairan ekstrasel dan pembuluh darah. Oleh karena itu proseslarge-molecule ini biasanya terjadi pada reseptor yang letaknya jauh dari proses exocytosis dan pengaruh yang disebarkan juga tidak terbatas pada neuron yang ada disekitarnya tetapi juga neuron-neuron yang letaknya berjauhan. Olehkarenaitu proseslarge-molecule neurotansmitter umumnya lebih berfungsi sebagai neuromodulator. Proseslarge-molecule diperlancar dengan bantuanproses-proses smallmolecule  sebagai second messenger/penyampai pesan sekunder). Neuromodulator memiliki peranan yang besar dalam mengkontrol emosi dan motivasi.
            Kenyataan bahwa transmisi pada sebagian besar sinaps bersifat kimiawi, merupakan hal yang penting di bidang fisiologi dan farmakologi. Ujung-ujung saraf dinamakan transduser biologis yang mengubah energi listrik menjadi energi kimiawi. Secara umum, proses pengubahan energi ini meliputi proses sintesis zat-zat transmiter, penyimpanannya di vesikel-vesikel sinaptik dan pelepasannya oleh implus saraf, ke dalam celah sinaptik. Transmiter yang dilepaskan ini kemudian bekerja pada reseptor yang sesuai di membran sel postsinaptik dan dengan cepat disingkirkan celah sinaptik melaui proses difusi, metabolisme, dan pada bebrapa keadaan, dikembalikan ke neuron presinaptik. Seluruh proses ini, proses-proses pasca reseptor di neuron postsinaptik,  dikendalikan oleh berbagai faktor fisiologis dan setidaknya secara teori dapat dipengaruhi obat-obatan. Karena itu para ahli farmakologi seyogyanya dapat membuat obat-obatan yang tidak hanya dapat mengatur kegiatan motorik sematik maupun viseral, tetapi juga mengatur emosi, perilaku, serta semua fungsi otak yang kompleks.
c. Potensial End Plate
Di dalam suatu sel saraf terdapat unit motor. Unit motor adalah motoneuron bersama dengan akson dan seluruh serabut otot dinervasinya. Pada saat sebuah motoneuron beraksi, seluruh serabut otot yang dinervasinya berkontraksi. Karena satu motoneuron mungkin menginervasi dari sangat sedikit sampai seribu atau lebih serabut otot, maka ukuran unit motor sangat bervariasi.
Unit motor yang kecil terdapat pada otot-otot yang kecil, misalnya otot ekstraokuar dan otot tangan. Demikian juga, unit motor yang kecil terdapat pada otot-otot yang melakkan berbagai gerak yang halus , misalnya terdapat pada m.tibialis anterior, m. Gastrocnemius. Serabut saraf yang kecil umumnya juga berdiameter lebih kecil dibandingkan unit yang besar. Satu serabut saraf dapat menginervasi banyak serabut otot karena akson mempunyai banyak cabang. Serabut otot yang berasal dari satu unit motor tersebar merata di otot.
Ujung cabang-cabang motoneuron bersama dengan membran otot yang dinervasinya membentuk motor –end plate (junctio neuromuscularis), terdiri atas dua bagian, yaitu saraf dan otot yang saling dipisahkan oleh celah. Jadi motor end plate ini dalam beberapa hal mirip sinapsis di sistem saraf sentral. Bagian ini mengandung beberapa nuklei dan banyak mitokondria serta miofibril. Bagian otot dilengkapi dengan sejumlah benjolan seperti buah anggur, sangat mirip benik terminal. Setiap benjolan “melesak” ke dalam serabut otot dan mengandung vesikel sinapsis dan mitokondria.
Telah diketahui bahwa substransi transmiter di end plate adalah asetilkolin. Ia masuk ke dalam celah, berikatan dengan membran otot, dan mengakibatkan perubahan permiabilitas membran tersebut. Satu impuls saraf menghasilkan suatu potensial end plate, dan apabila potensial ini mencapai ambang maka terjadilah potensial aksi yang disebarkan ke sepanjang serabut otot dan menimbulkan kontraksi. Asetilkolin yang dilepaskan pada saat datangnya aksi potensial saraf akan segera dipecah oleh asetilkoliesterase. Transmisi impuls di junctio neuromuscularis dapat dipengaruhi melalui berbagai cara. Curare, misalnya, mengurangi potensial end plate, dengan demikian mencegah timbulnya potensial aksi. Akibatnya terjadi paralisis otot.
