Analisis
Novel
v Unsur Intrinsik Novel
1.
Tokoh /
Penokohan:
NO |
Nama Tokoh |
Karakter Tokoh |
Kutipan |
Cara Penggambaran Watak Tokoh |
1. |
Guru
Isa |
a. Penakut |
-
Tapi apa yang dirasakan sekarang ialah
reaksi yang lambat yang sekarang timbul dari perasaan ketakutannya yang tertekan
tadi. |
Langsung
oleh pengarang |
-
”Aku takut sebenarnya, Fat,” katanya. |
Percakapan
tokoh |
|||
b. Penyayang
|
Dalam
hatinya yang sederhana dan penyayang pada semua orang tidak bisa masuk
kemungkinanmanusia berbuat demikian. |
Pikiran
tokoh |
||
c. Plin-plan/
tidak berpendirian tetap |
Dia
ragu-ragu, antara mau mencuri buku atau tidak. Dia tidak jadi mengambil buku,
namun beberapa hari kemudian dia terpaksa mencuri buku untuk dijual agar
dapat uang untuk diberikan ke Fatimah. |
Perilaku
Tokoh |
||
d. Pelupa |
Dia
lupa lagi merendam gigi palsunya. |
Langsung
oleh pangarang |
||
2. |
Hazil |
a. Pamberani |
- Melihat
Hazil demikian,Hazil seorang perwira yang bersemangat, yang berani, selama
ini, baru seminggu dalam tahanan telah turun hancur menjadi seorang yng harud
diksihani, yang menangis-nangis meminta-minta ampun, sesuatu perasaan ganjil
timbul dalam haati Guru Isa. |
Tokoh
lain |
-
Dullah berkata, “Kalau bapak berani ,
mengapa saya tidak berani?” |
Tokoh
lain |
|||
b. Pelupa |
Entah
telah berapa kali dilarangnya, teapi Hazil lupa meletakkan rokok yang menyala
ditempat abu. |
Tokoh
lain |
||
c. Pengkhianat |
“Aku
berkhianat, aku khianati dia, tuduhnya pada dirinya sendiri, sekarang dia
disini menghadapi siksaan seperti aku, karena aku pengecut tidak tahan
siksaan” Hazil menundukkan kepala ke dadanya, penuh malu kelaki-lakiannya dan
malu persahabata yang dikhianati, dan menagis terisak-isak seperti anak
kecil. |
Jalan
pikiran tokoh |
||
d. Keras
Kepala |
“Engkau
mau bertempur?” Berapa kali Ayah sudah melarang. |
Tokoh
lain |
||
3. |
Mr.
Kamaruddin |
a. Pemarah |
-
Dia baru saja marah-marah pada babu,
karena kopinya tiap pagi diberi gula banyak-banyak. |
Perilaku
tokoh |
-
“Ah, Ayahku, ,,,kemarin ia masih marah
padaku, karena kita pulang terlambat dari rapat. Tetapi datang pula waktunya
dia marah benar, karena aku ikut revolusi”jawab Hazil. |
Tokoh
lain |
|||
b. Pengeluh |
Dia
mengeluh, teringat pada waktu sebelum perang, dan dia masih menjadi Kepala
Landraad. |
Langsung
oleh penulis |
||
c. Patuh |
Dia
tahu bahwa dia adalah pegawau negeri yang amat baik bekerja sekuat tenaganya
menjalankan semua peraturan dan perintah |
Langsung
oleh penulis |
||
d. Penyayang |
Perasaan
kesayangan seorang ayah pada anak dan rasa takut mengetahui anak pergi
menemui bahaya maut. |
Langsung
oleh penulis |
||
4. |
Fatimah |
a. Perhatian
|
Ketika
Fatimah mengetuk pintu kamarnya, Guru Isa tidak menyahut. Lalu Fatimah masuk
ke kamar dan mengajak Isa untuk makan malam, Guru Isa berkata bahwa ia tidak
nafsu makan. |
Perbuatan
tokoh |
b. Penyayang |
Sebenarnya
dia sangat menyayangi suami dan anaknya. |
Langsung
oleh penulis |
||
5. |
Salim
|
Penakut |
“Salim
takut....,” kaatanya perlahan-lahan. Perkataan “takut” yang diucapkan anak
kecil itu seperti tinju besar dan keras memukul Guru Isa. |
Percakapan
tokoh |
6. |
Tuan
Hamidy |
a. Baik
Hati |
Tetapi
menurut pendengaran Guru Isa sekarang dia banyak menyumbang untuk perjuangan
memberikan uang untuk penjagaan malam dan sebagainya. |
Tokoh
lain |
b. Pelit |
Kata
orang dia amat pelit. |
Langsung
oleh pengarang |
||
6.
