Friday, July 31, 2020

Jalan Tak Ada Ujung "Analisis Novel"

Analisis Novel

v  Unsur Intrinsik Novel

 

1.      Tokoh / Penokohan:

NO

Nama Tokoh

Karakter Tokoh

Kutipan

Cara Penggambaran Watak Tokoh

1.       

Guru Isa

a.       Penakut

-          Tapi apa yang dirasakan sekarang ialah reaksi yang lambat yang sekarang timbul dari perasaan ketakutannya yang tertekan tadi.

Langsung oleh pengarang

 

-          ”Aku takut sebenarnya, Fat,” katanya.

Percakapan tokoh

b.      Penyayang

Dalam hatinya yang sederhana dan penyayang pada semua orang tidak bisa masuk kemungkinanmanusia berbuat demikian.

Pikiran tokoh

c.       Plin-plan/ tidak berpendirian tetap

Dia ragu-ragu, antara mau mencuri buku atau tidak. Dia tidak jadi mengambil buku, namun beberapa hari kemudian dia terpaksa mencuri buku untuk dijual agar dapat uang untuk diberikan ke Fatimah.

Perilaku Tokoh

d.      Pelupa

Dia lupa lagi merendam gigi palsunya.

Langsung oleh pangarang

2.       

Hazil

a.       Pamberani

-      Melihat Hazil demikian,Hazil seorang perwira yang bersemangat, yang berani, selama ini, baru seminggu dalam tahanan telah turun hancur menjadi seorang yng harud diksihani, yang menangis-nangis meminta-minta ampun, sesuatu perasaan ganjil timbul dalam haati Guru Isa.

Tokoh lain

-          Dullah berkata, “Kalau bapak berani , mengapa saya tidak berani?”

Tokoh lain

b.      Pelupa

Entah telah berapa kali dilarangnya, teapi Hazil lupa meletakkan rokok yang menyala ditempat abu.

Tokoh lain

c.       Pengkhianat

“Aku berkhianat, aku khianati dia, tuduhnya pada dirinya sendiri, sekarang dia disini menghadapi siksaan seperti aku, karena aku pengecut tidak tahan siksaan” Hazil menundukkan kepala ke dadanya, penuh malu kelaki-lakiannya dan malu persahabata yang dikhianati, dan menagis terisak-isak seperti anak kecil.

Jalan pikiran tokoh

d.      Keras Kepala

“Engkau mau bertempur?” Berapa kali Ayah sudah melarang.

Tokoh lain

3.       

Mr. Kamaruddin

a.       Pemarah

-          Dia baru saja marah-marah pada babu, karena kopinya tiap pagi diberi gula banyak-banyak.

Perilaku tokoh

-          “Ah, Ayahku, ,,,kemarin ia masih marah padaku, karena kita pulang terlambat dari rapat. Tetapi datang pula waktunya dia marah benar, karena aku ikut revolusi”jawab Hazil.

Tokoh lain

b.      Pengeluh

Dia mengeluh, teringat pada waktu sebelum perang, dan dia masih menjadi Kepala Landraad. 

Langsung oleh penulis

c.       Patuh

Dia tahu bahwa dia adalah pegawau negeri yang amat baik bekerja sekuat tenaganya menjalankan semua peraturan dan perintah

Langsung oleh penulis

d.      Penyayang

Perasaan kesayangan seorang ayah pada anak dan rasa takut mengetahui anak pergi menemui bahaya maut.

Langsung oleh penulis

4.       

 

 

Fatimah

a.       Perhatian

Ketika Fatimah mengetuk pintu kamarnya, Guru Isa tidak menyahut. Lalu Fatimah masuk ke kamar dan mengajak Isa untuk makan malam, Guru Isa berkata bahwa ia tidak nafsu makan.

Perbuatan tokoh

b.      Penyayang

Sebenarnya dia sangat menyayangi suami dan anaknya.

Langsung oleh penulis

5.       

Salim

Penakut

“Salim takut....,” kaatanya perlahan-lahan. Perkataan “takut” yang diucapkan anak kecil itu seperti tinju besar dan keras memukul Guru Isa.

Percakapan tokoh

6.       

Tuan Hamidy

a.       Baik Hati

Tetapi menurut pendengaran Guru Isa sekarang dia banyak menyumbang untuk perjuangan memberikan uang untuk penjagaan malam dan sebagainya.

Tokoh lain

b.      Pelit

Kata orang dia amat pelit.

Langsung oleh pengarang

6.

Dullah

Pemberani

Dullah berkata, “Kalau bapak berani , mengapa saya tidak berani?”

Percakapan  tokoh

7.