Kerusakan yang terjadi pada miastenia gravis adalah kerusakn pada transmisi di end plate. Potensial yang direkam pada EMG adalah aksi potensial serabut otot tersebut diatas. Apabila serabut saraf dipotong, maka motor endplate dan serabut saraf mengalami degenerasi. Pada umumnya satu serabut otot diinervasi oleh satu akson dan mempunyai satu motor end plate. Setelah lahir ukuran motor unit mengecil, mungkin karena pada mulanya satu serabut otot diinervasi oleh lebih dari satu motoneuron. Setelah tercapai bentuk dewasa yaitu satu serabut otot diinervasi oleh satu motoneuron, maka ukuran unit motor menjadi konstan.
d. Pembentukan (Excitarory Post Synaptic Potensial/ EPSP)
Suatu sinaps adalah persambungan diantara neuron. Neuron yang mentransmisikan informasi adalah neuron prasinaps; neuron yang berada di luar sinaps merupakan neuron pasca sinaps. Sinaps listrik memungkinkan ion mengalir langsung dari satu neuron ke yang lain Sinaps kimia adalah situs pelepasan dan pengikatan neurotransmiter. Bila
impuls mencapai ujung (terminal) aksonal prasinaps, saluran Ca2+ terbuka, dan Ca2+ memasuki sel dan memperantarai pelepasan neurotransmiter.
Neurotransmitter kemudian berdifusi melintasi celah sinaps dan berikatan dengan reseptor pascasinaps, yang akan menyebabkan terbukanya saluran ion. Setelah berikatan, neurotransmiter dilepaskan dari sinaps dengan pemecahan enzimatik atau pengambilan kembali (reuptake) ke terminal prasinaps atau astrosit. Pengikatan neurotransmiter pada sinaps kimia eksitasi menyebabkan depolarisasi bertahap yang disebut EPSP, yang menyebabkan terbukanya saluran ion dan memungkinkan lewatnya Na + dan K + secara simultan. Neurotransmiter yang berikatan pada sinaps kimia inhibisi menyebabkan hiperpolarisasi yang disebut IPSP, yang menyebabkan terbukanya gerbang K + atau Cl - atau keduanya. 
e. Inhibitor Postsinapsis
EPSP dihasilkan oleh perangsangan jenis rangsangan, tetapi perangsangan oleh beberapa rangsangan lain menghasilkan hiperpolarisasi. Seperti, EPSP, hiperpolarisasi mencapai puncaknya 1-1,5 mdet setelah perangsangan dan menurun secara eksponensial dengan konstanta waktu (waktu untuk penurunan potensial sampai 1/e, atau ½, 718 dari maksimum) sebesar sekitar 3 mdet. Selama berlangsungnya potensial hiperpolarisasi ini, kepekaan neuron terhadap rangsangan lain, menurun, sehingga dinamakan potensial inhibis postinaptik (IPSP). Terjadi penjumlahan IPSP, yang tampak dari bertambah besarnya respons saat kekuatan rangkaian rangsang inhibisi aferen meningkat. Juga terjadi penjumlahan waktu. Jenis inhibisi ini dinamakan inhibisi postsinaptik atau inhibisi langsung.
Inhibisi di SSP dapat berupa inhibisi postsinaptik atau perisinaptik. Inhibisi postsinaptik selama berlangsungnya IPSP dinamakan inhibisi langsung, karena bukan merupakan akibat dari lepas muatan yang terjadi sebelumnya di neuron postsinaptik. Berbagai bentuk inhibisi tidak langsung, yaitu inhibisi yang disebabkan oleh efek lepas muatan yang terjadi sebelumnya di neuron postsinaptik, juga terjadi. Misalnya post sinaptik dapat bersifat refrakter terhadap perangsangan, karena baru saja  mencetuskan potensial aksi dan sedang dalam masa refrakternya. Selama berlangsungnya hiperpolarisasi ikutan, sel juga kurang dapat dirangsang. Pada neuron spinal, terutama setelah cetusan potensial aksi berulang, amplitudo hiperpolarisasi ikutan ini dapat besar dan lama.




BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
            Prinsip-prinsip biomekanika dan biolistrik sebagai suatu pendekatan dalam menyelesaikan masalah keperawatan. Konsep Biolistrik meliputi atom, ion, muatan listrik, potensial, arus dan hambatan listrik. Ada pula  potensial listrik pada berbagai keadaan sel (Transduksi sinyal, potensial membran istirahat, depolarisasi, hiperpolarisasi, potensial aksi). Selain itu juga ada enghantaran impuls di dalam tubuh & transmisi sinaps : potensial end plate, pembentukan Excitarory Post Synaptic Potensial (EPSP) dan Inhibitory PostSynaptic. Dari konsep biolistrik tersebut dapat dijadikan dasar  dalam menyelesaikan berbagai masalah dalam keperawatan.

3.2  Saran
Harapan kedepannya prinsip-prinsip biomekanika dan biolistrik tersebut dapat dimanfaatkan perawat sebagai suatu pendekatan dalam menyelesaikan berbagai masalah dalam keperawatan.



DAFTAR PUSTAKA

 

Adila hukmu, arina. 2014.Transmisi sinaps. Diambil dari : https://www.scribd.com/doc/126139342/Penghantar-Impuls-Didalam-Tubuh-Dan-Transmisi-Sinapsis (17 Februari 2018)

Andik. (2015). Proses potensial aksi. Diakses pada 17 Februari 2018, dari https://www.scribd.com/doc/267153129/PROSES-POTENSIAL-AKSI

Bitar. (2017). Arus listrik : pengertian, hambatan, dan rumus beserta contoh soalnya secara lengkap. Diakses pada 17 Februari 2018, dari http://www.gurupendidikan.co.id/arus-listrik-pengertian-hambatan-dan-rumus-beserta-contoh-soalnya-secara-lengkap/

Endiyono., Ramdani, M. L. (2017). Pengaruh kompres dingin terhadap tingkat persepsi nyeri insersi Arteriovenosa Fistula pada pasien hemodialisisdi rumah sakit umum daerah Purbalingga: Jurnal Medika Respati, 3(12), 26-27. Staff.unila.ac.id diakses pada tanggal 17 februari pukul 07.35
Hulu MPC, Anwairi U, Waruwu AM, Cibro R. Atom dan Ion Muatan Listrik, Potensial, Arus dan Hambatan Listrik. Medan: FFIK Universitas Sari Mutiara Indonesia; 2017; diakses pada 17 Februari 2018]. Dari https://www.scribd.com/document/364572104/ATOM-DAN-ION-MUATAN-LISTRIK-POTENSIAL-ARUS-DAN-HAMBATAN-LISTRIK
Iryani, detty. Reflex dan neuromoscular junction, (online), (https://www.slideshare.net/mobile/guruhwirasakti/reflex-danneuromuscularjunction. diakses 17 februari 2018).

Jcyce, J., dkk.(2002). Prinsip-Prinsip Sains Untuk Keperawatan. Erlangga : Jakarta







No comments:

Post a Comment

Novel Bahasa Jawa "Tresno Waranggono"

                                                                           Tresno Waranggono “ Theng-theng” swara bel muni, kang tandane w...