|
Dullah |
Pemberani |
Dullah
berkata, “Kalau bapak berani , mengapa saya tidak berani?” |
Percakapan
tokoh |
7.
|
SI
Ontong |
Kasar |
Raut
muka yang kasar, hampir persegi empat,kening yang sempit, rambut yang lurus
dan kasar seperti ijuk, bibir tebal yang lonjong dan mata yang merah
berapi-api. |
Ciri-ciri
fiisik |
|
|
Pemberani dan bengis |
“
Ontong ini benar algojo, kita semua tak berani potong mayat itu, dia yag
berani,” kata Rakhmat. |
Tokoh
lain |
8.
|
Rakhmat |
Penakut
|
Selama
ini ia juga merasa tak enak dan takut dengan semua kejadian aneh yang ia
alami. |
Langsung
oleh pengarang |
9.
|
Saleh |
Penakut |
-
“ Saya maksud mau pimdah saja ke Purwakarta.
Sama orang tua. Tidak tahan terus-terus begini. Saban malam tidak bisa tidur,
karena ada geledahan”, kata Saleh pada Isa. |
Pembicaraan
tokoh |
-
Dlam hatinya Guru Isa girang. Sekarang
tidak dia sendiri ketakutan. Saleh juga. Orang lain juga. Semua takut. |
Tokoh
lain |
|||
10.
|
Polisi
Militer |
Tegas
|
Dengan
tegas dia menyampaikan berita kepada Isa bahwa akan menangkap Isa untuk
dibawa ke kantor kepolisi. |
Langsung
oleh pengarang |
2.
Alur/plot/
jalannya cerita
Ø Struktur
Alur:
1. Pendahuluan/
pemaparan:
Isa dan
warga lainnya sedang melakukan kegiatan sehari-harinya. Di massa penjajahan
Jepang, banyak pejuang berjuang merebut kemerdekan.
2. Pengenalan
masalah:
Sejak
revolusi semua orang berjuang, sedangkan Isa diselimuti rasa ketakutan, yamg
menyebabkan jiwanya tertekan dan mengubah pandangan hidupnya.
3. Masalah
Memuncak/ Klimaks:
Kekerasa dimasa penjajahan Jepang
menimbulkan kekacauan dalam pandangan hidup Isa. Ketakutan mulai timbul
dimana-mana, Isa takut akan semua yang ia alami sekarang. Ketakutannya memuncak
saat ikut seta dala perjuangan yang ia pilih namun, ia tak bisa keluar dari
perjuangan itu dan perasaan janggal mulai timbul dalam persahabatannya denhan
Hazil.
4. Peleraian:
Berangsur-angsur
Isa faham, Isa mulai mengerti bahwa semua orang mempunyai ketakutan
sendiri-sendiri. Orang kaya takut hartanya akan habis, orang besar takut
dikalahkan orang lain, Salim takut pada hantu dan setan-setan. Tiap orang punya
ketakutannya sendiri-sendiri.Dia harus berusaha belajar dari ketakutan –keakutan
dan berusaha mengalahkan ketakutannya yang selama ini dia alami. Ia berusah
mengingatkan Hazil yang menyesal ddengan semua perbuatannya, yang telah
mengkhianati Isa dengan kata-kata yang pernah diucapkan Hazil padanya dahulu,
namun semuanya terlambat Hazil merasa sudah tidak kuat.