SI Ontong

Kasar

 

Raut muka yang kasar, hampir persegi empat,kening yang sempit, rambut yang lurus dan kasar seperti ijuk, bibir tebal yang lonjong dan mata yang merah berapi-api.

Ciri-ciri fiisik

 

 

Pemberani dan bengis

“ Ontong ini benar algojo, kita semua tak berani potong mayat itu, dia yag berani,” kata Rakhmat.

Tokoh lain

8.

Rakhmat

Penakut

Selama ini ia juga merasa tak enak dan takut dengan semua kejadian aneh yang ia alami.

Langsung oleh pengarang

9.

Saleh

Penakut

-          “ Saya maksud mau pimdah saja ke Purwakarta. Sama orang tua. Tidak tahan terus-terus begini. Saban malam tidak bisa tidur, karena ada geledahan”, kata Saleh pada Isa.

Pembicaraan tokoh

-          Dlam hatinya Guru Isa girang. Sekarang tidak dia sendiri ketakutan. Saleh juga. Orang lain juga. Semua takut.

Tokoh lain

10.

Polisi Militer

Tegas

Dengan tegas dia menyampaikan berita kepada Isa bahwa akan menangkap Isa untuk dibawa ke kantor kepolisi.

Langsung oleh pengarang

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2.      Alur/plot/ jalannya cerita

Ø  Struktur Alur:

 

1.      Pendahuluan/ pemaparan:

Isa dan warga lainnya sedang melakukan kegiatan sehari-harinya. Di massa penjajahan Jepang, banyak pejuang berjuang merebut kemerdekan.  

2.      Pengenalan masalah:

Sejak revolusi semua orang berjuang, sedangkan Isa diselimuti rasa ketakutan, yamg menyebabkan jiwanya tertekan dan mengubah pandangan hidupnya.

3.      Masalah Memuncak/ Klimaks:

Kekerasa dimasa penjajahan Jepang menimbulkan kekacauan dalam pandangan hidup Isa. Ketakutan mulai timbul dimana-mana, Isa takut akan semua yang ia alami sekarang. Ketakutannya memuncak saat ikut seta dala perjuangan yang ia pilih namun, ia tak bisa keluar dari perjuangan itu dan perasaan janggal mulai timbul dalam persahabatannya denhan Hazil.

4.      Peleraian:

Berangsur-angsur Isa faham, Isa mulai mengerti bahwa semua orang mempunyai ketakutan sendiri-sendiri. Orang kaya takut hartanya akan habis, orang besar takut dikalahkan orang lain, Salim takut pada hantu dan setan-setan. Tiap orang punya ketakutannya sendiri-sendiri.Dia harus berusaha belajar dari ketakutan –keakutan dan berusaha mengalahkan ketakutannya yang selama ini dia alami. Ia berusah mengingatkan Hazil yang menyesal ddengan semua perbuatannya, yang telah mengkhianati Isa dengan kata-kata yang pernah diucapkan Hazil padanya dahulu, namun semuanya terlambat Hazil merasa sudah tidak kuat.

5.      Penyelesaian Masalah:

Bagi Isa waktu mengalir hidup kembali. Ia merasa darah mengalir segar, dan panas diseluruh tubuhnya. Isa amat bahagia, karena kelaki-lakiannya telah kembali. Dia merasa damai dengan ketakutan yang selama ini dia rasakan. Dan teror-teror dari mimpinya selama ini telah lenyap. Akhirnya dia bebes dari penjara.

 

 

3.      Setting/latar

a. Tempat

 

No.

Latar Tempat

Kutipan

1.       

Jakarta

Jakarata, bulan Desember tahun 1946, pagi.

2.       

Gang Jaksa

Tiga orang anak-anak kecil sedang bermain di Gang Jaksa.

3.       

Gang Sirih Wetan

Dari Gang Sirih Wetan seorang anak kecil yanglebih besar dan kuat dari ketiga anak tersebut itu datang keluar.

4.       

Jalan Asam Lama

Jalan Asam Lama itu sepi dan berdebu putih , penuh lobang-lobang.

5.       

Jalan Kebon Sirih

Di Jalan Kebon Sirih polisi militer yang duduk disebelahnya mengeluarkan rokok, dan menawarkannya kepada Guru Isa.;

6.       

Di sekolah

Sekolah itu sepi

7.       

Di warung

Fatimah berhutang ke warung.

8.       

Di bioskop Rex

Dia ingin dia seribu kilo meter jauhnya dari restoran itu, dan dari bioskop Rex

9.

Di rumah Tuan Hamidy

Dia berlari kepekarangan rumah Tuan Hamidy dan mengetuk pintunya.

9.       

Rumah Isa

Mereka dalam kamar kerja di rumah Isa

10.   

Kamar tidur

Dia masuk ke kamar tidur, dan setelah meletakkan tasnya di atas meja , berdiri dekat jendela

11.   

Di Pasar Senen

Malam di Paar Senen.”

12.   

Di restoran

Guru Isa berdiri diluar restoran.

13.   

Kantor Polisi

“ Maafkan kami, tapi kami dapat perintahuntuk membawa anda ke kantor polisi sekarang juga”, kaa seorang polisi militer.

14.   

Di penjara

Dia ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara.

15.   

Tanah Ababang

Ketika tembakan di Gang Jaksa memecah kesunyian pagi, Guru Isa sedang berjalan kaki menuju ke sekolahya di Tanah Abang.

 

 

 

 

 

b. Waktu

      1. Pagi

      Kutipan: “Jakarata, bulan Desember tahun 1946, pagi”

      2. Malam

      Kutipan: “Malam itu hujan gerimis”

c.  Suasana

1.      Menegangkan

Kutipan: “Ia mulai tegang mendengar granat pertama telah berbunyi.”

2.      Sepi dan sunyi

Kutipan: “Di jalan sunyi dan sepi”

3.      Menakutkan

Kutipan: “Isa mulai ketakutan , semua ketakutan dalam dirinya mulai timbul .”

4.      Panik

Kutipan: “Guru Isa merasa tubuhnya kaku dan menjadi dingin, rasa panik mencekam hatinya”

5.      Ramai

Kutipan:Malam minggu, di Kramatplein amat ramainya.

 

 

4.      Sudut Pandang

Menggunakan sudut pandang Orang ketiga serba tahu. Karena menggunakan kata ganti orang ketiga yaitu dia, ia atau nama orang. Dan seolah –olah penulis mengetahu gerak-gerik tokoh dan semua tindakan yang akan dilakukan tokoh serta semua perilaku tokoh.

Kutipan:

“ Ketika tembakan pertama di Gang Jaksa Guru Isa sedang berjalan kaki menuju sekolahnya di Tanah Abang.”

 

 

5.      Amanat:

-        Jangan jadi orang yang penakut.

-        Jadilah orang yang pemberani.

-        Jangan pernah mengkhianati orang lain.

-        Jangan berselingkuh, apalagi berbuat zina karena itu dosa besar.

-        Jangan mengambil hak orang lain.

-        Jangan mencuri.

-        Jangan membubuh orang yang tidak bersalah, biarlah hukum yang berlaku.

-        Kita harus mematuhi perinytah orang tua.

-        Berbuat suatu kebaikan / menolong orang dengan ikhlas tanpa meminta imbalan.

-        Kita harus meningkatkan rasa nasionalisme.

-        Kita tidak boleh egois dan keras kepala.

-        Kita tidak boleh menghakimi orang lain.

-        Kita tidak boleh asal menuduh orang lain jika tidak ada buktinya.

-        Kita harus bisa melawan ketakutan dalam diri kita.

-        Seorang istri seharusnya patuh dan taat pada suami.

 

 

6.      Tema

Ketakutan dalam diri seseorang.

Bukti: Dalam cerita Jalan Taj Ada Ujung, sebagian besar mengisahkan mengenai ketakutan seseorang yang dapat mengubah kehidupannya dan ketakutan yang dimiliki seseorang itu berbeda-beda.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

v Unsur Ekstrinsik

1.      Lingkungan hidup penulis

Saat itu terjadi peperangan dan ketakutan dimana-mana, jadi penulis menulis kisah tersebut dalam novel ini.

2.      Nilai nilai yang terkandung dalam novel:

a.       Nilai moral

Mengandung pendidikan, mengenai perjuangan melawan rasa takut terhadap diri kita sendiri.

b.      Nilai sosial

Dalam novel ini banyak menceritakan interaksi hubungan sosial dengan sesama.

c.       Nilai pendidikan

Mengajarkan untuk tetap belajar dalam keadaan apapun, baik blajar secara formal atau non formal.s

 