5. Penyelesaian
Masalah:
Bagi Isa
waktu mengalir hidup kembali. Ia merasa darah mengalir segar, dan panas
diseluruh tubuhnya. Isa amat bahagia, karena kelaki-lakiannya telah kembali.
Dia merasa damai dengan ketakutan yang selama ini dia rasakan. Dan teror-teror
dari mimpinya selama ini telah lenyap. Akhirnya dia bebes dari penjara.
3.
Setting/latar
a. Tempat
No. |
Latar Tempat |
Kutipan |
1. |
Jakarta |
Jakarata,
bulan Desember tahun 1946, pagi. |
2. |
Gang Jaksa |
Tiga orang
anak-anak kecil sedang bermain di Gang Jaksa. |
3. |
Gang Sirih
Wetan |
Dari Gang
Sirih Wetan seorang anak kecil yanglebih besar dan kuat dari ketiga anak
tersebut itu datang keluar. |
4. |
Jalan Asam
Lama |
Jalan Asam
Lama itu sepi dan berdebu putih , penuh lobang-lobang. |
5. |
Jalan Kebon
Sirih |
Di Jalan Kebon
Sirih polisi militer yang duduk disebelahnya mengeluarkan rokok, dan
menawarkannya kepada Guru Isa.; |
6. |
Di sekolah |
Sekolah itu
sepi |
7. |
Di warung |
Fatimah berhutang ke warung. |
8. |
Di bioskop Rex |
Dia ingin dia
seribu kilo meter jauhnya dari restoran itu, dan dari bioskop Rex |
9. |
Di rumah Tuan
Hamidy |
Dia berlari
kepekarangan rumah Tuan Hamidy dan mengetuk pintunya. |
9. |
Rumah Isa |
Mereka dalam kamar kerja di
rumah Isa |
10. |
Kamar tidur |
Dia masuk ke kamar tidur, dan
setelah meletakkan tasnya di atas meja , berdiri dekat jendela |
11. |
Di Pasar Senen |
Malam di Paar
Senen.” |
12. |
Di restoran |
Guru Isa berdiri diluar
restoran. |
13. |
Kantor Polisi |
“ Maafkan
kami, tapi kami dapat perintahuntuk membawa anda ke kantor polisi sekarang
juga”, kaa seorang polisi militer. |
14. |
Di penjara |
Dia ditangkap
dan dijebloskan ke dalam penjara. |
15. |
Tanah Ababang |
Ketika
tembakan di Gang Jaksa memecah kesunyian pagi, Guru Isa sedang berjalan kaki
menuju ke sekolahya di Tanah Abang. |
b. Waktu
1.
Pagi
Kutipan:
“Jakarata, bulan Desember tahun 1946, pagi”
2.
Malam
Kutipan:
“Malam itu hujan gerimis”
c. Suasana
1. Menegangkan
Kutipan: “Ia mulai tegang
mendengar granat pertama telah berbunyi.”
2. Sepi dan
sunyi
Kutipan: “Di jalan sunyi dan
sepi”
3. Menakutkan
Kutipan: “Isa mulai ketakutan ,
semua ketakutan dalam dirinya mulai timbul .”
4. Panik
Kutipan: “Guru Isa merasa
tubuhnya kaku dan menjadi dingin, rasa panik mencekam hatinya”
5. Ramai
Kutipan:Malam minggu, di
Kramatplein amat ramainya.
4.
Sudut
Pandang
Menggunakan sudut pandang Orang
ketiga serba tahu. Karena menggunakan kata ganti orang ketiga yaitu dia, ia
atau nama orang. Dan seolah –olah penulis mengetahu gerak-gerik tokoh dan semua
tindakan yang akan dilakukan tokoh serta semua perilaku tokoh.
Kutipan:
“ Ketika tembakan pertama di Gang
Jaksa Guru Isa sedang berjalan kaki menuju sekolahnya di Tanah Abang.”