Resensi

Jalan Tak Ada Ujung

Judul buku      : Jalan Tak Ada Ujung

Pengarang       : Mochtar Lubis

Penerbit           : Yayasan Obor Indonesia

Tahun Terbit    : 2002

Cetakan           : Ke-1

Tebal               : 174 halaman

Truk berisi penuh serdadu-serdadu sedang berpatroli menuju jalan-jalan kosong dan sepi. Jalan yang  berliku-liku tidak habis-habisnya di malam gerimis. Jalan tak ada ujung. Suara gemuruh truk dari arah Kebon Sirih menuju Gang Jaksa mengejutkan orang yang ada disana. Orang-orang berteriak siap!siap! saling bersahut-sahutan dan berlari untuk sembunyi dari para serdadu. Ketika tembakan di Gang Jaksa memecah kesunyian pagi, Guru Isa sedang berjalan kaki menuju ke sekolahya di Tanah Abang. Selintas masuk ke dalam pikirannya rasa was-was tentang keselamaatan istri dan anaknya. “Ah, Fatimah akan hati-hati. pikirnya kemudian, telah aku suruh dia jangan keluar-keluar rumah.”, ia bergumam sendiri.  Isa terpaksa berlindung masuk ke rumah orang yang tidak dikenalinya, beruntung pemilik rumah amat baik. Samedi mempersilahkan Isa masuk. Mereka berjongkok sambil mengintip kedaan diluar. Isa melihat orang Tionghoa terkena tembakan oleh para serdadu. Pikiranya amat kacau,rasa terkejutnya melihat orang tertembak, dan darah mengalir belum habis lagi. Dia tidak mengerti mengapa untuk pindah rumah saja harus ada orang ditembak mati. Sampai di sekolah tempatnya mengajar Isa masih terbayang kejadian tadi. Rasa takut yang dirasakannya ialah  reaksi yang lambat. Banyak ketakutan yang timbul, dari penghidupan ang semakin mahal, gaji yang tidak cukup,keselamatan istri dan anaknya.

Hazil adalah teman Isa.Musik yang menjadi tempat tumbuh persahabatan mereka. Namun lama-kelamaan timbul kejanggalan dalam persahabatan mereka. Hazil anak seorang pensiunan  pegawai negri saat negara di jajah Belanda. Mr. Kamaruddin, ayah Hazil tidak mengizinkan anaknya ikut revolusi, karena bisa menemui bahaya maut. Namun, Hazil tetap ikut bersikukuh berjuang melawan penjajah, saat negara dijajah Jepang. Kekerasan dimasa penjajahan Jepang menimbulkan kekacauan dalam pandangan hidup Isa. Sejak dokter mengatakan bahwa impotensinya adalah semacam psychischenya sendiri yang dapat mengobati hanya jiwanya sendiri, terjadi banyak perubahan besar pada dirinya sendiri sehingga istrinya memutuskan tidak melakukan hubungan lagi dengannya, namun tetap menjaga perkawinannya. Karena Isa tidak bisa memberinya keturunan, akhirnya istrinya,Fatimah memutuskan mengambil anak , Salim namanya.

Fatimah awalnya sangat setia pada Isa, namun sejak Hazil datang ke kehidupan mereka, semuanya berubah. Tanpa sepengetahuan Isa, Fatimah selingkuh dengan Hazil, sahabat isa sendiri. Ketika Hazil sering datang ke rumah Isa, dan sekaligus sering bertemu Fatimah. Ketika Isa sakit, atau saat Isa sedang mengajar Hazil sering datang. Akhirnya, mereka menjalin hubungan tanpa dilandasi cinta, Hazil kerap merayu Fatimah, karena Fatimah telah lama menahan hasrat itu sejak ia dan Isa memutuskan untuk tidak mencoba berhubungan lagi disaat mereka saling emosi.

Takut dianggap mata-mata musuh yang nantinya menimbulkan kecurigaan warga lainnya, Isa dengan terpaksa mengikuti rapat revolusi di tempatnya. Isa ditugaskan menjadi kurir pengantar senjata, karena ia seorang guru jadi tidak akan banyak orang yang mencurigainya. Tiap kali akan ada pengiriman senjata ke daerah-daerah yang membutuhkan senjata, Isa ikut andil, dengan dikomandani oleh Hazil. Sebenarnya dia sangatlah takut, tapi mau bagaimanalagi, dia harus tetap melaksanakan tugasnya. Hazil berkata pada Isa bahwa dalam perjuangan kemerdekaan ini tidak ada tempat pikiran kacau dan ragu-ragu ataupun takut,  jalan yang sudah ditempuh sejak awal, bahwa jalan yang ditempuh ini ialah tak ada ujung yang tak akan ada habis-habisnya ditempuh. Mulai dari sini, terus,terus,terus, tak ada ujungnya. Sekali ksita memilih jalan perjuangan, maka jalan itu tak ada ujungnya.

 

 

 

Perjuangan manusia bukan dalm gerombolan melainkan individu. Individu adalah ttujuan, bukan alat mencapai tujuan. Negara hanya alat, dan individu tidak boleh diletakkan dibawah dibawah negara. Ini adalah jalan yang tak ada ujung yang harus ditempuh. Ini revolusi yang kita mulai. Revolusi hanya alat. Mencapai kemerdekaan. Dan kemerdekaan hanyalah alat memperkaya kebahagiaan dan kemuliaan penghidupan manusia.

Buku yang ditulis oleh Mochtar Lubis ini memang menarik dan mendidik. Dari segi menariknya, yaitu rasa keingin tahuan pembaca mengenai novel yang judulnya membuat penasaran ini. Dengan judulnya saja, ”Jalan Tak Ada Ujung” membuat orang menjadi penasaran dan ingin tahu lebih banyak mengenai jalan cerita dan isi dari novel ini, sehingga tertarik ingin membaca novel ini. Sedangkan dari segi mendidik atau pendidikan, mengajak pembaca untuk meningkatkan  jiwa dan semangat nasionalisme diri kita terhadap negeri tercinta. Saat kita membacanya seakan-akan kita terjun langsung di massa-massa penjajahan kala itu. Kiat bisa tahu bagaimana sulitnya berjuang, melawan rasa takut yang ada dalam diri kita sendiri, dan berusaha melawan rasa takut itu. Novel yang juga menceritakan masa revolusi ini, mampu diambil sisi positifnya, yaitu berjuang dengan sekuat tenaga tanpa pamrih.

Buku ini mengandung sedikit porno, meskiun itu hal yang ilmiah dalam kehidupan,  namun tetap saja kurang pantas dibaca oleh anak-anak. Dengan adanya bagian cerita yang mengandung porno, dapat membuat kita berfikiran kotor. Misalnya, ketika Hazil  selingkuh dengan Fatimah, dan saat Hazil merayu Fatimah. Banyak kata-kata jorok terlontar oleh tokoh-tokoh tersebut, meskipun yang diucapkan tidak  secara langsung berkata kotor tetapi maksudnya mengarah ke hal yang porno, Tata bahasa yang digunakan juga kurang baik. Kata-kata yang digunakan ada yang sulit dimengerti, kata-kata yang diucapkan para tokoh mengenai perjuangan melawan penjajah, istilah sulit seperti kata “ube-ubel,personaliteit dan lainnya”, yang dapat menyebabkan pembaca khususnya orang awam tidak mengerti maksud kata-kata itu. Karena menceritakan mengenai penjajahan, jadi banyak tidakan-tindakan kekerasan,pembunuhan, mencuri, dan perbuatan negatif lainnya, yang ada  di jalan cerita novel ini. Tindakan-tindakan tersebut ini tidak baik untuk dicontoh.

Mochtar Lubis, pengarang ternama ini dilahirkan pada 7 Maret 1922 di Padang. Sejak zaman Jepang ia telah aktif dalam lapangan peperangan. Ia turut mendirikan Kantor Berita ‘Antara’, kemudian mendirikan dan memimpin harian Indonesia Raya yang telah dilarang terbit. Ia mendirikan majalah sastra Horizon bersama-sama kawan-kawannya. Pada waktu pemerintahan rezim Sukarno, ia dijebloskan ke dalam penjara hampir sembilan tahun lamanya dan baru dibebaskan pada tahun 1966.

Selain sebagai wartawan ia dikenal sebagai sastrawan. Cerita-cerita pendeknya yang dikumpulkan dalam buku Si Jamal (1950) dan Perempuan (1956). Sedangkan romannya yang telah terbit: Tidak Ada Esok (1950), Jalan Tak Ada Ujung (1952) yang mendapa hadiah dari BMKN, Senja di Jakarta yang mula-mula terbit dalam bahasa Inggris dengan judul Twillight in Jakarta (1963) dan terbit dalam bahasa melayu pada tahun 1964. Selain itu romannya yang mendapat sambutan luas dengan judul Harimau! Haarimau! (Pustaka Jaya 1975) telah mendapat hadiah dari yayasan buku utama sebagai buku terbaik tahun 1975. Sedangkan Maut dan Cinta (Pustaka Jaya 1971) mendapat hadiah Yayasan Jaya Raya.

Kadang-kadang ia pun menulis esai dengan nama samaran Savitridan juga menterjemahkan beberapa karya sastra asing seperti Tiga Cerita dari Negeri Dollar (1950), Kisah-kisah dari Eropa (1952). Pada tahun 1950 ia mendpat hadiah atas laporannya tentang Perang Korea dan tahun 1966 mendapat hadiah Magsaysay untuk karsya-karya jurnalistik.


No comments:

Post a Comment

Novel Bahasa Jawa "Tresno Waranggono"

                                                                           Tresno Waranggono “ Theng-theng” swara bel muni, kang tandane w...