5.
Amanat:
-
Jangan jadi orang yang penakut.
-
Jadilah orang yang pemberani.
-
Jangan pernah mengkhianati orang lain.
-
Jangan berselingkuh, apalagi berbuat zina
karena itu dosa besar.
-
Jangan mengambil hak orang lain.
-
Jangan mencuri.
-
Jangan membubuh orang yang tidak
bersalah, biarlah hukum yang berlaku.
-
Kita harus mematuhi perinytah orang tua.
-
Berbuat suatu kebaikan / menolong orang
dengan ikhlas tanpa meminta imbalan.
-
Kita harus meningkatkan rasa
nasionalisme.
-
Kita tidak boleh egois dan keras kepala.
-
Kita tidak boleh menghakimi orang lain.
-
Kita tidak boleh asal menuduh orang lain
jika tidak ada buktinya.
-
Kita harus bisa melawan ketakutan dalam
diri kita.
-
Seorang istri seharusnya patuh dan taat
pada suami.
6.
Tema
Ketakutan dalam diri seseorang.
Bukti: Dalam cerita Jalan Taj Ada
Ujung, sebagian besar mengisahkan mengenai ketakutan seseorang yang dapat
mengubah kehidupannya dan ketakutan yang dimiliki seseorang itu berbeda-beda.
v Unsur Ekstrinsik
1. Lingkungan
hidup penulis
Saat itu
terjadi peperangan dan ketakutan dimana-mana, jadi penulis menulis kisah
tersebut dalam novel ini.
2. Nilai
nilai yang terkandung dalam novel:
a. Nilai
moral
Mengandung pendidikan, mengenai
perjuangan melawan rasa takut terhadap diri kita sendiri.
b. Nilai
sosial
Dalam novel ini banyak
menceritakan interaksi hubungan sosial dengan sesama.
c. Nilai
pendidikan
Mengajarkan untuk tetap belajar dalam
keadaan apapun, baik blajar secara formal atau non formal.s
Resensi
Jalan Tak Ada Ujung
Judul buku : Jalan Tak Ada Ujung
Pengarang : Mochtar Lubis
Penerbit : Yayasan Obor Indonesia
Tahun
Terbit :
2002
Cetakan : Ke-1
Tebal : 174 halaman
Truk
berisi penuh serdadu-serdadu sedang berpatroli menuju jalan-jalan kosong dan
sepi. Jalan yang berliku-liku tidak
habis-habisnya di malam gerimis. Jalan tak ada ujung. Suara gemuruh truk dari
arah Kebon Sirih menuju Gang Jaksa mengejutkan orang yang ada disana. Orang-orang
berteriak siap!siap! saling bersahut-sahutan dan berlari untuk sembunyi dari
para serdadu. Ketika tembakan di Gang Jaksa memecah kesunyian pagi, Guru Isa
sedang berjalan kaki menuju ke sekolahya di Tanah Abang. Selintas masuk ke
dalam pikirannya rasa was-was tentang keselamaatan istri dan anaknya. “Ah,
Fatimah akan hati-hati. pikirnya kemudian, telah aku suruh dia jangan
keluar-keluar rumah.”, ia bergumam sendiri. Isa terpaksa berlindung masuk ke rumah orang
yang tidak dikenalinya, beruntung pemilik rumah amat baik. Samedi
mempersilahkan Isa masuk. Mereka berjongkok sambil mengintip kedaan diluar. Isa
melihat orang Tionghoa terkena tembakan oleh para serdadu. Pikiranya amat
kacau,rasa terkejutnya melihat orang tertembak, dan darah mengalir belum habis
lagi. Dia tidak mengerti mengapa untuk pindah rumah saja harus ada orang
ditembak mati. Sampai di sekolah tempatnya mengajar Isa masih terbayang
kejadian tadi. Rasa takut yang dirasakannya ialah reaksi yang lambat. Banyak ketakutan yang
timbul, dari penghidupan ang semakin mahal, gaji yang tidak cukup,keselamatan
istri dan anaknya.
Hazil
adalah teman Isa.Musik yang menjadi tempat tumbuh persahabatan mereka. Namun
lama-kelamaan timbul kejanggalan dalam persahabatan mereka. Hazil anak seorang
pensiunan pegawai negri saat negara di
jajah Belanda. Mr. Kamaruddin, ayah Hazil tidak mengizinkan anaknya ikut
revolusi, karena bisa menemui bahaya maut. Namun, Hazil tetap ikut bersikukuh
berjuang melawan penjajah, saat negara dijajah Jepang. Kekerasan dimasa
penjajahan Jepang menimbulkan kekacauan dalam pandangan hidup Isa. Sejak dokter
mengatakan bahwa impotensinya adalah semacam
psychischenya sendiri yang dapat mengobati hanya jiwanya sendiri, terjadi
banyak perubahan besar pada dirinya sendiri sehingga istrinya memutuskan tidak
melakukan hubungan lagi dengannya, namun tetap menjaga perkawinannya. Karena
Isa tidak bisa memberinya keturunan, akhirnya istrinya,Fatimah memutuskan
mengambil anak , Salim namanya.
Fatimah
awalnya sangat setia pada Isa, namun sejak Hazil datang ke kehidupan mereka,
semuanya berubah. Tanpa sepengetahuan Isa, Fatimah selingkuh dengan Hazil,
sahabat isa sendiri. Ketika Hazil sering datang ke rumah Isa, dan sekaligus
sering bertemu Fatimah. Ketika Isa sakit, atau saat Isa sedang mengajar Hazil
sering datang. Akhirnya, mereka menjalin hubungan tanpa dilandasi cinta, Hazil
kerap merayu Fatimah, karena Fatimah telah lama menahan hasrat itu sejak ia dan
Isa memutuskan untuk tidak mencoba berhubungan lagi disaat mereka saling emosi.
Takut
dianggap mata-mata musuh yang nantinya menimbulkan kecurigaan warga lainnya,
Isa dengan terpaksa mengikuti rapat revolusi di tempatnya. Isa ditugaskan
menjadi kurir pengantar senjata, karena ia seorang guru jadi tidak akan banyak
orang yang mencurigainya. Tiap kali akan ada pengiriman senjata ke
daerah-daerah yang membutuhkan senjata, Isa ikut andil, dengan dikomandani oleh
Hazil. Sebenarnya dia sangatlah takut, tapi mau bagaimanalagi, dia harus tetap
melaksanakan tugasnya. Hazil berkata pada Isa bahwa dalam perjuangan
kemerdekaan ini tidak ada tempat pikiran kacau dan ragu-ragu ataupun takut, jalan yang sudah ditempuh sejak awal, bahwa
jalan yang ditempuh ini ialah tak ada ujung yang tak akan ada habis-habisnya
ditempuh. Mulai dari sini, terus,terus,terus, tak ada ujungnya. Sekali ksita
memilih jalan perjuangan, maka jalan itu tak ada ujungnya.
Perjuangan
manusia bukan dalm gerombolan melainkan individu. Individu adalah ttujuan,
bukan alat mencapai tujuan. Negara hanya alat, dan individu tidak boleh
diletakkan dibawah dibawah negara. Ini adalah jalan yang tak ada ujung yang
harus ditempuh. Ini revolusi yang kita mulai. Revolusi hanya alat. Mencapai
kemerdekaan. Dan kemerdekaan hanyalah alat memperkaya kebahagiaan dan kemuliaan
penghidupan manusia.
Buku
yang ditulis oleh Mochtar Lubis ini memang menarik dan mendidik. Dari segi
menariknya, yaitu rasa keingin tahuan pembaca mengenai novel yang judulnya
membuat penasaran ini. Dengan judulnya saja, ”Jalan Tak Ada Ujung” membuat orang
menjadi penasaran dan ingin tahu lebih banyak mengenai jalan cerita dan isi
dari novel ini, sehingga tertarik ingin membaca novel ini. Sedangkan dari segi
mendidik atau pendidikan, mengajak pembaca untuk meningkatkan jiwa dan semangat nasionalisme diri kita
terhadap negeri tercinta. Saat kita membacanya seakan-akan kita terjun langsung
di massa-massa penjajahan kala itu. Kiat bisa tahu bagaimana sulitnya berjuang,
melawan rasa takut yang ada dalam diri kita sendiri, dan berusaha melawan rasa
takut itu. Novel yang juga menceritakan masa revolusi ini, mampu diambil sisi
positifnya, yaitu berjuang dengan sekuat tenaga tanpa pamrih.
Buku
ini mengandung sedikit porno, meskiun itu hal yang ilmiah dalam kehidupan, namun tetap saja kurang pantas dibaca oleh
anak-anak. Dengan adanya bagian cerita yang mengandung porno, dapat membuat
kita berfikiran kotor. Misalnya, ketika Hazil selingkuh dengan Fatimah, dan saat Hazil
merayu Fatimah. Banyak kata-kata jorok terlontar oleh tokoh-tokoh tersebut,
meskipun yang diucapkan tidak secara
langsung berkata kotor tetapi maksudnya mengarah ke hal yang porno, Tata bahasa
yang digunakan juga kurang baik. Kata-kata yang digunakan ada yang sulit
dimengerti, kata-kata yang diucapkan para tokoh mengenai perjuangan melawan
penjajah, istilah sulit seperti kata “ube-ubel,personaliteit dan lainnya”, yang dapat menyebabkan pembaca
khususnya orang awam tidak mengerti maksud kata-kata itu. Karena menceritakan
mengenai penjajahan, jadi banyak tidakan-tindakan kekerasan,pembunuhan,
mencuri, dan perbuatan negatif lainnya, yang ada di jalan cerita novel ini. Tindakan-tindakan
tersebut ini tidak baik untuk dicontoh.
Mochtar
Lubis, pengarang ternama ini dilahirkan pada 7 Maret 1922 di Padang. Sejak
zaman Jepang ia telah aktif dalam lapangan peperangan. Ia turut mendirikan
Kantor Berita ‘Antara’, kemudian mendirikan dan memimpin harian Indonesia Raya yang telah dilarang
terbit. Ia mendirikan majalah sastra Horizon
bersama-sama kawan-kawannya. Pada waktu pemerintahan rezim Sukarno, ia
dijebloskan ke dalam penjara hampir sembilan tahun lamanya dan baru dibebaskan
pada tahun 1966.
Selain
sebagai wartawan ia dikenal sebagai sastrawan. Cerita-cerita pendeknya yang
dikumpulkan dalam buku Si Jamal
(1950) dan Perempuan (1956). Sedangkan
romannya yang telah terbit: Tidak Ada
Esok (1950), Jalan Tak Ada Ujung (1952)
yang mendapa hadiah dari BMKN, Senja di
Jakarta yang mula-mula terbit dalam bahasa Inggris dengan judul Twillight in Jakarta (1963) dan terbit
dalam bahasa melayu pada tahun 1964. Selain itu romannya yang mendapat sambutan
luas dengan judul Harimau! Haarimau! (Pustaka
Jaya 1975) telah mendapat hadiah dari yayasan buku utama sebagai buku terbaik
tahun 1975. Sedangkan Maut dan Cinta (Pustaka
Jaya 1971) mendapat hadiah Yayasan Jaya Raya.
Kadang-kadang
ia pun menulis esai dengan nama samaran Savitridan juga menterjemahkan beberapa
karya sastra asing seperti Tiga Cerita
dari Negeri Dollar (1950), Kisah-kisah
dari Eropa (1952). Pada tahun 1950 ia mendpat hadiah atas laporannya
tentang Perang Korea dan tahun 1966
mendapat hadiah Magsaysay untuk karsya-karya jurnalistik.
No comments:
Post a Comment